webnovel

Angkasa dan Lily

Simpan dulu di coll kalian, siapa tahu suka^^ 18+ di vol2 * Kamu tahu? Lily itu gak akan bisa tumbuh di Angkasa. Kenapa? Karena Lily gak diciptakan untuk Angkasa. Aku tahu, Lily memang gak bisa bertahan hidup di Angkasa. Dan Lily memang gak diciptain buat ada di Angkasa. Tapi Lily akan buat Angkasa jadi milik Lily. Mereka adalah dua hal yang sangat tidak mungkin untuk bersama, namun takdir menjadikan mereka bertemu dan menjadi dekat. Lalu menjauh dan menjadi dekat kembali. * Jika kalian suka cerita yang ringan, silahkan mampir ya :)) Ini cerita remaja yang dibumbui dengan bumbu istimewa atau tidak biasa Dan merupakan cerita pertama yang aku terbitkan di Webnovel Vol 1 : 1-295 Vol 2 : 296-sekarang Cover by apgraphic_ Terima kasih! mohon dukungannya! Chuuby_Sugar

Chuuby_Sugar · วัยรุ่น
Not enough ratings
443 Chs

77. Susulin gih

Hanya tinggal hitungan jam bagi Intan untuk segera pergi ke Korea Selatan, surga bagi para pecinta oppa-oppa korea dan pecinta drama korea. Dengan menaiki motor terbang atau yang lebih sering disebut pesawat untuk menyebrangi benua dan samudra.

Tidak dapat dipungkiri negara dengan tingkat kecepatan internet tercepat didunia itu, kini juga memiliki tren kecantikan yang luar biasa dikagumi. Intan sangat beruntung bisa pergi kesana untuk mendapatkan ilmu lebih.

Harusnya ada perasaan emosional berupa kesedihan atau kecemasan, karena Intan akan meninggalkan negara ini dengan merahasiakan kepergiannya dari orang yang sangat disayanginya.

Lupakan perasaan emosional itu, saat ini Intan sangat kesal karena adiknya sudah banyak menyumpalkan banyak benda tak berguna ke kopernya. Contohnya sarung tangan rajut atau minuman herbal penghangat tubuh.

"Sindi, udah kebanyakan ini. Nanti koper kakak gak bisa ditutup."

"Ini semua benda kecil kok, kakak tenang aja." Tenang gundulmu, benda kecil yang menumpukpun bisa masuk kedalam kategori benda besar.

"Lagian ya, kakak sampai sana itu masih musim semi, pergantian ke musim panas malah. Jadi percuma kalau bawa beginian sekarang."

"Lebih repot lagi kalau besok harus kirim-kirim. Argh, aku gak bakal mau ngirim. Mending dibawa aja sekalian kak."

"Bener juga sih, cuma koper kakak jadi penuh."

Sindi menutup koper kakaknya dengan cepat bercampur perasaan kesal dan dongkol. Sindi hanya berusaha membantu.

"Kalau gitu mending kakak minta kak Sean yang kirim ini nanti. Jangan pernah minta bantuan sama aku. Aku mau telfon kak Sean dulu." Intan mencegah adiknya yang hendak pergi dengan cepat.

"Jangan."

Sindi bingung. "Kenapa jangan?"

"Ya jangan, kakak... gak kasih tahu ke Kak Sean kalau kakak pergi ke Korea. Jadi mending kamu diem aja." Sindi mendelik, yang benar saja kakaknya yang satu ini. Saat membuat masalah saja bersemangat, saat bersalah malah menyerah bak siput yang berjalan lambat.

"Kakak gila! Kakak mau nyerah gitu aja?!"

"Kayak kamu nyerah ke Sky..." Sindi menepuk dahinya sendiri.

"Kakak! Situasi kakak sama aku tuh beda. Lily kan gak suka sama kak Sean. Jadi Kak Sean itu..."

"..Cuma bertepuk sebelah tangan ke Lily." Lanjut Intan.

"Nah itu tahu. Tandanya kakak masih ada kesempatan, lebih lagi Kak Sean juga bilang kalau dia sayang kakak. Jadi kakak tinggal injak gas lebih kuat lagi. Happy ending deh." Intan tersenyum kecut sembari menundukkan kepalanya dalam karena mendapat ceramah panjang dari adiknya.

"Jadi sekarang kakak harus gimana?"

"Kasih tahu Sean kalau kakak mau pergi?" Tanya Intan memastikan.

"Tunggu apa lagi? Penerbangan kakak juga tengah malem, waktu kakak masih banyak." Kalau sudah paham kenapa tidak cepat bergerak? Sindi menggelengkan kepalanya pusing menahan pusing akibat kakaknya yang lemot.

Intan menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan. Kakinya melangkah menuju nakas sembari meraih jaket dan hpnya.

Hal pertama yang Intan lakukan adalah menelfon Sean dengan kaki yang terus melangkah menuruni tangga.

Telfon terhubung.

"Hal.."

"Halo, Intan sekarang kamu dimana?"

"Aku dirumah lah, dimana lagi.."

"Aku kesana sekarang. Kamu jangan pergi." Ucap Sean banting stir yang tadinya hendak menuju bandara kini menuju rumah Intan.

Sambungan terputus.

Ada apa dengan Sean tiba-tiba ingin menemuinya? Terkahir kali Sean kerumah ini saat Sean mengantarkannya, saat Intan terkena tumpahan green tea dan mengakhiri hubungan mereka.

Tak diduga, saat-saat mobil Sean akan mengarah kembali kerumah ini sudah didepan mata. Memang semenjak masalah itu Intan maupun Sean tidak ada yang menghubungi lebih dulu. Hanya menjadi penonton story satu sama lain.

"Gimana kak?" Ujar Sindi menyadarkan kakaknya dari lamunan.

"Gak jadi keluar?" Tanya Sindi lagi.

"Sean mau kesini!" Sindi menutup telinganya secara otomatis saat mendapat sensor suara keras.

"Penampilan kakak gimana?" Sindi pura-pura menilai.

"Jelek." Intan cemberut.

"Bercanda kak. Jaketnya dilepas. Kakak udah cantik kayak biasa kok." Intan tersenyum.

Tingtong!

"Sean?"

Sindi acuh, tidak mungkin juga Sean datang secepat ini. Sindi membiarkan kakaknya membuka pintu dan memilih pergi dari sana daripada melihat hal yang akan sangat menyebalkan bagi para jomblo.

Intan membuka pintu dengan cepat dan benar, Sean ada depan pintu itu penuh dengan keringat. Tanpa aba-aba Sean menjatuhkan pelukannya kepada Intan.

Intan yang kebingungan dengan tindakan tiba-tiba Sean, perlahan melingkarkan tangannya pada punggung lebar Sean.

"Aku ka.."

"Kata Lily kamu mau pergi ke Korea?" Lily menyebalkan! Ternyata ini sebabnya Sean datang kerumahnya dengan keringat yang bercucuran.

"Lily kasih tahu kamu?"

"Katanya setengah jam lagi?"

"Enggak, masih lama. Penerbanganku tengah malem."

"Tapi Lily.." Sean melonggarkan pelukannya perlahan. Sepertinya kebohongan Lily ini mendatangkan keuntungan bagi Intan. Ah, Intan rindu sekali bisa memeluk Sean. Terima kasih Lily. Intan tidak jadi kesal.

"Lily pasti bohong." Intan terkikik geli saat melihat wajah pucat Sean. Sean tersadar dengan tindakan impulsif yang baru saja dilakukannya pada Intan. Ah, pasti sekarang Intan mengira Sean tidak rela melepas kepergiannya.

"Kenapa?" Tanya Intan saat Sean tak kunjung kembali dari lamunannya.

"Aku cuma gak mau aja kamu pergi tanpa bilang apa-apa sama aku." Intan menarik Sean kembali untuk dipeluknya.

"Ini aku juga mau bilang, tapi kamu udah sampai sini duluan gimana dong?"

Sean mengela nafas panjang. Tidak ada gunanya juga menyesali yang sudah terjadi.

"Kamu mau jalan-jalan dulu ngehabisin mumpung kamu belum berangkat? Aku takut kangen sama kamu." Intan menggeleng membuat Sean mengernyit kebingungan.

"Terus?"

"Aku gak mau kecapekan sebelum berangkat." Sean melihat dering hpnya yang berbunyi, panggilan masuk dari Yuli. Tadi saat Sean baru menyetir kerumah ini Aster juga sempat menelfonnya beberapa kali. Tapi itu tidak penting sekarang. Waktunya dan Intan untuk bersama sangat tipis.

"Tapi aku gak mau kamu pergi gitu aja." Lirih Sean.

"Aku tahu, makanya kita dirumah aja. Nonton film, makan bareng, main game."

Sean mengangguk setuju, bukan ide buruk juga yang dilontarkan oleh Intan.

Sean berdecak saat hpnya kembali berdering disaat seperti ini. Seharusnya Sean mematikan hpnya sedari tadi. Tapi niat mematikan hp urung saat melihat siapa yang menelfonnya. Lily.

Sean menatap Intan untuk meminta izin mengangkat telfon dari Lily. Intanpun mengangguk memberi persetujuan dan beralih masuk kedalam duduk di sofa.

"Halo."

"Tuh kan, kalau Lily pasti diangkat..." suara dari seberang sana yang Sean ketahui itu suara Yuli yang pasti sedang berdebat dengan Aster dan Lily. Sean terkekeh pelan. Intan yang penasaran kembali mendekat kearah Sean, lantas Sean menekan tombol pengeras suara agar Intan bisa ikut mendengarkan.

"Halo kak Sean."

"Kenapa Ly?"

Ada isakan disana. "Kalau udah anter Kak Intan pergi bisa balik ke swalayan gak? Kita niatnya mau naik taksi tapi supir taksinya minta bayaran dua ratus ribu karena barang kita kebanyakan sampai sesak satu taksi. Dan pas kita ngumpulin uang. Sisa uangku sama Yuli gak ada dua ratus ribu, si Aster gak bawa duit.. uang kita gak cukup. Huwaaa. Kak Sean tolongin kita."

Baik Sean maupun Intan terkekeh geli. Ada-ada saja tingkah anak-anak itu.

"Susulin gih." Ujar Intan yang rupanya terdengar sampai seberang sana.

"Kak Intan kah itu? Kak Intan belum berangkat kan?"

"Belum Ly, masih lama. Gimana mau kakak bantuin pakai mobil kakak juga gak?" Tawar Intan setelah mendengar kesulitan yang dialami Lily.

"Boleh kak. Boleh bangeeet." Jawab serentak Yuli dan Lily.

"Kakak langsung ke trotoar depan mall aja ya, kita disitu."

Sambungan terputus, Sean dan Intan saling melempar senyum satu sama lain.