webnovel

Antara Cinta Dan Pengorbanan

Luna si gadis miskin yang apa adanya, menjalani hidup sebagai karyawan kafe di pinggir kota Depok. Rekan kerjanya Rudy, selalu memperhatikannya diam-diam tanpa Luna sadari. Suatu hari Luna bertemu dengan Randy, cowo tajir dan tampan yang sombongnya bikin Luna geregetan. Setiap kebetulan, mereka selalu bertemu. Sampai satu keadaan, Luna menyadari perasaannya pada Randy begitupun sebaliknya. *Baca juga cerita lainnya : UNCOVER POLIGAMI BUKAN SALAH RASA POLIGAMI New Generation UNCOVER (English Version) Jika Takdir Berkehendak *IG author : @authoraisha_

SA_20 · วัยรุ่น
Not enough ratings
20 Chs

15

Perlahan tapi pasti Randy dan Luna melangkah memasuki ruang gelap nan pengap, selangkah demi selangkah mereka lewati. Sampai di satu titik aura mencekam begitu terasa, dan itu membuat Luna menggandeng lengan Randy cukup erat.

Randy yang merasa tangannya di rengkuh menengok dan menatap Luna yang mulai ketakutan, senyum tipis terukir di wajah Randy. Lalu tiba-tiba salah satu karakter hantu yang cukup seram mengagetkan mereka, dengan muncul di depan mereka.

"kalo takut, peluk gw aja" saran Randy yang langsung di terima oleh Luna.

"asli gw takut banget" gumam Luna gemeteran.

"ada gw disini santai aja" bisik Randy bikin Luna sedikit tenang.

Namun setelah ketenangan Luna tiba-tiba muncul sesosok hantu buatan yang mendekat, hal itu membuat Luna semakin mengeratkan pelukannya pada Randy.

Luna berteriak ketakutan, dan memeluk Randy sangat erat. Randy yang mengetahui Luna ketakutan segera mencari jalan keluar untuk mereka, lalu ia membawa Luna untuk menyusuri jalan.

Luna terus berteriak kala dirinya melihat hantu bohongan yang mengagetkannya secara tiba-tiba, ia terus menggenggam erat tangan Randy dan memeluknya.

sampai akhirnya mereka keluar dari rumah hantu itu, barulah Luna bisa bernafas dengan tenang. Keringat memenuhi wajah Luna, lalu Randy pun mengelapnya dengan sapu tangan miliknya.

"abis ini mau main apa?" tanya Randy pada Luna.

"naik bianglala, dari dulu gw mau naik bianglala, tapi gak pernah kesampean." jawab Luna semangat.

"oke, kita kesana" balas Randy setuju.

Mereka pun menikmati makanan yang sudah di pesan, Randy tersenyum saat melihat Luna menyantap makanannya dengan lahap.

Setelah selesai makan, Randy dan Luna menuju antrian bianglala seperti yang sudah di rencanakan. Mereka menunggu giliran untuk naik salah satu bagian dari bianglala disana. Dengan senyum senangnya, Luna menaiki salah satu cerbong bianglala. Dan bianglala mulai berputar perlahan.

Matahari terbenam terlihat sangat indah dari atas bianglala ini, Luna tersenyum senang karna dapat menyaksikan keindahan ini bersama Randy. Randy sendiri menatap Luna puas, senyum di wajah Luna memberikan arti jika ia bahagia bersamanya seperti saat ini. Randy ikut tersenyum, dan menyaksikan apa yang Luna perhatikan.

"indah ya?" Guman Randy dengan senyumnya.

"iya, gw suka banget liat matahari terbenam." balas Luna setuju.

"gak terasa yah, satu hari udah berlalu." tukas Randy puas.

"makasih ya, hari ini gw seneng banget. Lo udah bawa gw kesini, dan nikmati hari dengan benar-benar bahagia." ungkap Luna tulus.

"selama lo bahagia, gw juga ikut bahagia Lun." balas Randy dengan senyumnya.

Randy memeluk Luna, dan Luna membalasnya. Mereka berada tepat di puncak ketinggian bianglala dimana konon pasangan yang mengutarakan cintanya di puncak ketinggian di bianglala, cinta mereka akan tersampaikan.

"terima kasih udah buat hari ini begitu indah, Randy" ucap Luna dengan senyumnya dalam pelukan Randy.

"terima kasih juga udah buat hati ini terasa indah, Luna" balas Randy sambil mengecup pucuk kepala Luna yang berada dalam pelukannya.

Hari ini berlalu indah untuk mereka berdua, 29 hari lagi waktu tersisa sebelum pernikahan Luna dengan Rudy. Dan 29 hari itulah, kebersamaan mereka akan terus tercipta.

.

.

.

.

.

Randy dan Luna akan kembali ke aparteman saat matahari telah sepenuhnya tenggelam, dan tergantikan oleh rembulan yang bersinar terang.

"kita langsung pulang?" tanya Randy.

"hm, cukup untuk hari ini. Gw seneng banget, dan sangat puas" jawab Luna dengan senyumnya.

Randy yang melihat itu ikut tersenyum, lalu ia membuka jaketnya dan memberikannya pada Luna agar gadis itu merasa hangat.

Luna tersenyum merona mendapat perlakuan seperti itu dari Randy, ia melirik Randy yang ternyata juga sedang menatapnya.

Mereka sama-sama tersenyum, sampai akhirnya mereka sampai di mobil milik Randy. Randy membukakan pintu untuk Luna, dan dengan senyuman di wajahnya Luna menerima perlakuannya itu.

"kita gak mampir dulu nih?" tanya Randy pada Luna.

"kemana?" balas Luna.

"dinner?" usul Randy dengan seringainya.

Luna berpikir, lalu ia menemukan ide yang menurutnya lebih baik.

"kita dinner di rumah aja gimana?" balas Luna mengusulkan.

"hm boleh aja si, siapa yang masak?" tanya Randy.

"kalo soal iti tenang aja, yang pasti malam ini kita makan besar." ucap Luna dengan pasti.

"ok, kita pulang" balas Randy semangat.

.

.

.

.

.

Randy dan Luna sampai di aparteman, mereka langsung membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan yang lebih santai.

Setelah itu, Luna kembali berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malam mereka yang tertunda. Sebenarnya Randy sudah mengajaknya dinner tadi, tapi Luna menolak karna ingin memasak sendiri makan malam mereka.

Luna memasak banyak menu hari ini, dan semuanya adalah kesukaan Randy. Dengan semangat Luna merapikan semuanya, lalu ia memanggil Randy untuk turun dan makan bersama.

Randy turun dengan pakaian santainya, walau begitu ia tetap saja keren. Bahkan Luna pun terpesona padanya, tapi ia mencoba menetralkan perasaannya yang membuncah itu.

"kenapa?" tanya Randy bingung dengan Luna yang hanya diam sejak tadi.

"gak apa-apa, ayo makan!" balas Luna dengan cuek.

Randy mengernyitkan dahinya melihat tingkah Luna, baru sesaat kemudian ia mengerti dari rona merah di pipi Luna. Gadis itu malu-malu rupanya, dan Randy tersenyum puas menyadari itu.

"wah ini semua lo yang masak nih?" tanya Randy mencoba mengalihkan perhatian Luna.

"iyalah, siapa lagi emang?" balas Luna sombong.

"wih mantul" tukas Randy kagum.

"hah? Apaan? Mandul?" tanya Luna yang tidak paham dengan ucapan Randy.

"mantul bambang, mantul is mantap betul. Gitu aja gak tau, Norak!" ejek Randy sambil mencubit hidung Luna.

"ahh aduh, ih Randy! Sakit tau!" keluh Luna sambil mengusap hidunnya yang memerah.

"ya udah maaf, yuk ah makan. Perut gw udah pada demu nih, minta diisi." balas Randy dengan wajah di yang di buat melas.

Luna tertawa geli, lalu ia menyendokkan nasi ke piring Randy. Begitu juga dengan lauknya, setelah sepiring untuk Randy terisi penuh oleh makanan. Barulah Luna memberikannya pada Randy, dan Randy menatap hal itu dengan tatapan berbinarnya.

"asik makan besar" tukas Randy senang.

"makan deh sepuas lo" balas Luna santai.

Merekapun menyantap makan malam itu dengan nikmat, keduanya menghabiskan semua makanan yang ada di atas meja. Jika di lihat lebih detail, tubuh mereka kini bertambah 2 centi lebih besar dari sebelumnya.

"ya ampun, nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?" ungkap Randy dengan puas.

"iya, enak banget ternyata." sambung Luna.

Mereka mengakhiri aksi makan-makan itu, lalu membersihkan barang-barang yang kotor bersamaan. Tadinya Luna saja yang membersihkannya, tapi Randy tidak tega melihatnya jadi ia ikut membantu Luna menyucikan peralatan dapur yang kotor.

Sedangkan Luna hanya memperhatikan Randy sambil mengelap piring yang sudah di cuci, dan menaruhnya kembali ke tempatnya.