webnovel

S2-113: LOVE THE WAY YOU LIE

"Love the way you lie ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Mendengar penuturan Mile, seketika Amaara terdiam. Dia tidak protes. Lalu menikmati pemandangan malam. Mungkin karena perjalanan itu memang sangat lama. Dengan hanya berdua (jika tak ada kendaraan lewat lain). Tol sepenuhnya hanya dihiasi lampu jalan di kanan kiri.

Benar-benar sunyi sekali ....

"Hei, kalau mengantuk bilang," kata Mile yang tak betah mengajaknya bicara. Sayang hanya kesunyian lah yang menanggapi. ".... jangan buat aku kena kasus laka lantas setelah melanggar aturan demi mengantarmu."

Amaara tetap saja diam. Omega itu hanya melirik spion. Balas menatap matanya, tapi tiba-tiba mengusapi pipi. Serius, pemandangan tersebut nyaris mengolengkan setir Mile. Sebab air mata sang Omega mengucur seperti hujan. "Hiks, hiks ... hiks ... hiks ...." Tahu-tahu ada suara isakan di balik punggung. Remasan pada jaket, dan ditutup dengan beberapa teriakan brutal.

"AAAAAARRRRRRRGGGGHHHH!

AAAAAAAAAAARRRRRRGGHHH! AAAAAAAARRRRRGGGGGGHHH!"

.... tapi hanya sebatas itu.

Setelah itu Amaara langsung kembali pada wajah datarnya. Pipi-pipinya merah karena emosional, dan dadanya tersengal oleh jengkel yang tak berkesudahan. "Hahhh ... hah ... hah ... hahh ...."

Batin Mile, "Oh, ya. Mau sekuat apapun kau tetaplah Omega. Jadi berhentilah berpura-pura." Lalu kembali fokus ke jalanan lengang.

"Sebenarnya aku tadi tak ingin mempercayaimu," kata Amaara. "Tapi, Mile. Jika kau mengantarku sejauh ini. Aku pasti tolol kalau tidak mengakui semuanya."

Giliran Mile yang diam saja kali ini. Dia tidak menanggapi atau menunjukkan pergerakan, tapi Amaara yakin lelaki itu menyimak perkataannya. "...."

"Dan ... entahlah. Sebelum Mew aku rebutan Alpha dengan Ameera. Jadi, kupikir, oke? Mari pertahankan yang satu ini. Apalagi Nadech bilang dia ke Oslo karena Mew ingin melihatku lagi. So, kupikir ... fine, ayo rehabilitasi dulu. Cepat sembuh. Upgrade kualitas. Toh dia sungguh-sungguh tidak lupa aku. Ha ha ha ha ha ...." tawa Amaara penuh kegetiran. Omega itu pun kembali terisak. Semakin marah pada diri sendiri. Sebab otaknya menolak untuk terima.

Well, kalau boleh jujur Mile tak peduli perasaan Amaara. Itu urusannya. Toh sang Omega belum merasakan rumah tangga dengan segala kerumitannya. Namun, Mile tak mau mengadu nasib. Dia yang sekarang sudah benar-benar lelah, tapi bertutur bijak pun tetap keliru. Pertama Mile sadar dia tak sesuci itu. Kedua, Amaara bukan tipe yang mau mendengarkan seseorang kecuali mendukung apa yang dia mau. Amaara hanya ingin jatuh sendiri, bangkit sendiri. Lalu lihat bagaimana saat dia sembuh nanti.

Tes ... tes ... tes ... tes ... tes ....

GLEDAAAARRRR!!

GLEDARRRRRRR!!

BLAAARRRRRRR!!

Tiba-tiba saja hujan turun ke bumi. Percikannya langsung membasahi helm Mile. Juga seluruh tubuh mereka. Oh, shit! Apa lagi sekarang? Pikir Mile lalu meminggirkan Ducati merahnya ke tepi jalan. Padahal Amaara tak mengoceh seperti tadi, tapi dia melemparkan jaket kepada sang Omega setelah berhenti.

Brugh!

"Ini, pakai," kata Mile. Dia pun membuat Amaara bingung. Untung sang Omega punya refleks bagus untuk menangkap benda tersebut. "Tidak pakai lama, oke? Bukankah kau bilang tol-nya masih 30 kilo lebih?!"

DEG

"Kau serius?"

"Ck. Cepat. Kita takkan dapat tempat teduh sampai kembali ke jalan raya."

Amaara pun segera mengenakannya. Setidaknya bagian dalam benda itu benar-benar hangat. Jadi kulit dinginnya langsung terasa mendingan. Samar-samar, dia juga bisa menghirup aroma Mile dari sana, walau tidak berpengaruh pada hormon seks-nya sedikit pun. "Oke, thanks ...." katanya. Tapi makin kaget karena tangannya ditarik ke pinggang.

"Apapun itu, pegangan lebih erat saja," kata Mile. "Jangan lupa bahan kainnya leather, dan jalannya tetap licin walau aku tidak se-ngebut tadi."

"Umn."

Amaara pun menurut karena tak punya pilihan. Apalagi suasana malam makin mengaburkan mata. Dia tak bisa melihat kecuali percaya. Sementara Mile menyesali tadi pagi tidak pakai mobil, padahal niatnya ingin bersantai tanpa sensasi keluar bekerja, tapi apa yang terjadi sekarang? WHAT THE FUCK! Dingin sekali di luar sini. Dua kancing Mile bahkan dibuka angin, padahal dia mengancingkannya total sebelum lanjut menyetir.

"HOI! MILE! KAU YAKIN TIDAK APA-APA?!" tanya Amaara setelah lewat beberapa kilo. Dia harus berteriak karena hujannya terlalu brutal. Jadi meredamkan suaranya yang sudah tremor. "SOALNYA KAU YANG ADA DI DEPAN, JADI PAKAI SAJA JAKETNYA, OKE? AKU TIDAK APA-APA--!"

"SHUT THE FUCK UP!" bentak Mile balik. "KAU PIKIR AKU SELEMAH ITU? YANG TERPENTING KITA CEPAT SAMPAI SAJA!"

DEG

Seketika Amaara pun jadi kesal, tapi Mile pastinya takkan mengalah. Alpha itu benar-benar suka menunjukkan over dominasi--mungkin egois--tapi dia juga tak peduli jika itu bisa menghancurkan diri sendiri. "SIAL, TERSERAH!" kata Amaara. "TAPI INGAT-INGAT, OKE? KALAU KAU DEMAM SETELAH INI, AKU PASTI AKAN MENERTAWAKANMU! HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA!" tawanya, meski suaranya makin menggigil.

"Cih ...." decih Mile kesal. Dia pun meng-gas motor lebih kencang lagi. Sehingga Amaara menjerit tak terkendali.

BRRRRRRRMMMMMMMMM!

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAA! WOE--!"

.... dan pertengkaran berikutnya pun terjadi lagi. Itu membuat suasana mencekam jadi berkurang, setidaknya hingga jam menunjukkan pukul 11 malam (sumpah, hujan penyebab Mile tidak sampai tujuan tepat waktu). Dia melambat dua jam.  Masuk ke hotel terdekat pun makin membuat uring-uringan. Kata resepsionisnya, mereka hanya dapat satu kamar--BRENGSEK SEKALI SEHARIAN INI!

"Ya sudah, kemarikan. Lagipula cuma satu malam," kata Mile sambil menyodorkan kartunya.

Plakh!

"Hei, brengsek--kau kira aku tidak punya uang? Kenapa mukamu julid sekali? Dasar tidak tahu sopan santun!" bentak Amaara sambil menggeplak sang Alpha. Dia lantas menyambar kartu Mile dari si petugas, menyerahkan miliknya, bahkan memasukkan benda itu ke dalam bra hitamnya.

DEG

"APA?!"

"AMBIL SAJA KALAU BERANI! AMBIL!" tantang Amaara sambil maju-maju ke arah Mile. Omega itu menyodorkan dada-nya yang menjiplak air. Awut-awutan. Lalu memelototi si resepsionis bingung. "Pokoknya aku saja yang bayar. AKU! JADI TOLONG CEPAT URUS! Siapa bilang aku semiskin itu, cih ...."

Mile pun mengepalkan tangan tak terima, tapi mau bagaimana jika Amaara sudah melenggang masuk. Omega itu bahkan membawa kuncinya. Melangkah seperti model (oke, jangan heran karena si kembaran pun disukai fotografer) lalu lepas-lepas baju tanpa tahu malu.

Prakh! Prakh! Prakh!

Sembarang jaket, atasan, bahkan rok sekali pun--Amaara melempar semuanya ke sofa. Dan Mile hanya melihatnya memakai dalaman saat masuk kamar mandi.

BRAKHHH!

"Aku duluan! Diam saja dan tetaplah  di sana! AWAS!" kata Amaara sambil menunjuk-nunjuk. Dia tak bersalah setelah membanting pintu. Langsung tenggelam, sementara Mile pening sendiri. Alpha itu menyisir rambut basahnya menggunakan jari. Duduk di sofa. Lalu menoleh ke tank-top hitam yang tergeletak seperti jeli kusut.

"Dasar kau pelacur murahan ...." desis Mile karena omongan Amaara terbukti. Dia mulai demam, tapi takkan mengakui. Hanya berdo'a sampai pulang sang Omega tidak tahu perubahan suhunya.

Stress sekali, serius ....

Mile pun tidak bilang apa-apa setelah berkesempatan mandi. Sementara Amaara sudah baring memunggungi ketika dia keluar. Omega itu tergulung selimut (sumpah semua dipakai sendiri) sementara Mile harus mengambil baru dari lemari dulu.

Brugh!

"Kau tahu aku takkan mengalah di sofa seperti film-film ...." kata Mile. Lalu membalut dirinya dengan selimut juga.

"Up to you, Sir. Lagipula aku bisa mencekikmu kalau macam-macam," kata Amaara tanpa menoleh. Suaranya tak lagi menggigil, tapi berubah serak karena penurunan suhu yang sudah dimulai. Omega itu memainkan remot perapian agar makin hangat, sementara Mile bisa mencium harum khas Amaara dari jarak sedekat itu. Padahal efek kebal Alpha bisa membuatnya menekan feromon serendah mungkin ..... Keduanya pun terpejam setelah beberapa menit. Saling memunggungi. Padahal sama-sama memakai bathrobe seolah pasutri baru.

Well, Mile kira Amaara sudah tertidur. Tapi ternyata Omega itu berjengit ketika dia terduduk karena batuk-batuk. "Uhuk! Uhuk! Uhuk--shit. Aku harus cari air hangat ...." katanya, lalu memakai sandal bulu smooth grey. Ya, setidaknya itu pada awalnya. Mile benar-benar fokus minum dengan jakun naik turn. Menjauhi water heater, lalu melangkah kembali ke ranjang.

Brugh!

"Hei, tenang. Aku tak bernapsu menidurimu atau semacamnya. Jadi tidurlah. Besok baru lanjut perjalanan lagi," kata Mile. Dia tahu Amaara masih sangat-sangat sadar. Menunggunya lelap, padahal harusnya tidak se-trigger itu--kecuali dia seorang perawan ....

"BERISIK! KALAU SUDAH TAHU KENAPA TIDAK DULUAN?! BEDEBAH KAU ALPHA JELEK!" bentak Amaara sambil menarik selimut jengkel. Benda itu menutupi seluruh tubuhnya. Meringkuk macam bola kue. Sampai-sampai Mile heran sendiri.

"Jelek, hah? Kau tidak tahu berapa banyak Alpha, Beta, Omega yang terpesona padaku," kata Mile ikutan jengkel. "Saudarimu saja tergila-gila padaku. Jadi tolong sadar diri saja ....!"

DEG

"Ya terus?!"

"Terus apa?"

"Jangan samakan aku dengan mereka!"

"Ho, padahal kau pun mengangkang di luar nikah--?!"

BRAAAAAAKKKKHHHHH!

"HRRRRRGHHHHHHHHHHHHH!! HISSSHHHH ... HHRRRGGH! TUTUP MULUT BUSUKMU, DASAR GIGOLO RENDAHAN!"

PLARRRRR!! PLARRRR!!! PLARRR!!

"HEI KAU--HKKKHHH!" keluh Mile yang tiba-tiba dibanting ke ranjang. Dia kaget karena digampar, diduduki, dicekik ... tapi sumpah, pemandangan belahan dada di depan matanya sebenarnya tidak buruk juga.