"Consequence ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
"Kenapa? Apakah ada sesuatu?" tanya Paing seolah tidak berdosa. Dia membuat Us semakin keki karena cincin pasangan di jari mereka.
"Sejak kapan?" pikir Us. "Apa masih berkaitan Tuan Natta yang menangis? Pantas waktu itu beliau kelihatan sedih. Eh ... sudah bercerai rupanya."
"Tidak, tidak. Silahkan, Tuan Natta. Anda bisa melihat jenis kelamin mereka pada fase ini," kata Us. Dia menepuki ranjang medis pela. Lalu mencatat kehamilan Apo yang berumur 3 bulan lebih.
"Thank you ...." kata Apo sembari berbaring. Dia didampingi Paing di bagian kiri. Digenggam tangannya, dan mereka menatap layar ultrasound sama-sama.
Us sendiri kesusahan mendeteksi perut Apo karena terlalu besar. Dia harus menggeser transducer kesana kemari. Diulang-ulang. Apalagi posisi quadruplets bergerombol membentuk bulatan. "Hmm ... jelas sekali ya, Papa. Plasenta mereka itu ternyata tunggal," katanya. "Dan kalau dilihat-lihat ... mereka semua laki-laki? Sebentar saya pastikan dulu."
DEG
"Apa dok? Serius?" Apo seketika kaget. "Yang barusan itu tidak salah?" tanyanya dengan ekspresi komikal.
"Ha ha ha, benar kok ternyata. Semuanya memang laki-laki," tawa Us sambil menatap sang Alpha. Paing justru tersenyum, sebab dia sudah paham gambar itu meski tanpa dijelaskan. "Tapi tergantung perkembangan juga sih ... he he ... Kalau sudah lahir nanti, usia 1 bulan baru ketahuan mereka Alpha, Beta, atau Omega. So, sabar dulu ya. Yang penting tetap waspada hingga hari kelahiran."
Apo pun mengangguk pelan. "Umn." Dia menatap sang Alpha dengan tipis. Sementara Paing memandang balik sambil membuat gestur telepon.
"Oh, iya ... Us. Bisa kau carikan aku nomor bidan yang berpengalaman?" tanya Paing.
"Eh? Buat?"
"Ya, tentu saja jaga-jaga ...." jawab Paing dengan dengusan yang gemas. "Pertama dia harus good attitude, bisa menginap sampai hari kelahiran, dan tentunya bisa diandalkan."
"Ah ...." Dokter Us pun mengangguk pelan. "Bisa, bisa. Nanti pasti saya cari," katanya. "Tapi, coba Anda konfirmasi kapan siapnya di-caesar. So, nanti--"
DEG
"Tunggu, tunggu, tunggu--di-caesar? Siapa bilang aku mau dibelah?" sela Apo yang langsung terserang panik. "M-Maksudku, dulu aku lahirannya normal kok. Bisa. Aku juga tidak sampai pingsan. Serius ... aku tetap sadar sampai baby triplets lahir--"
"Shhh ... shh ... oke, Apo. Please calm down ... tenang dulu dan dengarkan aku," kata Paing sambil meremas genggaman Apo lebih erat. Alpha itu menatap mate-nya dalam. Sangat fokus. Seolah dia mau Apo patuh tanpa harus menundukkan. ".... apa kau lupa triplets kehilangan saudaranya? Kau bilang dia pernah muncul di mimpimu, kan? Jadi Phi tak mau ada kejadian sama."
"Ahh--Phiii ...." Mata Apo pun langsung berair. "Tapi--"
"Kau juga bilang dia matinya di dalam, terhimpit triplets, dan keluarnya masih dibeliti tali pusar," kata Paing. "Jadi, coba kau lihat gambarnya ...." Dia menunjuk layar ultrasonografi. "Hanya satu kepala yang di bawah. Lainnya dipenuhi kaki dan tangan. Jadi, nyaris mustahil kalau kembar sebanyak ini dapat posisi bagus untuk kedua kalinya."
"Umm ...." gumam Apo dengan mata yang makin menggenang. Us pun ikut emosional karena mereka. Seolah masih tak nyata, tapi sudah kejadian di depan matanya. Oh, fuck! Andai jodohku nanti begitu ....
"Yes or yes?" tanya Paing dengan senyuman memikat. Apo sampai tidak bisa marah. Padahal rasanya sudah sangat jengkel.
"Yes ...." kata Apo sambil mengangguk. Paing pun menghempaskan napas lega. Langsung bangga. Lalu mengecup keningnya sayang. Cup.
"Good, Sayang. Kau pasti akan baik-baik saja," kata Paing. "Kalian semua takkan kubiarkan lepas. Jadi tinggal pilih mau bius total atau regional."
Apo pun menoleh kepada Us malu. Karena rasanya bercampur aduk. Namun mau menangis juga tak etis di tempat ini. "R-Regional. Aku mau tetap sadar saat mereka keluar," katanya. "Pokoknya jangan dijauhkan dari aku. Taruh dekat. Soalnya aku ingin melihat nangisnya ...."
Shit! Sayang sekali Us prihatin kalau soal ini. Bayi caesar biasanya hanya batuk dan menguap daripada menangis. Tapi, dia juga tidak suka jika makin membebani hati Apo. "Oke, Tuan Natta. Anda jangan khawatirkan itu," katanya sambil tersenyum. "Keep strong untuk quadruplets. Jangan capek. Kali ini pasti semua baik-baik saja."
Apo pun mengangguk saat diajak keluar. Sayang Omega itu benar-benar murung. Sehingga Paing harus memutar otak demi menghibur sang mate.
"Hei, mau ke pantai sebentar? Kita lihat banyak hal di sana, jalan-jalan sambil belanja. Terus pulangnya spa pijat biar jadi segar ...." kata Paing sambil menepuki ubun-ubun Apo.
Apo pun menoleh padanya. Makin cemberut. Lalu membuang mukanya begitu saja. "Tidak mau!" katanya. "Aku sudah pernah dipijat di salon, Phi. Sangat enak, tapi tempatnya itu loh ... kenapa ramai sekali. Aku benar-benar tidak terbiasa. Sangat aneh. Padahal sebenarnya memang bagus juga."
"Oh ...."
"Malu sekali, astaga. Soalnya yang hamil cuma aku saja. Terus--ugh ... sudah segala dibuka-buka. Agak berisik. Keluarnya pun masih dipandangi orang-orang ...." kata Apo sambil menyilangkan lengan. "Kaget tahu kalau dibegitukan lagi. Untung ada Yuze yang dulu menemaniku ... hmmph!"
Mendengar omelannya, Paing pun seketika menghela napas. Dia membiarkan Apo beberapa saat. Mengeluarkan ponsel. Lalu mengecek google map untuk mencari info. Apo sendiri sempat melirik-lirik karena kepo. Kabur tak berdosa karena nyaris ketahuan. Lalu pias saat Paing menelpon. "Iya, hmm ... di Pattaya. Yang masih dekat-dekat saja. Aku tidak mau Omega-ku capek," katanya. "Tapi, bisa kan? Hari ini. Kita pasti cepat sampai karena baru jam 10. Jadi--iya, tentu. Pasti nanti ada sendiri. Tunggu saja. But anyway, I don't wanna know bout that, hm? Semuanya harus siap ketika kami tiba di sana." Dia mengecek arloji dengan gaya sibuk. Sangat serius. Seolah sedang bisnis di kantor saja.
"Apa? Sudah? Jadi Phi akan tetap membawaku?" tanya Apo setelah Paing usai menelepon.
"Iya, tentu. Sekarang kita berangkat untuk mempersingkat waktu," kata Paing. "Jadi siap-siap. Mau jajan apa bilang dulu biar Phi belikan di toko sebelum jalan."
"Hrrrghhh ...." geram Apo sambil mengepalkan tangan. Jujur dia ingin menghajar Paing. Memaki-makinya. Berteriak--tapi tidak lagi saat Paing meremas jarinya lembut.
"No need to worry anymore, ok? Phi had already closed several reservations just now ...." (*)
(*) Bahasa Inggris: "Tak perlu khawatir lagi, oke? Phi sudah menutup beberapa reservasi barusan.
DEG
"APA?!" kaget Apo. "Wait, jangan bilang yang barusan itu Phi lagi--"
"Ha ha ha ... yeah, kita di spa-nya nanti berdua saja. Kalau perlu mall-nya ditutup sekalian. Jadi lupakanlah hal-hal yang tak penting. Kita pergi. Karena waktu pun tak bisa mundur kembali ...." kata Paing. ".... how was that, Apo? Sound good enough? Phi tidak mau kau stress seperti semalam lagi."
Seketika Apo pun memerah pekat. Ingin melompat (andai bisa), tapi dia hanya menabrak peluk Paing karena terlalu girang.
BRUGHHHH!
"AAAAAAAAAAAAA! OKE! MAU! AYO CEPAT-CEPAT PERGIIIIIIII!" teriaknya sampai telinga Paing berdenging. Ngiiiing .... "HA HA HA HA HA HA HA! KENAPA TIDAK BILANG DARI TADI SIH?! AH BRENGSEK! Phi ich liebe dich wirklich! Shit! Terus belikan dulu kue Castella yang banyak sekaliiiiii!"
"Uhuk! Apo! Apo! Pelan-pelan---!" protes Paing karena nyaris tercekik. Ah, astaga .... oke? Mungkin Paing harus periksa ke THT setelah ini.