webnovel

24 KEMEJA

verto kembali kekamarnya dengan wajah geram,masuk kekamar mandi memandang cermin.

"ahhh..." verto berteriak keras tangannya mengepal keras memukul kaca dihadapannya,

"pyar..." suara kaca pecah,darah mengalir dari sela sela jari panjangnya.

verto menangis terduduk bersandar pada bathtub.

meruntuki nasibnya mengapa wanita yang begitu dicintainya tidak menginginkannya bahkan membencinya.

"maria...."jerit lirih verto.

"kakak...kakak" suara lembut wanita memanggil.(veria)

"kakak...!!!" jeritnya memenuhi kamar saat melihat verto duduk dengan darah tercecer di lantai lalu berlari keluar.

"tolong.....tolong...."jerit veria ketakutan sambil berlari menemui ludwiq.

ludwiq yang sedang berjalan hendak menemui verto terkejut.

"tuan putri ...apa yang terjadi" tanya ludwia dengan wajah cemas.

"kakak...kakak..." jawab veria sembari jarinya menunjuk pada kamar verto.

spontan ludwiq berlari menuju kamar diikuti veria.

"pangeran...." jerit kecil ludwiq menyaksikn verto tidak berdaya dengan darah memenuhi lantai kamar mandi.

ludwiq langsung meraih ponsel dan tampa sadar menghubungi maria karena dalam benaknya maria adalah seorang dokter.

**

"drett...drettt..drettt" bunyi getar ponsel maria.

dengan enggan maria meraih ponselnya.

"hallo" sapa maria.

"dokter....dokter maria,pangeran..." jawab ludwiq terdengar panik.

"kenapa dengan pangeran" jawab maria terkejut mendengar suara cemas ludwiq.

"tolong pangeran dok..."balas ludwiq.

sontak maria bangun dari pembaringannya dan bergegas menuju kamar verto.

maria terlihat bingung mencari kamar verto.

"selamat pagi dokter" sapa pelayan dengan sikap hormat namun terlihat heran menyaksikan wajah maria yang cemas.

"kamar pangeran ?" ucap maria tampa sadar.

"mari saya antar "jawab pelayan itu lagi.

"cepat antar aku " ucap maria dengan suara bergetar.

sesampai didepan kamar verto samar samar terdengar suara tangisan perempuan.maria berlari memasuki kamar verto diikuti pelayan.

"dokter " ludwiq menunjukkan jarinya pada verto yang tidak berdaya dikamar mandi.

maria terhenyak menyaksikan darah tercecer di lantai.dengan cepat menghampiri verto lalu menepuk lembut wajah verto.

"apa kamu sudah gila " ucap maria tajam sambil menggenggam pergelangan tangan verto.

ludwiq,veria dan pelayan terhenyak mendengar ucapan maria.

"maria.." jawab verto lemah.

ludwiq,veria dan pelayan semakin terheran dengan jawaban lembut verto.

"mister tolong bantu aku memapah pangeran ke kursi,miss tolong ambilkan obat obatan kemari" perintah maria tampa sadar.

ludwiq dengan cepat memapah verto pada kursi.veria masih menangis ikut terduduk disamping verto.

"kakak..." panggil veria lirih sembari memegang lengan verto.

tidak lama dua pelayan datang membawa obat obatan lalu dengan sigap membersihkan kamar mandi verto.

maria duduk disebelah verto,membersihkan darah dari tangan verto, mengobati luka luka pada jari jari verto dan membalutnya.

mata verto terpejam kepalanya bersandar pada sandaran kursi.

wajah maria terlihat menyimpan kemarahan.

ludwiq menyentuh tangan veria memberi isyarat untuk meninggalkan maria dan verto.veria memahami isyarat ludwiq lalu meninggalkan kamar verto dengan ludwiq.

maria duduk tidak jauh dari verto sambil menatap tajam verto.

"ulat gila" runtuk maria dalam hati.

tidak lama kedua pelayan selesai membersihkan kamar mandi lalu pamit diri.

"verto..." panggil maria tampa beranjak dari kursinya.

"hmmm" jawab verto lalu membuka matanya menatap maria.

"pergilah bila kamu merasa tidak nyaman didekatku"lanjut verto lagi lalu memejamkan matanya lagi.

"macan kecil jangan tinggalkan aku" harap verto dalam hati.

"bisakah kamu membersihkan tubuhmu" ucap maria.

"hanya jarimu yang terluka bukan tubuhmu" lanjut maria kembali ketus.

ingin sekali maria pergi dari kamar verto namun rasa khawatir akan tindakan gila verto menahan keinginan maria untuk pergi.

verto berdiri lalu berjalan masuk ke kamar mandi.maria tetap menunggu verto dengan cemas,terdengar bunyi kucuran air.tidak lama verto keluar dengan handuk melilit pinggangnya.tangannya mengusap rambutnya yang basah.

maria meradang menyaksikan balutan luka pada jari verto yang basah.

"apakah kamu berniat bunuh diri" tanya maria dengan mata tajam.

"bila ingin bunuh diri lebih baik aku keluar sekarang" lanjut maria.

"tidakkah kamu memahami bila aku menginginkan perhatianmu." jawab verto terus terang lalu menyodorkan handuk pada maria meminta maria mengeringkan rambutnya.

"ulat gila" runtuk maria lirih lalu meraih handuk dan mengusap rambut verto dengan handuk.

verto tersenyum mendengar makian maria.dengan sengaja tangannya melingkari pinggang ramping maria.

maria tau bila dia berontak maka akan semakin lama waktunya tertahan dikamar verto.usai mengeringkan rambut maria.

"pakaianku.." ucap verto dengan wajah memelas

"apakah disini pakaianmu" tunjuk maria pada lemari yang besar.

verto mengangguk.maria membuka lemari berisi kemeja yang tergantung berjejer rapi.meraih satu kemeja putih.membuka lemari lainnya berisi celana yang tergantung berjejer rapi meraih celana biru tua.

"ini" ucap maria menyodorkan sepasang pakaian pada verto.

"gunakan dikamar mandi" lanjut maria.

verto masih terdiam.

"apa lagi" tanya maria ketus.

mata verto mengarah pada bagian bawah tubuhnya.

"Tuhan..." jerit pelan maria.

"apakah kamu pikir aku akan mau mengambil baju dalammu?!" ucap maria dengan tajam.

verto terlihat semakin tertawa bahagia menggoda maria.

verto masuk ke dalam kamar mandi lalu keluar dengan kemeja yang belum terkancing.matanya memberi isyarat bila balutan pada jarinya basah verto takut kemejanya menjadi basah.

maria geram menyaksikan tatapan verto lalu beranjak menghampiri verto dam membantu verto memasang kancing kemejanya.