webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
51 Chs

28. Anggota Ambalan baru

Setelah liburan semua siswa pasti akan malas jika masuk sekolah kembali. Terutama Rinai, baru saja Antariksa menanyakan apakah ada yang benar-benar ikut pramuka?

Meskipun rasa lelah perjalanan dari Surabaya Rinai rasakan. Tapi mengikuti organisasi bagi Rinai tak pernah, ada kesempatan pramuka Rinai ikuti saja.

Dan Rinai tidak bisa menolak, ini adalah petualangan serta terdapat beberapa keseruan yang akan tercipta.

"Saya kak," Rinai mengangkat tangannya. Antariksa tersenyum tipis, rezeki orang tampan.

"Saya juga," Adel, memang karena ia akan bersama Rinai. Sahabatnya ini tak akan ada teman mengobrolnya nanti.

Kemudian disusul Caca, Salma, Dinda dan Tia. Selain itu tak ada, mengikuti pramuka? Masalahnya pemimpinnya adalah Antariksa, cowok yang tegas dan displin ketat.

"Aww, gak sabar nih. Kak Antariksa, emang kapan pramukanya?" tanya Caca, kesempatan emas semakin dekat dengan Antariksa.

"Besok, karena ini persami dan merekrut anggota baru yaitu ambalan bagi kalian yang masih kelas sepuluh,"

Caca meloncat senang. "Yeayy, akhirnya bisa liat kak Antariksa lebih deket nih. Makin imut deh,"

'Kehabisan obat,' batin Rinai.

'Segitunya? Nyeh, bilang aja ajang pdkt,' batin Adel kesal.

"Bakalan ada cinta sebatas patok tenda nih," goda Salma.

Pipi Caca bersemu. "Bisa aja, gak dong. Kan buat belajar juga," kilahnya.

Jengah, Antariksa akan pergi ke kelas lain namun ada satu suara lagi yang membuat langkahnya tertahan.

"Saya juga kak, Andre," ia juga ingin mengikuti pramuka. 'Yang lebih utamanya, gue pingin lengserin Antariksa,' Andre juga ingin di pandang hebat serta di kagumi para siswi cantik SMA Permata.

"Baiklah, perlengkapan yang dibawa besok adalah slyer, hasduk, telur, gula dan garam, kayu, perlengkapan sholat, bekal dan air minum, sandal juga." Antariksa menjelaskan dengan wajah bosan, Caca menatapnya lekat. Padahal fokus Antariksa ke Rinai.

"Gak sabar banget ketemu my honey Antariksa," Caca mencubit pipi Tia gemas.

"Gemesnya langsung aja ke orangnya Ca, jangan gue," kesal Tia, ia menepis tangan Caca.

"Yang ada di makan hidup-hidup,"

☁☁☁

Keesokan harinya Rinai sudah siap pergi persami. Perlengkapan yang sudah ia catat semuanya tersimpan rapi di tasnya, berat? Itulah sampai Adel membantunya saat Rinai baru sampai di sekolah.

"Berat banget Rin, lo bawa semuanya?" Adel meletakkan tas Rinai.

"Eh, lo bawa senter kan?" Adel sudah hafal bagaimana perlengkapan pramuka yang wajib dibawa, seperti senter untuk jurit malam nanti.

Rinai menggeleng, Antariksa sendiri tidak menyebutkan peralatan satu ini. "Mana gue tau del, lagian masa semuanya wajib di bawa?"

"Ya, siapa tau kan kak Antariksa lupa terus nanti nanyain senter,"

"Bodoamat, yang lain kan bisa."

Caca baru saja datang, dengan tas yang terlihat berat dan kayu yang ia bawa di tangannya. "Eh, bantuin dong." tak ada yang menggubris, bahkan Adel sekalipun.

"Pelit amat, tinggal bantuin malah gosip," Caca meletakkan empat kayu berukuran sedang di lantai.

Brian yang menyetir mobil pick-up pun baru datang. Ada kendala di rumahnya, menyapu dulu. Brian turun dengan seragam pramukanya, kedua bahunya terdapat lambang Bantara disana.

"Semuanya sudah datang? 10 menit lagi akan berangkat,"

Antariksa merasa lelah, seragam pramukanya masih basah dan pagi-pagi sekali ia menyetrikanya lalu menyalakan kipas angin agar kering, ibunya lupa tidak memasukkan jemuran saat hujan deras kemarin sore.

"Untuk kayu yang kalian bawa letakkan di pick-up saja. Nanti ada pick-up lagi khusus untuk anak Ambalan," ucap Brian, kelas Ips 5,3 dan 2 saja mengikuti pramuka, entah mereka melewatkan kesempatan emas seperti modus ke Antariksa, sang pemimpin Bantara.

Setelah semuanya siap, Agung dan Rafi meletakkan semua kayu yang di bawa oleh para Ambalan ke pick-up.

Pick-up yang di kendalikan oleh Antariksa semakin menambah antusisasme para ciwi yang ikut serta.

"Bakalan betah dong," Caca memposisikan duduknya pas dengan kaca spion, memantulkan wajah Antariksa yang tengah fokus dengan ponselnya.

"Sa, semuanya lengkap. Ayo berangkat," Agung membuka pintu pick up, sangat lelah membawa kayu yang berjumlah 26 itu.

"Rin, kalau misalnya tempatnya nanti dingin jangan lupa jaketnya di pakai ya," Adel seudah mengingatkannya kemarin.

"Iya, tapi apa gak masalah kalau gue pakai jaketnya? Mereka aja pakai pramuka," Rinai juga malas jika nanti berujung hukuman, pasti Antariksa menampakkan dirinya.

Selama 17 menit menempuh perjalanan di tempat inilah akan di adakan persami. Sebuah sekolah dasar pilihan Antariksa, kali ini ada warungnya yang buka saat malam hari nanti untuk Ambalan baru jika ingin membeli makanan atau minuman.

"Semuanya, baris sesuai kelasnya masing-masing. Kalian memasang tenda yang sudah di sediakan sekolah, kalian mengambilnya di Brian," jelas Antariksa, Brian? Mereka masih takut dengan cowok super galak itu. Namun setelah Rinai yang meminta tenda sebagai perwakilan kelas tuduhan mereka berubah, Brian melempar senyumnya.

"Bisa?" tanya Brian ragu, Adel yang mengangguk. "Pengalaman kak, pasti bisa," Adel sudah pernah mengikuti persami.

"Pasang tendanya arah barat ya, untuk yang timur itu tempatnya para Bantara," tambah Brian lagi, bisa saja mereka sengaja memasang tenda di sebelah Bantara, ajang modus.

Yang bekerja lebih keras adalah Adel, sedangkan Rinai hanya membantu Adel memberikan pasaknya.

Adel mendirikan tenda sendiri, sedang teman sekelaskanya? Duduk cantik sambil bergosip.

"Emang kakinya bisa jalan atau gak sih? Malah enak-enakan duduk, giliran masuk tenda nanti pasti seneng," gerutu Adel, sambil memaku pasak dengan kesal.

"Sabar del, nanti di sayang kak Rafi,"

Adel langsung bersemangat. "Kalau sabar buat kak Rafi mah boleh,"

"Udah jangan mikirin cowok terus, udah selesai gak?"

"Yaelah Rin, ngomong aja lo pingin kan? Sabar di sayang kak Antariksa,"

"Gue pergi nih,"

"Jangan, nanti pasaknya miring gimana Rin? Kayak otak lo dong,"

"Terserah del, asal hati lo seneng gue menderita,"

"Nah, gitu dong. Jadi gue bebas nih godain lo, terutama sama kak Antariksa," Adel bernafas lega, akhirnya tenda buatannya berdiri tegak. Ia melirik lainnya, masih kesulitan bahkan hanya sibuk membuat simpul di tongkat pramuka.

☁☁☁