webnovel

Kerusuhan di Kelas

"Silahkan perkenalkan diri kamu," ucap Bu Nining tidak ingin panjang lebar membuka perkenalan anak baru di kelasnya.

Bu Nining sudah cukup syok menghadapi tingkah Alesha yang luar biasa di pagi hari ini. Padahal ini masih pagi, tapi rasanya emosi sudah di ujung kepala. Tak berbeda dengan Rey yang kini menopang dagunya malas setiap melihat Alesha.

Alesha menatap ke seluruh penjuru kelas. "Gue Alesha Prischanara," sahutnya memperkenalkan diri.

Hanya 3 kata itu yang keluar dari bibirnya. Tidak ada sapaan ataupun kalimat hanya untuk menyapa teman-teman barunya. Acara perkenalan siswa baru memang yang paling menyebalkan. Sudah tiga kali terhitung Alesha merasakan berdiri seperti sekarang di tiga sekolah yang berbeda.

Iya, Alesha memang sering pindah-pindah sekolah belakangan ini. Alasannya adalah karena gadis ini mengeluh tidak nyaman dan dengan mudahnya dimengerti oleh kedua orang tuanya.

Setelah perkenalan singkat itu, kelas hening. Seluruh penghuni 11 IPA 2 itu hanya menatap Alesha heran akan perkenalan yang terkesan singkat dan cuek itu.

Bu Nining akhirnya turun tangan. Paham dengan apa yang dipikirkan anak-anak, lebih baik segera menyelesaikan sesi perkenalan anak baru. "Oke kalau sudah saling mengenal, kamu boleh duduk di..." Bu Nining menggantung ucapannya seraya mencari bangku kosong yang tersisa.

Rey mengalihkan pandangannya, menutupi sebagian wajahnya dengan buku paket. "Jangan sampe dia duduk di sebelah gue, mana si Bima kagak masuk lagi," batinnya karena partner sebangkunya yang tidak masuk.

Bisa meledak emosi Rey jika Alesha ditunjuk untuk di duduk disebelah dia. Perang Dunia ketiga pasti akan terjadi di kelas itu.

"Disini aja, Bu!"

Seluruh pandangan langsung menoleh ke sumber suara. Saka dengan suara beratnya baru saja memberi saran agar Alesha duduk di bangku depannya. Kebetulan si pemilik bangku tidak kunjung menampakkan batang hidungnya di kelas.

Diam-diam Rey bernapas lega. "Selamat."

Rey ikutan menoleh ke belakang. Dia baru sadar bangku itu kosong, tepatnya di meja Nayla. Entah dimana gadis itu, mungkin saja sakit.

"Yasudah kamu duduk di situ saja sementara," titah Bu Nining.

Alesha mengangguk patuh lalu berjalan ke belakang kelas. Matanya berpapasan dengan Saka yang juga menatapnya. "Ketemu lagi," kata Saka tanpa suara.

Saka tersenyum sekilas pada Alesha namun dibalas wajah kebingungan oleh gadis itu. Baru kali ini Alesha merasa aneh jika disenyumin lelaki tampan. Alesha memilih untuk mengacuhkannya, kemudian duduk di bangkunya.

Beberapa siswi merasa iri karena Alesha baru saja disenyumin Saka. Jujur itu termasuk hal langka. Saka itu dingin kalau sama perempuan. Banyak yang suka berusaha dekat sama Saka tapi tidak ada yang di notice satu pun.

Jangan mereka, siswi yang sekelas sama Saka pun jarang disenyumin juga. Ibaratnya hanya 1:1000 perempuan yang hanya di senyumin sama Saka.

Beruntungnya Alesha.

"Baik, buka buku halaman 98, Ibu bakalan to the point aja hari ini Ibu kasih kalian tugas dan harap segera dikerjakan. Dikumpul sebelum jam istirahat, kalian mengerti? sahut Bu Nining sambil menuliskan poin tugas-tugas di papan tulis.

Terdengar helaan napas dalam dari anak-anak, tidak terima mendapatkan tugas di pagi hari. Otak belum siap untuk berpikir, tapi sudah diberi tugas. Ini sih namanya nyari penyakit.

Penyakit buat para pemalas pastinya.

Kecuali buat para jajaran ranking atas. Mereka itu golongan berbeda. Lihatlah bagaimana golongan berkacamata yang kini sudah bersiap mengambil ancang-ancang untuk mengerjakan tugas.

Sedangkan para pemalas hanya bergidik ngeri melihat kegigihan para pencari nilai.

"Ngeluh mulu perasaan," cicit Bu Nining sebal. "Mau ditambah tugasnya?"

"Engga, Bu!"

"Yaudah jangan protes, tugasnya kalian itu belajar bukannya ngeluh," imbuh Bu Nining geleng-geleng kepala. Diambilnya beberapa buku lalu hendak beranjak keluar kelas.

"Bu!"

Bu Nining menoleh geram. "Kenapa lagi?"

"Saya gak terima sama tugas bejibun yang Ibu kasih barusan," tukas Alesha tidak terima.

Ucapannya barusan sukses membuat kegemparan seisi kelas. Mereka menatap Alesha takjub sekaligus tidak percaya.

"Saya baru masuk hari ini astagfirullah." Alesha mengusap keningnya. "Tapi Ibu udah ngasih tugas, materi aja saya gak ngerti Bu."

Bu Nining semakin frustasi saja, Lagi-lagi anak itu berulah. Ini baru yang kedua kalinya, tapi rasanya sangat mengundang emosi. "Kamu kan bisa nanya sama yang lain, minta ajarin materinya. Kamu gunakan kemampuan sosialisasi kamu untuk bertanya dengan yang lain, bisa kan?"

Alesha menyeletuk. "Ibu, saya introvert."

Gelak tawa terdengar mendengar Alesha dengan polosnya berkata seperti itu. Seorang Alesha introvert? Big No!

Rey geleng-geleng kepala melihat Alesha. Gadis itu benar-benar luar biasa. Sungguh biang pencari masalah. Kalau Bu Nining sudah tidak bisa sabar, pasti Alesha sudah dibawa ke ruang BK.

"Jangan ngawur kamu astaga." Wanita gemuk berhijab pink itu berdecak kesal. "Terserah kamu deh ya, Ibu pusing bisa darah tinggi saya ngadepin kamu."

"Ibu yang sabar, Buuu.."

"Latihan kesabaran ini mah haha."

"Wah gila sih seru juga nih anak baru."

Kelas menjadi gaduh membicarakan Alesha si anak baru yang kelihatannya seru. Suasana jadi semakin hidup karena kelakuan gadis itu.

Bu Nining memukulkan penggaris panjangnya ke papan tulis agar kelas kembali tertib. "Duh Ibu serius loh ini, kok jadi pada ribut sih!" serunya tidak main-main.

Ketika guru killer tersebut sungguhan marah, barulah suasana hening. Tidak ada yang berani menatap matanya, kecuali Alesha. Gadis itu menatap Bu Nining tanpa rasa takut sedikit pun.

"Berani kamu natap saya?!" seru Bu Nining.

Alesha tidak mengalihkan pandangan sama sekali. Tangannya terangkat menunjuk Bu Nining.

"Kamu berani banget nunjuk saya! Turunkan tangan kamu!" Bu Nining mulai mengamuk.

Kelas semakin dingin auranya. Rey sebagai ketua kelas seharusnya membantu melerai, hanya saja dia bingung harus mulai dari mana. Dia tidak menyangka kalau Alesha akan bertingkah separah ini, apalagi sama guru.

"Alesha!" seru Bu Nining geram karena Alesha tidak menurunkan tangannya juga.

Saka mengerutkan keningnya heran melihat Alesha yang hanya diam. Dari belakang Saka bisa mendengar Alesha tampak menggumamkan sesuatu.

"Apaan ya namanya? yaelah lupa gue," gumam Alesha bingung.

Saka lalu beralih menatap Bu Nining. Dia mempertajam pandangannya. Tak lama dia paham maksud Alesha barusan menunjuk ke arah Bu Nining.

"Ibu itu ada..." Alesha masih menunjuk Bu Nining.

"Ada kecoa di atas kepala, Ibu," sahut Saka membantu menjawab kebingungan Alesha.

"Nah ituu maksud gue!" seru Alesha.

"Apa?! Aaaaaaaa!" Bu Nining membelalak kaget, menyibak kepalanya dengan heboh. Anak-anak kelas juga ikutan heboh jadinya saat kecoa tersebut kembali terbang kesana-kemari setelah nemplok di kepalanya Bu Nining.

Jadilah kerusuhan luar biasa di kelas 11 IPA 2. Anak-anak kelas sebelah sampai berlarian melihat kehebohan tersebut. Ada beberapa yang tertawa melihat hiburan gratis tersebut.

Alesha berdiam diri. Bingung harus berbuat apa. Dia yakin setelah ini akan ada masalah besar pastinya. "Abis dah gue," lirihnya pasrah.

"Ikut gue." Saka menarik tangannya cepat. Alesha masih belum sadar dari lamunanya dan hanya pasrah mengikuti Saka keluar kelas sebelum Bu Nining kembali sadar dari kehebohan itu.

Menyelamatkan diri adalah tujuannya. Saka menarik tangan Alesha, mengajak Alesha untuk bersembunyi sementara dari kejaran Bu Nining.

"Lo mancing singa laper dari kandangnya, sadar gak sih?" ucap Saka tidak habis pikir.

"Dih, Ibu itu aja yang lebay masa sama kecoa aja takut sih," cibir Alesha. "Padahal gedean Ibunya dari kecoanya."

"Iya juga sih." Saka membenarkan.

"Lagian dia itu manusia bukan setan ngapain juga ditakutin, nih ya gue anaknya Bapak Rajawali gak bakalan takut, apapun bakalan gue lawan." Alesha menyeka hidungnya berlagak songong. Padahal dalam hati sudah ketar-ketir akan dipanggil ke ruang BK.

Saka tertawa mendengarnya. "Jadi gini kelakuan yang katanya anak introvert?" jahilnya lalu mengusak rambut Alesha.

"Gue introvert beneran elah, lo aja yang gak sadar," cibir Alesha sinis, membenarkan rambutnya yang berantakan. "Anak gadis kalem manis gini ahayy!"

Saka agak ngeri mendapati kata kalem manis itu. Walaupun itu seratus persen tidak benar, tapi dia hanya manggut-manggut mengiyakan. "Senyaman lo aja deh ya, Le."

"Eh, Le? Apaan nih?" Alesha memicinh curiga.

"Ale, nama lo kan Alesha, gue panggil Ale," kata Saka begitu santainya.

"Lah nama bagus gini malah lo ucap setengah doang, ntar artinya jadi lain kamvret!" Alesha berdecak.

"Emang artinya apaan?"

"Artinya?" Alesha berpikir. "Gak tau sih lupa gue."

"Cuman anak introvert kayak lo doang tau yang kagak tau arti nama sendiri hahaha!"

Saka tidak dapat menahan tawanya saat melihat wajah gadis itu yang kini semakin kesal.

"Bodoamat dah ya mau artinya apaan yang jelas nama gue Alesha, sekali lagi gue denger lo bilang Ale, lo bakalan ngerasain bogem mentah dari gue!"

"Emang lo berani?" tantang Saka.

Bugh!

Dalam sekejap badan Saka terhuyung kebelakang. Rasa nyeri langsung menjalar di pipinya setelah mendapat pukulan dari Alesha. Sungguh sakitnya bukan main!

Alesha mengusap kepala Saka sambil tersenyum sinis. "Lo yang nantangin, jangan nangis ya haha!"

***