"I don't know why ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Kantor Polisi Distrik Khong Kloe, Wattana, Bangkok.
____________________
Sejujurnya menemui jaksa agung dalam pilihan terakhir Apo. Namun, jika dipanggil, harus bagaimana dirinya? Mau tak mau Apo pun hadir di sini. Menjadi salah satu korban pemukulan, karena Nazha sendiri masih di rumah sakit. Wanita itu pasti lebih syok daripada Apo, sebab wajah dan tubuh adalah asetnya.
Apo ingat, selain pewaris Nazha merupakan model, desainer, dan tokoh media. Tidak heran jika tindakannya langsung sejauh ini. Apalagi Alan terkena gamparan juga. Apo tidak tahu seberapa parah luka yang mereka terima, tapi jika dia di posisi Nazha, lalu triplets yang jadi korbannya--maaf saja ... Apo pun takkan berpikir dua kali untuk hal ini.
"Jadi, bagaimana, Tuan Natta?" tanya Jaksa Agung Na Naphat Vikairungroj. Lelaki dengan panggilan Mr. Napvtik atau Na itu bersiap mencatat info. Dia memutar pulplen di tangan. Tampak fokus, dan matanya tidak melepaskan Apo. "Saya dengar Anda korban pertama dalam tindak kekerasan rumah tangga ini? Apa itu benar adanya?"
Apo pun meremas celana di bawah meja. Sepenuhnya dia harus kuat di titik ini, karena jika tidak segalanya akan sia-sia. "Benar, Mr. Na. Semua sesuai yang Anda dengar."
"Hm, oke," kata Napvtik sambil mencoret-coret bukunya. "Terus, kenapa tidak pernah melapor? Apa tindakan suami Anda tidak separah itu?"
"... ah, bukan begitu ...."
Napvtik pun mencoba membaca Apo. "Apa ada bukti atau sesuatu?" tanyanya semakin detail. Hal yang membuat napas Apo sesak, tapi Omega itu teguh menatap sang Jaksa dengan suara gemetar.
"Saya hanya ... waktu itu panik," kata Apo apa adanya. "Ragu, agak bingung, dan lain sebagainya. Apalagi saksi yang melihat cuma 1. Jadi, belum bisa dilakukan hingga sekarang."
Napvtik pun mengangguk-angguk. "Oh ... oke," katanya. ".... tapi bisa tidak kau hadirkan saksi itu di lain hari?"
Apo refleks menjawab mantap. "Bisa."
"Good. Setidaknya ada pernyataan yang dua orang atau lebih," kata Napvtik. Lalu melihat data-data yang dia bawa. "Soalnya pernikahan Tuan Mile dengan Nona Nazha ini terbilang baru loh. Sangat baru, malah ...." tegasnya. ".... jadi kami merasa, apa yang seperti ini tak terlalu dini untuk pelaporan? Siapa tahu masih bisa ditengahi? Tapi Nona Nazha malah menyebutkan nama Anda di akhir."
DEG
"Oh ...." desah Apo. Jadi begitu kronologinya ....
"Iya, kan soalnya rumah tangga biasa bertengkar," kata Napvtik. "Tapi kalau malah ada korban pertama, ya berarti dari dulu-dulu, kan? Maksudku soal perilaku suami Anda berdua."
Apo pun hanya menyimak. "...."
"Terus di sini ada juga beberapa poin. Seperti keterlibatan narkoba, pemukulan ibu dan anak dengan hasil visum valid, lalu pernyataan cukup atas suatu perkara ...." kata Napvtik menyebutkan. Jaksa beta itu kentara berpikir. Barulah menatap Apo dengan gaya khas-nya. ".... tapi yang terpenting setelah Anda tercatat dalam kasus ini. Tujuan Anda sebenarnya apa, Tuan? Hanya hukuman atau perceraian? Saya perlu merinci hal ini. Sebab informasi orang lain bisa saja beda dengan korbannya sendiri."
Apo pun gemetar pun semakin hebat. Sebab saat Nazha datang ke kantornya, jujur Apo benci karena melihat sesosok perusak. Apalagi ingat percakapan mereka sebelum pisah.
"Jadi, Anda tidak memberinya pilihan? Maksudku, bahkan setelah dia berusaha kembali."
"Apa saat itu dia memberiku pilihan?"
Namun, hanya dengan mengkonfirmasi hal itu. Nazha justru berani menarik Apo ke langit--Oh, Tuhan ... ini benar-benar di luar pemikiranku, batin Apo--karena mungkin Nazha kini paham posisinya. Dan Apo pun memahami wanita itu.
"Perceraian, Mr. Na. Itu pun kalau dikehendaki oleh pengadilan," kata Apo tegas. Dia tenang, meski dadanya bergemuruh. Sebab masalah ini sudah tercium jauh.
"Oke, sudah dibenarkan, ya," kata Napvtik sama tenangnya. Dia pun mencatat poin-poin penting baru. Lalu mengetukkan pulpennya ke meja. "Soalnya Nona Nazha berlawanan dengan Anda. Dan beliau tidak menghendaki perceraian, melainkan hukuman."
DEG
"Oh ...." desah Apo.
"Itu untuk sementara ini," jelas Napvtik. "Rasanya beliau ingin bicara lagi dengan saya, memang. Jadi mungkin sembuh nanti jawabannya sudah berbeda."
Apo malah tidak berkomentar. Dia hanya balas menatap sang Jaksa. Sehingga Napvtik jelas bingung dengan reaksinya. "...."
"Oh, ya ... tapi ada yang perlu saya luruskan," kata Napvtik. "Karena status Tuan Mile masih terdakwa, jadi ada satu saran untuk kalian."
"...."
"Bisa kok diadakan pertemuan keluarga dulu. Antara Anda, Nona Bextiar, dan Tuan Romsaithong ... mungkin?" kata Napvtik. "Maksudku, kalau saja ada yang berubah pikiran. Jadi bisa diselesaikan baik-baik dahulu. Soalnya kalau sudah diajukan ke pusat--wah ... beda lagi penanganannya," tegasnya. ".... kami jelas akan mengusut pasalnya semakin rinci--"
"Kalau saya sudah cukup di sini," sela Apo. Lalu meminta maaf segera. "Ah ... tunggu dulu. Bukannya saya bermaksud tak sopan. Tapi, ini sudah saya pikirkan sedari lama."
DEG
"Oh ...." desah Napvtik.
"Jadi, tinggal bagaimana Anda melanjutkannya. Karena saya mau surat gugatan cerai, dan kalau bisa tambahi poinnya lagi," kata Apo cepat. Seolah-olah dia tengah menjawab wawancara kerja, dimana dia takkan lolos jika tak serius bicara.
"... oke? Apa itu?" tanya Napvtik dengan napas yang tertahan. Si jaksa sepertinya ikut tertarik. Sebab ekspresinya benar-benar kelihatan penasaran.
"... aku mau pembatalan Prenuptial Agreement tentang hak asuh bayi-bayiku. Dan akan kutunjukkan narkoba yang pernah dia punya di tempatku," kata Apo.
Jeda sejenak yang sangat sunyi.
"Ho ...." desah Napvtik, lalu meneliti ulang isi datanya. "Jadi, narkobanya di dua tempat ternyata. Oke ... sebentar kucatat yang satu ini."
Apo pun mengangguk pelan. "Baik," katanya, lalu memperhatikan segala pelanggaran yang dibuat Mile di kertas itu ".... tapi, tunggu. Time-lap-nya pasti berbeda, Mr. Na. Yang ditemukan di tempat saya sudah sejak dulu. Dan yang Nazha laporkan sebaiknya Anda pastikan ulang."
DEG
"Hah?" Napvtik pun agak bingung. "Bukankah semua sama saja? Narkoba tetap narkoba, Tuan. Tinggal ditentukan saja jenis dan beratnya," katanya.
Apo pun menggeleng pelan. Lalu permisi menunjuk data sang Jaksa. "Bukan, maksud saya ... setahuku Mile pernah rehabilitasi, tapi hasilnya memang gagal hingga pemukulan yang kedua." Dia bilang, ".... jadi, kalau pun suamiku nanti dapat hukuman. Kurasa dokter dia harus didatangkan juga, boleh? Aku harap semua diberikan yang sesuai. Jangan sampai melebihi pasal-pasalnya."
Napvtik pun memandangi wajah Apo. Ekspresinya yang keibuan, dan betapa lembut tatapan matanya saat bicara ....
DEG
"Kenapa, Mr. Na?" tanya Apo kebingungan.
Napvtik pun segera menggeleng pelan. "Ah, tidak ...." katanya. Berusaha biasa walau ketahuan melamun. "Jadi, apa masih ada lagi? Jika iya, katakanlah, Tuan. Saya akan mempertimbangkan tuduhan apa saja yang akan diajukan ke pengadilan."
Apo malah menggeleng pelan. "Tidak kok, itu cukup," katanya. "Tapi apa boleh kutemui Mile sebentar di tahanannya? Aku ingin bicara padanya mengenai hal pribadi."
Napvtik pun langsung mengangguk. "Bisa, bisa. Silahkan Anda nanti lewat jalur kanan. Ketemu polisi di depan. Pasti diantar ke sana," katanya.
"Baik, terima kasih ...." kata Apo sambil tersenyum tipis. Omega itu pamit setelah diwawancarai, langsung pergi. Tanpa tahu Napvtik masih memandangi punggungnya di tempat.
"Aku benar-benar tidak habis pikir ...." batin Napvtik. "Jika kau memang orang yang sebaik itu, bagaimana bisa dia menyakitimu?"