Sesuai dengan ucapannya kemarin, bahwa Saga hari ini akan lembur kerja. Otomatis nanti malam baru ia akan pulang. Pria itu berpesan pada sang istri untuk selalu berada di dalam rumah saja. Dirinya juga memerintahkan pelayan untuk memenuhi keinginan Alisa. Serta menyuruh para anak buah untuk berjaga.
"Sayang, aku berangkat kerja dulu, ya. Kau baik-baik di rumah. Jangan ke mana-mana," ujar Saga memperingatkan sang istri. Alisa hanya mengangguk patuh.
Dengan segera ia mencium punggung tangan Saga. Kemudian, pria itu berbalik mencium kening sang istri dengan penuh mesra. Alisa mengantar sang suami menuju ke halaman rumah.
Saga masuk ke dalam mobil seraya melambaikan tangan pada Alisa. Wanita itu tetap memandangi sampai mobil sang suami sudah tak terlihat lagi. Kemudian, Alisa pun masuk ke dalam rumah.
Seperti ini terus setiap hari juga membuatnya bosan. Alisa ingin keluar dengan bebas, seperti dahulu. Ia merasa rindu dengan Melati, sang sahabat. Apa kabar gadis itu?
Ingin rasanya ia bertemu dengan sahabatnya. Namun, apakah Saga akan memberikan izin?
Saat Alisa menaiki anak tangga, tiba-tiba terdengar beberapa kali bunyi klakson mobil dari luar. Keningnya bertautan. Tidak mungkin Saga kembali lagi ke rumah, karena semua perlengkapan sudah dicek dan tak ada yang ketinggalan lagi.
Rasa penasaran itu membuatnya menuju keluar. Terdengar suara seorang wanita yang sedang ribut di luar dengan para penjaga. Tangan Alisa terjulur untuk meraih gagang pintu dan membukanya.
Alisa terkejut karena orang yang datang saat ini adalah mantannya Saga. Ia pun segera menyuruh para penjaga untuk pergi.
"Bisa tinggalkan kami berdua saja?" Dengan segera, para penjaga pun menuruti ucapan Alisa.
Reva begitu terheran-heran dengan Alisa. Ia menatapnya dari atas sampai ke bawah. Begitu patuh para penjaga tadi dengan ucapannya.
"Mari, silakan masuk," ucap Alisa seraya melebarkan tangan kanannya untuk mempersilakan wanita itu masuk.
"Kau siapa?" tanya Reva tak suka dengan keberadaan Alisa. Wajahnya juga berubah jadi masam.
"Namaku Alisa." Alisa menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan Reva. Namun, uluran tangan Alisa tak disambut baik olehnya dan dibiarkan begitu saja.
"Kau siapanya Saga hahh?!" Reva marah dan menarik pergelangan tangan Alisa. Alisa mengaduh sakit karena lengannya dicengkeram kuat oleh wanita itu.
"Aku istrinya Saga."
Dengan rasa tak percaya, Reva malah merendahkan Alisa. Ia memaki-maki Alisa dengan kurang ajar.
"Wanita sepertimu jangan mimpi untuk bisa bersama dengan Saga. Aku tau ... kau pasti wanita murahan yang rela memberikan kehormatan pada seorang pria, iya kan? Kau juga pasti perlu uang yang banyak untuk bisa memenuhi hidup. Makanya kau menikah dengan Saga. Dasar wanita mata duitan!"
Plak!
Alisa berhasil melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Reva. Ia sangat tak suka, kalau harga dirinya diinjak seperti ini.
"Jaga ucapanmu!"
Reva hanya tersenyum meremehkan. Tentu saja, Alisa tak tinggal diam menerima hinaan seperti itu. Ia menarik lengan Reva dan memberikan tatapan tajam.
"Pergi dari sini! Sebelum aku suruh para penjaga untuk mengusirmu!" ancam Alisa.
"Oh ... kau sudah berani mengancam dan akan memanggil para penjaga di dalam? Silakan saja. Asal kau tahu, aku tak akan pernah menyerah untuk Saga."
Ada rasa cemburu di dalam hati Alisa, ketika Reva menyebut nama Saga. Wanita itu berkata tak akan pernah menyerah untuk merebut suaminya. Alisa jadi tak rela, kalau Saga direbut kembali oleh mantannya itu.
"Aku juga tidak akan pernah menyerah untuk mempertahankan rumah tanggaku bersama dengan Saga. Asal kau tahu itu! Karena aku sangat mencintainya." Ucapan itu keluar langsung dari mulut Alisa dan ia melepaskan pergelangan Reva dengan kasar. Terlihat ada bekas cekalan berwarna merah di tangan wanita itu.
"Aku adalah mantannya yang paling ia cintai. Jadi, lebih baik kau mundur sebelum patah hati." Reva terkikik geli. Membuat Alisa ingin membalas ucapannya.
"Baik, kalau begitu. Kalau kau mantannya, aku adalah istri sahnya Saga dan satu-satunya Nyonya di rumah ini! Kau paham? Itu artinya apa? Saga lebih mencintai aku dari pada dirimu," ucap Alisa blak-blakan. Tentu saja, ia tak mau mengalah dengan Reva. Menurutnya, Reva sudah kurang ajar dengan datang ke sini memaki-maki dirinya.
Terlihat dari wajah Reva yang agak memerah sambil menahan marah. Alisa berhasil memanas-manasi wanita itu. Setelah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Alisa pun segera masuk ke dalam dan menutup pintu dengan kasar. Meninggalkan Reva sendirian di luar.
Alisa masih bisa mendengar dari dalam, bahwa Reva masih saja memaki-maki dirinya di luar. Namun, ia tak ingin lebih terpancing lagi.
Beberapa saat kemudian, suara Reva tak terdengar lagi. Mungkin, ia sudah pergi dari sini. Alisa masih berdiri mematung di tempat.
"Ya Tuhan ... apakah benar aku mencintai Saga?" Alisa memegang dadanya sendiri dan masih berdiri di pintu. Tiba-tiba, air matanya turun seiring dengan debaran jantungnya saat mengucap nama Saga dalam hati.
"Aku bahkan tak rela, wanita itu berniat untuk merebut Saga dariku. Ya Tuhan, apakah aku mulai mencintainya?" Alisa segera menyeka air matanya dengan kasar. Ia segera naik ke atas.
'Aku adalah mantannya yang paling ia cintai.'
Ucapan dari Reva membuat Alisa jadi kepikiran. Apakah benar, Saga masih mencintai mantannya itu? Kalau pun ia, bila Saga masih mencintai masa lalunya, maka rumah tangganya bersama pria itu akan terancam.
Alisa naik ke atas dengan tertatih-tatih. Sambil berpegangan dengan erat di pegangan tangga. Entah kenapa, ucapan Reva begitu terngiang-ngiang. Ditambah, kedua orang tua Saga yang tak suka dengannya. Alisa bisa merasakan hal itu.
Kini, ia sudah berada di dalam kamar. Alisa melihat ranjang Saga yang menjadi saksi bisu kisah cinta mereka dimulai. Peristiwa nahas pada hari itu perlahan-lahan mulai menumbuhkan cinta di hatinya. Seorang wanita korban pemerkosaan. Namun, seiring berjalannya waktu, rasa trauma itu mulai menghilang. Saga setiap saat selalu memberikan cinta dan kasih sayang. Saga juga yang sudah menjadikannya seorang istri.
Alisa meremas-remas seprai tempat tidur. Merasa tak rela, kalau suatu saat Saga akan direbut oleh wanita lain. Baik itu Reva atau siapa pun.
"Mulai sekarang. Aku akan berusaha untuk mempertahankan rumah tanggaku dengan sebaik mungkin. Tidak akan ada yang bisa menghancurkan cinta kami. Baik itu mantannya atau orang tuanya sekali pun," ujar Alisa dengan hati yang mantap. Wanita itu mulai bisa tersenyum sedikit dan merasa tenang sekarang.
----
Bersambung
Marhaban ya Ramadan. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankannya. Semangat terus ya puasanya.
Jaga kesehatan kalian ya para readers. Love you all.
Ehh, satu lagi. Kalau ada yang punya aplikasi goodnovel. Bisa tuh mampir ke ceritaku juga, judulnya "Terjebak Pernikahan karena Surat Wasiat"
Jangan sampai salah ejaannya, ya. Kalau salah, ga bakalan muncul nanti di pencarian. Makasih banyak.