webnovel

Anak Baru Penuh Kejutan

Rey memegang betisnya yang terasa nyut-nyutan sekarang. Tendangan Alesha ternyata sangat kuat, membuat tulang keringnya sakit sekali. Padahal tadi niatnya baik-baik menyuruh Alesha untuk berhenti main basket dulu karena dipanggil ke kantor guru, tapi malah ditendang.

"Lo gila tau gak!" umpat Rey tertekan berurusan dengan gadis berandalan itu.

"Gak tuh." Alesha dengar namun hanya mendelik tidak peduli. Salah sendiri sudah mengusik kesenangnnya tadi. Baginya, basket itu prioritas ketiganya setelah orangtua dan kucing. Apalagi Rey tadi juga menarik paksa tangannya, mau gak mau Alesha jadi langsung main tendang aja deh.

Saat ini mereka sudah ada di depan kantor guru. Menunggu panggilan dari Bu Nining selaku wali kelas 11 IPA 2. Kebetulan rupanya Alesha berada di kelas yang sama dengan Rey, jadi Rey diminta untuk membawa gadis itu menemui Bu Nining sebelum masuk ke kelasnya.

Berurusan dengan Alesha sungguh membuatnya harus ekstra bersabar. Rey menghela napas pelan. "Lo," panggilnya kembali membuat Alesha menoleh.

"Apa?"

"Jangan nyari masalah lagi, Bu Nining guru killer disini. Kalo lo gak mau kena masalah, mending jaga sikap lo."

Menanggapi ucapan Rey, Alesha berdecih malas. "Ck, gue bosen tau denger lo asik bilang jangan-jangan mulu dari tadi. Gak ada kalimat lain apa?"

"Gak ada," sergah Rey.

"Hah?"

"Gue beberapa kali ngurusin anak pindahan, tapi serius baru kali ini gue ngurus cewek sebengal lo. Kalo gak diperingatin terus pasti lo gak bakal jengah. Paham lo?" Rey berdiri dari duduknya.

"Dih, lo aja yang gak becus jadi ketua OSIS," celetuk Alesha membuang pandangan kesal. "Harusnya dari awal itu lo ngebimbing gue dengan baik, sopan, kan enak tuh. Tapi nyatanya lo kasar terus suka maksa-maksa main tarik tangan gue lagi."

"Karena lo susah diatur makanya gue paksa," cibir Rey seraya menjitak kepala gadis itu.

"Aw!" Alesha meringis sakit. Tangannya terangkat ingin membalas namun diurungkan karena pintu kantor guru yang tiba-tiba terbuka, menampakkan sosok wanita gemuk dengan penggaris kayu panjang di tangan kirinya.

"Ekhem," deham Bu Nining.

Rey langsung menunduk sekilas, bermaksud memberikan salam. Tak lupa menyikut Alesha untuk memberikan salam juga. Ingin rasanya menelan gadis itu bulat-bulat karena hanya berdiri diam dengan pandangan lurus ke mata Bu Nining seakan memancing.

Bu Nining mengerutkan dahinya. "Kamu anak baru itu?" tanyanya lalu menunjuk Alesha.

"Menurut ibu?" Alesha bertanya balik.

Sial!

Entah apa yang tengah dipikirkan Alesha sampai berani sesantai itu. Rey tertawa canggung lalu beralih ke sebelah Bu Nining. "Mari Bu, mungkin bisa langsung ke kelas saja," ucap Rey tersenyum sopan.

Berkat jurus ampuh dari senyuman manisnya, beruntung Bu Nining terpesona dan akhirnya setuju untuk langsung berjalan ke kelas. Bisa bahaya jika Alesha sungguhan dimarahi Bu Nining di depan kantor guru.

Sambil berjalan, Rey menoleh sekilas ke belakang. Menatap Alesha yang berjalan santai mengekori mereka. Pandangan mereka bertemu, senyum miring tercetak jelas di wajah Alesha saat Rey menggumamkan cacian yang tujukan untuknya.

Alesha menjulurkan lidahnya. Tidak takut dengan Rey sama sekali. Masih sambil berjalan, Alesha merasakan ada sesuatu yang kurang. Tidak ada berat beban di punggungnya.

"Loh?" ia menghentikan langkahnya lalu menyentuh punggungnya. "Anjir tas gue! Sialan!" serunya kaget saat tas punggungnya tidak ada.

Pasti tas itu tertinggal di lapangan. Tadi Alesha menaruh tasnya di pojok lapangan saat ingin gabung bermain basket. Dan dia lupa mengambil tasnya karena keburu ditarik pergi oleh Rey.

Tanpa pikir panjang, Alesha langsung berlari ke arah berlawanan untuk mengambil tasnya. Ada beberapa barang berharga di tasnya, kalau sampai hilang tamat sudah riwayatnya.

"Astaghfirullah itu anak!" Bu Nining terkejut saat mendengar umpatan gadis itu. "Berani-beraninya dia teriak gak sopan kayak gitu pas ada ibu!"

Rey menepuk jidatnya lelah. Tidak sanggup lagi mengatur Alesha. Gadis itu benar-benar luar biasa tingkahnya.

***

"Argh! Gegara tuh cowok gue jadi lupa ambil tas gue!" gumam Alesha tidak berhenti menyalahkan Rey yang membuatnya lupa.

Dia berjalan di sekitar lapangan, tapi tidak terlihat keberadaan tasnya disana. Padahal dia yakin menaruh tas di bawah pohon dekat lapangan. Tapi berkali-kali dicari tidak ketemu juga.

"Kemana sih?" keluh Alesha. "Itu ada hp gue lagi, bisa mampus gue dimarahin Mama kalo hilang."

Alesha terus mencari. Dari segala titik lapangan dia telusuri dengan teliti. Tanpa dia sadari, seorang lelaki berjalan mendekatinya dengan sebuah tas berwarna kuning stabilo berbandul kucing disalah satu sisinya.

"Woi, lo nyari ini?"

Merasa seruan itu ditujukan untuknya, Alesha seketika menoleh. Matanya berbinar saat mendapati tasnya ada di lelaki itu. "Tas gue!"

Lega rasanya setelah bertemu dengan tas tersebut. Alesha bernapas lega karena nyawanya aman sekarang. "Thanks banget, gue kira ini tas hilang," ucapnya lega. "Lo kok bisa ketemu?"

"Gampanglah, tas lo warnanya ngejreng luar biasa gini gimana gue gak nemu coba," balas Saka sambil tertawa kecil.

"Justru itu sengaja gue beli yang warna cerah gini biar gampang ditemuin kalo hilang," jelas Alesha mengusap tasnya bangga. Sesekali matanya menyipit silau sebab cahaya matahari memantul dari tasnya yang kini terang seperti matahari.

"Tapi kayaknya kecerahan ya, silau anjir," cicit Alesha memilih memakai tasnya agar cahayanya tidak kemana-mana.

"Haha, ada-ada deh." Saka tidak dapat menahan senyumnya gemas dengan tingkah Alesha.

"Pokoknya thanks banget udah nemuin tas gue, lo terbaik pokoknya!" Alesha mengacungkan dua jempolnya.

Saka mengangguk sekilas. Kemudian mengulurkan tangannya. Tanpa canggung, Saka to the point menanyakan nama gadis di hadapannya sekarang. "Nama lo siapa?"

Dia terlalu kepo dengan gadis itu. Pertemuan mereka yang kedua ini seakan menjadi takdir bagi Saka untuk lebih dekat dengannya. Saka mengulurkan tangannya. "Gue Saka, lo?"

Alesha memicingkan matanya. Menelisik dari atas sampai bawah, entah apakah lelaki di hadapannya hanya modus atau jahil. Tapi sepertinya lelaki itu baik. Alesha mendelik tidak peduli, toh dia hanya diajak berkenalan.

Baru saja Alesha hendak membalas uluran tangan Saka, terdengar teriakan yang menggema dari lantai atas. Tepat tiga lantai di atas sana.

"ALESHA PRISCHANARA! NAIK KAMU SEKARANG JUGA!" teriak Bu Nining sepenuh tenaga dengan kepala melongok ke bawah.

Alesha memejamkan matanya sebentar. Lalu memberanikan diri untuk melihat ke atas. Terpampang jelas wajah tajam Bu Nining dengan mata melotot. Sadar akan kesalahannya, Alesha tertawa pasrah seraya melambaikan tangan ke Bu Nining.

"NAIK!" titah Bu Nining lagi.

Alesha gelagapan. "I-IYA BU OTW!"

Hari pertama Alesha di sekolahnya menjadi pengalaman buruk yang akan selalu dikenang. Baru masuk, tapi sudah menjadi siswi yang bermasalah. Bagaimana nanti kedepannya?

Sebelum amarah Bu Nining semakin memuncak, Alesha segera beranjak pergi. Saka menarik kembali uluran tangannya yang tidak dibalas. Walaupun tidak sempat berjabat tangan, setidaknya Saka sudah mendengar nama gadis itu lewat teriakan Bu Nining tadi.

"Alesha..." gumam Saka tanpa sadar kembali tersenyum. "Bagus juga namanya."

***