webnovel

S2-47 A MISUNDERSTANDING

"Because who is close can far away, so set your heart to always be ready ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Jika tak ada gejala gawat, operasi besar sebenarnya membutuhkan 5-6 hari untuk pemulihan kasar. Selanjutnya Paing bisa rawat jalan di rumah, tapi Apo tidak bisa menunggu selama itu. Dia pun pulang dan fokus pada diri sendiri. Namun jika ada waktu, meski 15 menit pun tetap berkunjung. Kadang dia sendirian, kalau sempat juga membawa baby Er. Tapi jika Paing kondisi tidur, Apo hanya merapikan selimutnya ke posisi semula. Cup.

"Get well soon, Phi," bisik Apo setelah meninggalkan kecupan di kening Paing. Dia pun keluar setelah pamit dengan Dokter Ye. Yang dibalas senyuman arif wanita itu.

Sejujurnya, di balik sakitnya Paing, Apo masih mensyukuri beberapa hal yang baik. Sebab kerabat Paing banyak yang datang menjenguk. Sehingga Apo bisa mengenal mereka juga. Ya, walau banyak tokoh yang tak dia ketahui. Bahkan beberapa blasteran Eropa. Rata-rata sangat sopan, sih ... kecuali bocah kecil-kecil yang hiperaktif. Mereka berlarian seenak hati di lorong RS. Bercanda. Bahkan ada yang minta uang ke Paing terang-terangan.

"Uncle! Cuan!"

"Iya, cuan!"

"Cuan! Cuan! Cuan!"

"Iiihhhh ... mauuuuu!"

"Who said money? I want to!"

Paing hanya tertawa ke para bocah yang mengerumuninya. Alpha itu menoyor mereka satu per satu. Lalu mencubiti hidung mungil-mungil di depannya. "Nanti," katanya. "Sana doa dulu yang serius. Buat Uncle. Kalau sampai bisa manjur. Uangnya akan jatuh dari langit."

"Eeeh? Serius?"

"Benar yaaaa, Uncle!"

"Yea, don't fool me, please!"

Benar-benar bocah yang menggemaskan. Mereka pun lari lagi setelah dijanjikan mainan keren. Lalu menabraki Apo yang baru masuk untuk menjenguk.

BRAKH! BRAKH! BRAKH!

"Aissshh, Alexa!"

"Aduh! Maaf, ya ... Tuan manis!"

"Wait for me, Joshua!"

"Ha ha ha ha ha ha ha!"

Ribut sekali kedengarannya. Apalagi mereka baru 6-8 tahun. Semuanya dalam masa-masa main, hingga ibu masing-masing tergopoh mengekori mereka.

"Oi, All!"

"Jasmine!"

Mereka baru menikah saat hampir kepala empat. Namun, dua di antaranya masih tampak muda. Hmm, benar-benar sangat aristokrat, Pikir Apo. Pantas semua memanggil Paing "Nong", walau Apo tidak jelas juga soal hubungan kekerabatan mereka.

"Kau datang?" tanya Paing begitu orang-orang di sekitarnya keluar.

Apo pun mendekat perlahan. Dan Omega itu sudah tidak dalam kondisi memakai dasi. "Iya, kan harus jemput di hari terakhir ...." katanya. "Tapi jujur ada yang ingin kupastikan dari Phi juga."

"Hm? Apa?"

Apo kini duduk di kursi tunggal. Dia senang karena perban Paing tidak sebesar hari pertama, tapi rautnya tidak banyak berubah. "Soal Bie Hsu? Waktu itu dia bicara apa sama Phi?" tanyanya, kalem. Namun beda lagi dengan kilat-kilat di dalam matanya.

".... ah, kau cemburu?" tanya Paing terang-terangan.

"Iya," jawab Apo tak kalah terang-terangan. "Bahkan kepikiran sampai hari ini," tegasnya tapi tetap saja datar.

Bibir sang Alpha baru melengkung perlahan. "Oh, dia hanya memberikan selamat," katanya. "Dan bunga." Ajaibnya terdengar wajar sekali.

"Tidak marah?" tanya Apo lebih selidik.

"Tidak."

"Kecewa?"

"Pastinya."

"Cemburu?"

"Tepatnya kaget karena melihatmu menggandengku di pesta Yuzu."

DEG

"Shit, Phi."

"Ha ha ha ha ha, why?" kata Paing begitu ringan. "Tapi dia santai saja kok. Serius. Habis itu pamitan pergi ke DC."

Mata Apo pun menyipit perlahan. "Entah kenapa aku tidak percaya," katanya, mendadak berlagak seperti istri sah saja. Padahal hal itu kelihatannya masih jauh sekali.

"Hmmm ...." gumam Paing. Barulah menuntaskan fakta di akhir. "Sebenarnya memang ada permintaan khusus sih ...." katanya sambil menatap Apo. "Bie bilang, jika suatu saat kita berpisah, maka dia harus jadi yang pertama berkesempatan kembali lagi."

DEG

Brakh!

"Nein! Wird nicht, Phi! Erwarte nicht, dass er an mir vorbeikommt!" kata Apo yang refleks mengomel ngomel. (*)

(*) Bahasa Jerman: Tidak akan, ya! Jangan harap dia bisa melewatiku!

Omega itu sampai melotot tegang, menggembungkan pipi-pipinya posesif, dan jarinya meremas selimut Paing.

"Ha ha ha ha ha," tawa Paing yang makin terhibur. Apo pun kesal dan langsung keluar. Bahkan meninggalkan kunci mobil sang Alpha di sisi ranjang.

"Tidak jadi lah jemputnya. Phi pulang saja dengan Dokter Ye. Aku mau siap-siap bertemu Phi Pin," kata Apo sebelum pergi. Dia juga tidak menoleh lagi. Tapi Paing tidak menahannya sama sekali. Alpha itu hanya geleng-geleng pelan. Lalu menelpon seseorang yang dia pikirkan sejak semalam.

"Halo, Bretha," kata Paing. "Bagaimana dengan cluster yang aku mau? Sudah siap?" tanyanya.

Bretha, wanita Afro-Meksiko yang ahli dalam bidang keamanan pun menyahut pelan. "Sure, Baby-ku. Mereka siap mengawal keluargamu mulai sekarang," katanya. "Cluster A untukmu, cluster B untuk istrimu, cluster C untuk bayi-bayinya, cluster D untuk Ameera di Korsel, cluster F untuk orangtuamu, lalu 20 yang bergerak mandiri ... mereka untuk babysitter, pelayan, sopir, dan printilannya." (*)

(*) Artinya gugus/gerombolan. Isinya tim bodyguard bentukan. Tapi tetap diawasi intel, meskipun tidak ikutan terjun secara langsung.

Bola mata Paing pun redup perlahan. "Bagus," katanya. "Tapi jangan bergerak secara terlihat. Santai saja."

"Tentu, Baby," kata Bretha sambil tersenyum. "Seperti katamu waktu itu. Hanya sterilkan semua tempat tujuan dan kemana pun kalian pergi."

"Hm," kata Paing. "Terima kasih, Bretha. Aku berhutang banyak padamu mulai sekarang ...."

DEG

Bretha malah ngomel-ngomel mirip Apo Nattawin. "Ish, ish, ish, ish. Ya Tuhan ... aku tidak mau dengar kalimat itu darimu, Sayang," katanya. "Tapi karena sudah terlanjur telpon. Sekalian saja kukasih laporan hasil balistiknya."

".... tentu," kata Paing.

"Good, sebentar ...." Di seberang sana, Bretha pun meneliti ulang 2 peluru yang dikeluarkan dari tubuh Paing. "Here we go, Baby. Tipe senjatanya adalah Barret M95 baru, kecepatan peluru 845M per sekon, proyektil ukuran M33, jarak kurang lebih 66 meter dari tempatmu berdiri, dan pastinya orang ini bukan orang terlatih."

DEG

Napas Paing pun tertahan sesaat. "Bukan?"

"Seratus persen bukan, hm? Karena meski kualitas senjata bagus, belokannya terjadi akibat tremor di tangan," kata Bretha. "Ini membuktikan dia punya alasan untuk melakukannya, Nak. Sayang pelakunya bukan tipe yang berpengalaman dalam lapangan."

"Oh."

Bretha pun tertawa kencang. "HA HA HA HA HA. Kenapa terdengar heran sekali? Kau sendiri bilang sempat melihat dia, kan? Tentu ini sangat berpengaruh," katanya. "So, next tinggal tebak-tebak saja ..."

"...."

"Karena dengan senjata seberat ini, emosi teraduk, dan menembakmu sampai ketiganya salah sasaran ... aku yakin si pelaku hanyalah seorang Omega ...." (**)

***

2 Jam sebelumnya ....

[Phi Pin, bisa aku bertemu denganmu? Sekalian Kaylee dan Edsel andai boleh. Di hotelku. Kapan pun kau siap, balaslah]

____ Apo

[Pin, semua hasil desainmu tertolak. Maaf. Aku sudah lobi-lobikan kenalan, tapi katanya tetap belum mumpuni. Kalau dipaksakan masuk, malah dihujat di akhir nanti. Mereka hanya memikirkan masa depanmu]

_____ Rae

Dua pesan tersebut atas bawah di layar ponsel Pin. Benda itu terbuka sejak lima menit lalu. Sementara pemiliknya baru bangun tidur dalam kondisi awut-awutan.

"OEEEEEEE!!!!"

"OEEEEEEEEEEEEEE!!"

"OEEEEEEEEEEE!! OEEEEE!!"

"Arrrghh! Berisik!" desis Pin sembari menarik bantal untuk menutupi telinga di kanan kiri. Dia lama-lama tidak tahan dengan tangisan kedua baby, padahal awalnya bisa menoleransi. Omega itu mulai lelah dan kesal karena tidak tahu caranya menangis. Bahkan meski pekerjaan gagal, jeritan Kaylee dan Edsel lebih dulu mengganggu telinga.

Pin pikir, tantrum mereka akan berhenti setelah beberapa hari. Tapi ternyata sulit sekali. Keduanya hanya diam setelah capek dan tidur. Tapi tetap sering rewel daripada tenangnya.

"Boleh aku membawa mereka pulang? Nanti biar kurawat di rumah," kata Nazha sekitar seminggu lalu. Saat berkunjung ke tempatnya, wanita berdarah Uighur itu sempat akrab dengan Kaylee dan Edsel. Sayang, Pin akhirnya tetap menolak sopan.

"Maaf, ya. Tidak perlu. Aku tidak kurang apapun sampai kuserahkan padamu. Mereka baik-baik saja bersamaku," tegas Pin, meski dalam hati agak jengkel. Pasalnya tantrum para baby terus mengganggu fokus tugas-tugasnya, tapi juga tidak bisa percaya kepada wanita itu.

Mungkin karena Pin tak peduli. Se-keibuan apapun pembawaan Nazha, tetap saja dia orang lain di mata Pin. Apalagi wanita ini merupakan calon pengantin Mile Phakpum, yang entah sejak kapan sudah muncul undangannya begitu saja. Tanpa ada pertemuan seluruh keluarga besar. Hanya bertamu ke kediaman Romsaithong sekali. Sementara Mile hanya dua kali scenting para baby sejak reda dari pengaruh obat-obatan.

"Aku sungguh tidak paham dengan isi pikiran adik-adikku ...." keluh Pin pada akhirnya. Dia pun bangun dan menyeret kaki ke kamar mandi setelah membalas chat Apo seperlunya. "Kenapa mereka sampai seperti ini."

[Tentu, bersiaplah. Aku nanti membawa bayi-bayimu]

____ Phi Pin

Pin pikir, kedatangan Nazha saja sudah seperti cambuk kejutan. Apalagi Apo menggandeng lengan Paing Takhon saat pernikahan Yuzu. Dimana sih letak kesalahan hubungan mereka?! Pin heran. Karena Mile dan Apo benar-benar pasangan sempurna menurut dia, apalagi saat baby triplets hadir. Mereka sama-sama senyum saat resepsi di Denmark--lantas kenapa hanya dalam kurun tiga bulan ... semuanya sudah seperti terasing.

Karena itulah, setelah sampai di "Grizzer Restaurant" keluarga Wattanagitiphat, Pin sungguh tidak mau masuk. Dia memilih ke taman resto untuk cari tempat duduk. Sementara di depannya ada baby stroller ganda yang didorong perlahan-lahan.

"Phi Pin ....!" panggil Apo setelah cukup lama mencari-cari. Dia pikir, Pin tidak jadi datang meski sudah bilang iya, tapi ternyata hanya sembunyi. "Hah ... hah ... hah ... hah ... Phii--? Apa benar itu kau?" tanyanya di belakang sana. Apa dia baru berlarian? Kenapa?

Pin yang menatap baby Kay dan Ed pun meremas pegangan stroller. "Ya, ini aku," katanya tanpa berbalik. Entah kenapa tiba-tiba ingin marah saja, padahal air mata sudah mulai panas di bagian pelupuk. "Kenapa baru menghubungi sekarang, Apo? Kau takut?" tanyanya.

DEG

"Eh? Phii--?"

"Atau terlalu sibuk pacaran dengan Alpha barumu?" tanya Pin lagi. Kali ini versi berhadapan dengan Apo, tapi tanpa takut menyakiti.

"...."

"Aku kira Kay dan Ed lebih berharga daripada apapun, Apo. Dan kupikir kau tetap datang setelah kalian pisah ranjang. Tapi apa?" kata Pin dengan nada tajamnya. "Ternyata kau hanya peduli pada diri sendiri ...."

***

(**) Di sini Ren nyebut "Omega" dan bukan "perempuan" karena ini dunia Omegaverse. Lelaki atau perempuan bukan gender utama, melainkan Alpha/Omega.