webnovel

Anggota Komunitas Gamon

"Nggak mungkin. Helena sama Gavin itu udah berakhir lama. Ngapain juga si Arion masih dendam?"

Helena Sabila adalah mantan kekasih Gavin yang putus dua bulan lalu. Gadis itu berselingkuh dengan Arion, rival mereka sekaligus anak buah Raka.

Itulah salah satu penyebab mengapa hubungan Pasutri dan Busui tidak pernah akur. Bahkan kasus perselingkuhan itu sempat heboh dan membuat Gavin murka.

Katakanlah Gavin seperti orang kerasukan, ketika bertarung dengan Busui ketika tahu bahwa Arion menjadi orang ketiga di antara hubungannya dengan Helena.

"Kalau gitu, pasti ada masalah lain. Lo nggak mau cari tahu?"

Arkala menggeleng cuek. "Males gue. Selagi mereka nggak cari masalah duluan, jangan ada yang berani nyerang di antara kita. Kasih tahu yang lain juga."

Alvaro mengangguk pelan. Tumben sekali dia hanya fokus mengobrol dengan Arkala dan menelantarkan bukunya begitu saja. Biasanya Alvaro sangat sulit untuk diajak diskusi atau membicarakan hal-hal yang tidak penting.

Suara pintu terbuka memecah keheningan. Alvaro menoleh sekilas. Ternyata yang datang Adalah Matteo dan Gavin. Ah, ada Iqbaal juga di belakang mereka.

Wajah Gavin dan Iqbaal terlihat murung. Tidak perlu ditanya, Arkala sudah tahu jawabannya.

"Cuci muka sana. Muka lo berdua butek," titah Arkala pada Gavin dan Iqbaal yang baru saja duduk.

"La, gue lagi galau banget sekarang. Keadaan Sena kayaknya memburuk."

Ada ekspresi terkejut di wajah Arkala. Namun pemuda itu segera menetralkan ekspresi wajahnya sebelum keempat temannya sadar.

"Sena dibawa ke rumah sakit," imbuh Matteo.

Apa separah itu? Padahal Arkala hanya menaburkan sejumput obat pencuci perut ke atas coklat tersebut. Seharusnya Arsena hanya akan mengalami diare beberapa jam saja.

"Kok bisa?" tanya Alvaro. Tumben sekali dia peduli.

"Ya... sekarang dia udah dibawa ke rumah sakit. Aileen yang bawa," kata Gavin.

Arkala hanya terdiam. Apa dia sudah melakukan tindakan kriminal? Tapi itu hanya sakit perut, tidak akan menimbulkan banyak masalah. Pikirnya.

"Vin, lo sama Helena udah beneran bubar?"

Gavin mengerjap. Mengapa Arkala tiba-tiba menanyakan Helena?

"Udah lah. Ngapain juga gue masih berurusan sama cewek pengkhianat itu?" Gavin emosi. Mengenal dan menjalin hubungan dengan Helena merupakan kesalahan terbesar. Gavin menyesal. Padahal banyak gadis yang berminat padanya.

"Tapi kenapa anak-anak Busui nyerang kita, kemarin?" tanya Arkala lagi.

"Mana gue tahu. Mungkin si Arion lagi berantem sama ceweknya. Jadi dia nyerang sekolah kita."

"Kalau diliat-liat, kayaknya lo belum move on dari Helena, ya?"

Gavin menoyor kepala Iqbaal kesal. "Jangan ngadi-ngadi lo. Masyarakat Indonesia ini ada dua ratus juta jiwa. Nggak mungkin gue cuma berharap sama cewek tukang selingkuh kayak Helena!"

"Oh, ya? Tapi kemarin gue masih liat ada foto Helena di hp lo."

Matteo, Alvaro dan Arkala saling menoleh. Mereka menggeleng bersamaan, tidak menyangka jika selama ini Gavin tergabung dalam komunitas gamon. Alias gagal move on.

"Lo beneran belum move on, Vin?" tanya Matteo dengan nada mengejek.

"Omongan si Iqbaal lo dengerin. Dia itu cuma ngadi-ngadi."

Iqbaal mengibas kedua tangannya di depan wajah. Tidak diterima dikatai tukang bohong oleh Gavin.

"Gue nggak bohong, beneran. Beberapa hari lalu gue minjem hp nya si Gavin buat nyari video bokep terbaru, tapi yang gue temuin malah foto Helena yang lagi manyun di depan patung pancoran."

Dasar ember bocor. Ingin sekali rasanya Gavin mengubur Iqbaal dalam-dalam dan diberi tanda batu nisan di atasnya.

"Mulut lo rombeng banget sih, Baal!" tegur Gavin dengan emosi tertahan.

"Oh... jadi sekarang kalian tahu, kan, yang sebenernya gagal move on itu siapa." Matteo meledek sembari menaik turunkan kedua alisnya. Selama ini dirinya lah yang selalu dibully dan dituduh belum move on dari mantan kekasihnya. Tapi kebenaran sudah terbukti hari ini.

Arkala mendesis pelan. Pantas saja Raka dan anak buahnya gencar sekali mendatangi sekolah mereka dengan membunyikan knalpot racing, membuat kedua telinga mereka hampir pecah.

"Tapi lo suka ketemu sama Helena?" tanya Matteo berlanjut.

"Nggak. Kalau ketemu di jalan juga nggak pernah nyapa. Padahal dulu dia sering ngambek kalau nggak gue sapa." Gavin menghela napas pelan. Indah sekali masa lalunya dengan Helena. Andai saja Arion tidak masuk dengan lancang ke dalam hubungan mereka, mungkin Gavin dan Helena masih bisa bermesraan seperti dulu.

"Si monyet! Ternyata lo beneran belum move on?" Iqbaal menjambak rambut Gavin hingga mendongak.

"Belom," jawabnya pelan dan pasrah diperlakukan seperti itu oleh Iqbaal.

Arkala melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gue balik dulu. Mau tidur di rumah. Kalian jaga sekolah, kalau ada apa-apa cepet kabarin gue."

"Siap, Bos!"

Arkala kembali mengenakan seragam dan jaket hitam berbahan kulit menutup kemeja putih dengan logo SMA Pasutri. Pemuda itu keluar dari markas dan kembali ke lantai dasar dengan menaiki lift.

"Kala."

Arkala menoleh. Wajah sangarnya seketika berubah lembut, ketika melihat Bu Anna yang tengah berjalan ke arahnya.

"Kamu mau ke mana? Ini belum jam pulang sekolah," tanya Bu Anna. Hanya dia yang berani menegur anak Arkala.

"Maaf, Bu, saya lagi nggak enak badan. Jadi saya mau izin pulang lebih awal."

Bu Anna menggeleng pelan. "Bukannya kamu habis dari markas? Dan sekarang malah mau pulang?"

Kepala Arkala menunduk. Jika bukan Bu Anna yang memergokinya, pemuda itu tidak akan peduli sedikit pun. Toh, dialah yang berkuasa di sekolah ini.

"Kamu beneran sakit?"

Arkala mengangguk.

"Baiklah. Kalau begitu Ibu akan membuatkan surat izin meninggalkan sekolah. Tunggu sebentar."

Pemuda itu bersorak dalam hati. Tidak salah jika dia mengukuhkan Bu Anna sebagai guru terbaik di sekolah itu.

Lima menit kemudian Bu Anna kembali, sembari membawa sepucuk kertas yang sudah ditandatangani.

"Ini. Kamu bisa istirahat di rumah," ucap Bu Anna, lembut. Seperti seorang ibu pada anaknya.

"Terima kasih, Bu. Kalau begitu saya permisi."

Bu Anna mengangguk sambil tersenyum. Meski kata orang Arkala adalah siswa paling nakal dan selalu berbuat seenaknya, namun Anna selalu menganggap Arkala sebagai anaknya sendiri.

Arkala keluar dari area parkir dan menemui Pak Bowo yang tengah bersantai di depan post satpam.

"Eh, Mas Kala mau ke mana?" tanya Pak Bowo sembari menghalangi motor Arkala.

"Saya mau pulang, Pak. Ini surat izin dari Bu Anna."

Pak Bowo menerima surat izin yang diberikan Arkala, dan menghela napas lelah. "Saya pikir Bu Anna ngasih surat cinta buat saya," ucapnya.

Arkala menepuk bahu Pak Bowo beberapa kali. "Sabar ya, Pak. Next time kayaknya dapet surat cinta."

"Siap, Mas!" Pak Bowo membuka pintu gerbang dan mempersilakan tuan muda Abimanyu keluar area sekolah.

"Mas Kala emang ganteng banget. Nggak salah kalau dia disukai banyak cewek."

Arkala menembus jalanan dengan kecepatan super cepat. Menyalip para pengendara lain yang menghalangi jalannya.

Namun ketika hendak berbelok, Arkala melihat seorang gadis yang hendak menyeberang. Pemuda itu terkejut dan langsung menginjak pedal rem hingga motornya terguling.

"AKH!"