Dia dipanggil. Ashlea lagi-lagi dipanggil ke dalam ruangan yang menurut kebanyakan orang sangat seram. Namun, tidak bagi gadis itu, ruangan itu tak ada apa-apanya dibanding hidupnya yang memang sudah sangat seram. Tak ada yang membuat Ashlea takut sama sekali di dunia ini. Ia hanya takut pada dirinya sendiri, kenyataan jika ia tak bisa lagi menepati janjinya kepada lelaki yang ia cintai yakni Defansa.
Setelah menarik nafas panjang, Ashlea masuk ke dalam ruangan itu. Ditatapnya dengan tajam wajah Devano yang muram, mungkin lelaki itu dendam kepada Ashlea.
"Bapak memanggilku?" Ashlea dengan mala dan wajah datar bertanya, mendahului percakapan yang sepertinya tidak akan pernah terjadi jika dirinya tak memulai lebih dulu.
"Duduk."
Dengan ekspresei datar gadis itu menuruti apa yang ketua timnya perintahkan. Lagi pula tak sulit hanya untuk duduk saja.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com