Sejauh yang aku ketahui, Jika kami kesekolah lain, mereka selalu memandang kami dengan tatapan seperti bangga dan bahagia kerena sekolah mereka kami kunjungi.
Padahal kami sama sekali tidak ada rasa sombong tentang sekolah kami, kami menganggab sekolah kami seperti kebanyakan sekolah lainnya.
"Begini, kami sebagi tuan rumah.
Kami sudah menyiapkan keperluan, seperti ruang ganti, Ruang jumpa pers untuk media berita koran harian. lapangan tanding sepak bola, bola volly, bola basket, takraw, dll sudah kami siapkan, sudah tertera disana."
Mereka benar-benar bisa dihandalkan, mereka sudah menyelesaikan semuanya, hanya tinggal pelaksanaannya saja.
Kami berharap, dan juga sekolah lainnya berharap lebih kepada mereka.
"Maaf ibu ikut campur masalah osis, Namun bisakah kamu berteman dengan ketiga kembaran itu. Ibu dengar, tidak ada yang mau berteman dengan mereka, setelah tau bahwa mereka Adalah Cucu petinggi 3B grub."
Aduh, aku juga akan sama seperti mereka Bu kesiswaan.
bagaimana mungkin aku bisa berteman dengan orang kaya, Kalau salah sedikit saja aku akan dilenyapkan tanpa jejak.
ngeri kalau aku membayangkannya.
"Aku harus berpikir dulu Bu, namun aku tidak bisa berjanji." ujar-ku.
kemudian beranjak pergi dari kantor kesiswaan.
Hah... helaan nafas ini sangat berat kurasakan.
apakah aku termaksuk Main carakter disini?
"Bukan begini dik, sini abang ajarin."
Lalu aku mulai menulis rumus, dan ia melihat cara-ku mengerjakan soal matematika, Adik-ku sangat-sangat serius melihat aku yang sedang mengerjakan soal.
"udah paham?"
"Belum bang."
ah... kapan ia mengerti sih, Aku hanya bisa mengulang-ulang satu soal saja, sampai ia harus bisa mengerjakannya.
tanpa aku sadari ia tertidur pulas dimeja, Dasar adik.
aku pun kemudian mengoyangkan tubuhnya, menyuruhnya untuk tidur ditempat tidur, lalu kemudian aku keluar dari kamarnya.
ku lihat Ayah dan Ibu sedang menonton Tv, Aku pun langsung saja masuk kekamar, aku belajar dikamar-ku, mengulangi soal yang dibahas disekolah tadinya.
"Kapan aku akan bisa meringankan beban orang tua-ku?"
tanpa aku sadari, aku tertidur dimeja belajar, sampai pagi hari.
"Bang, makan dulu. Dasi dibenerin, Sur jangan hanya meminum susu saja, nasi gorengnya dimakan juga."
Ibu ku terlalu sibuk dipagi hari.
"Baik anak-anak buka buku paket halaman 54, baca dan pahami. nanti Bapak akan tanya satu-satu dari kalian."
Ucap pak rahmat, lalu berdiri dan melangkah ke arah pintu kelas, bersender dikusen pintu, sambil melihat-lihat anak kelas lain yang sedang tidak ada guru dikelas mereka.
"Kamu jangan jawab ajalah sucipto, udah tau lah bapak pasti jawaban kamu benar."
ucap beliau, saat absen nama-ku sudah mau beliau panggil.
lalu beliau memberi soalan itu kepada nama absen setelah diri-ku.
setelah kelas selesai, aku diajak pak rahmat mengobrol.
"Mau sekolah dimana? UI atau ITB?"
tanya beliau kepada-ku, memberi bimbingan kepada-ku tentang memilih univerisitas yang ingin aku tuju nantinya.
"Atau mau lanjut keluar negeri? kalau mau, sebelum kelas Tiga nanti, kamu harus kabari bapak, nanti bapak akan lihat-lihat universitas mana yang bagus."
Hah... aku ingin sekali saat selesai kuliah nanti langsung dapat pekerjaan yang bagus.
Universitas apa ya yang bagus untuk-ku.
Aku segera kembali kekelas-ku, mengajak dimas untuk kekenantin
disaat aku dan dimas mau kekantin...
"Eh kalain kan kembar tiga yang mencolok itu kan? Tiga Mala kan?" ujar-ku kepada mereka, yang tidak sengaja melintas di depan kelas-ku.