"Aku tahu dia. Aku mendengar kau mengigau dengan menyebut namanya. Entah siapa dia, tapi sepertinya kau menurut dengannya."
"Jangan sembarangan menyebut nama Defansa jika kau tidak tahu." Ashlea berkata dingin dan kemudian dia menolak untuk didorongkan oleh Devano, dia memilih untuk membawa dirinya dan kursi roda itu sendirian meski agak kesusahan.
Rasa sedih tentu mengkalut di dalam dirinya saat seseorang yang asing menyebut kata Defansa.
Ashlea ... semakin merindukan Defansa. Itulah alasan mengapa air matanya terus jatuh tak ada hentinya.
Dia rindu Defansa yang tersenyum kepadanya. Dengan mata polos dan berbinar indah.
"Aku merindukanmu, Def."
Pagi hari, masih terbilang sangat pagi tetapi saat Ashlea bangun tak dilihatnya Devano di sofa. Padahal jelas kemarin malam lelaki itu tidur di sana meski Ashlea sudah menyuruhnya untuk pulang ke rumah. Mereka cukup bertengkar hebat karena itu juga.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com