BAB 2
Mile pun membuka kunci bangsal first class itu kembali. Dia menemukan Apo ambruk pingsan dengan darah di sudut bibirnya. Itu adalah efek hasrat heat yang ditekan terlalu lama.
"Solo atau mati saja terserah. Yang penting jangan ganggu ketenangan penumpang lainnya. Paham kau?"
Oke, Mile tarik ucapannya kembali.
BRAKH!
Lelaki Alpha itu pun menutup pintu dan menguncinya. Tak butuh lama, dia juga mulai menelanjangi diri sendiri. Dari kancing kemeja, dia melepas satu per satu dari paling atas. Namun, saat akan mendekati Apo, Mile berpikir sekali lagi.
"Tunggu, ini rasanya tidak mungkin ..." gumam Mile. Meski dada sudah berdebar tak jelas efek menghirup aroma menyengat Apo.
Sumpah, Apo benar-benar harum! Baunya tidak tajam seperti dulu, juga tidak bertarung dengan miliknya. Malahan feromon mereka bergulung-gulung di ruangan sempit itu dan saling tarik menarik.
Seingat Mile, Apo versi 13 tahun tetap berferomon Alpha, meski dia memiliki senyum yang manis. Tapi, apa ini? Apo benar-benar berubah jadi Omega? Apa sebab itu juga Apo tidak pernah menghubunginya lagi? Karena malu, mungkin?
Mile sampai lupa pernah memiliki teman kecil bermarga Kittisawasd ini.
"Hei, Apo. Bangun. Kalau kau tidur, ini jadinya pemerkosaan," kata Mile.
Apo tetap lunglai tak sadarkan diri. Bibir dan suit-nya terhiasi darah yang baru dimuntahkan, sementara suhu tubuhnya semakin tinggi.
Dia demam! Hei! Separah apa memangnya siklus heat lelaki ini? Mile sampai tak berpikir lagi untuk menjambak tiap lapis baju Apo. KRAKH! (*)
(*) Omega gagal kawin saat heat akan merusak kesehatannya jika tidak memakai suppressant. Semakin berhasrat si Omega, semakin cepat rusak badannya.
GREEEKKKH!! GREEKKKH!
Memilih mengikuti insting buasnya, Mile pun merobek semua kain yang diremas hingga terlempar ke sembarang arah. Lelaki Alpha itu terpana melihat betapa halus kulit tan Apo, lalu mulai menerkam dengan ciuman.
Brugh!
"Hhmnnnh."
Mile juga tidak basa-basi. Dia langsung menaikkan kaki-kaki Apo bahunya karena ruangan itu terlalu sesak untuk dua orang. Lalu memosisikan diri agar mereka bisa beradu.
Wajah dengan wajah. Dada dengan dada. Sementara penis besarnya langsung bertemu bokong basah Apo.
DEMI APA SIH TEMPAT ITU BAHKAN SUDAH SIAP DIMASUKI TANPA MILE HARUS MELONGGARKANNYA! SHIT! OMEGA SIALAN KAU!
"Hmmnhh ... nnnghh ... panas ...." keluh Apo yang tiba-tiba sadar. Dia membuang muka dari ciuman Mile, tapi menjambak partner seksnya hingga beberapa helai tercerabut paksa. Krakh! "PANAS, BRENGSEK!" maki Omega itu.
"ARRRGHH! HEI! Rambutku—fuck! APO! Aku ini berusaha menyelamatkanmu!" teriak Mile. Dia pun jambak-jambakan tangan dengan Apo, tapi si Omega malah mencekiknya dengan lengan pada detik berikutnya.
"SAKIT, ARRGH!" teriak Apo.
"IYA! IYA! AKU TAHU! JANGAN CEKIK!"
"SAKIT, PANASS!"
PLAAAARRRRRRRRRRRRRR!!
"APA SIH?!" kaget Mile dengan kening berkerut-kerut.
Namun, Apo menampar tangannya saat akan mendekati lubang itu. Mile jadi terpana. Sebab sesak napas karena harum berpadu dengan tatapan Apo.
"Jangan—hhhh ...." rintih Apo dengan meremas tangannya kuat. Bahkan terlalu kuat sampai Mile merasakan kemarahannya membekas merah di tempat itu. "Ini menakutkan, sangat menakutkam. Aku belum pernah melakukannya. Hhhh ...."
DEG
APA KATANYA BARUSAN?!
YANG BENAR SAJA!!
Seketika Mile pun terbelalak. Apalagi kedua mata Apo mendadak berkerlip-kerlip seperti lilin. Itu adalah jenis tatapan milik para perawan, dan hanya akan terjadi sekali seumur hidup sebelum mereka bercinta.
"Hei, Apo—kau serius?"
"Hhhh ... jangan ...."
Dengan telinga memerah, Apo pun menjauhkan tangan Mile, meski ekspresi wajahnya makin tak berdaya. Dia menggeliat seperti kepanasan, tapi juga keras kepala hingga hidungnya mulai mimisan. Tes ... tes ... tes ...
Deg ... deg ... deg ... deg ....
Deg ... deg ... deg ... deg ....
Pening pun menyerang. Debaran gila juga menyerang. Namun, Apo tetap menggeleng keras ketika Mile akan mengusapi hidungnya.
"Tunggu, Apo. Bisa kau jangan bergerak—"
"Tidak mau—hhh ... kubilang jangan ...."
Sratthh!
Apo pun mengusapi darahnya dengan lengan. Dia membuat suit jas mahal itu makin kotor, sementara Mile bingung sekali. Bukankah Apo tadi mau menyerang Omega lain? Bukankah dia yang agresif ingin mencium pramugari tadi. Tapi kenapa—
"Kau bukan Mile ...." kata Apo tiba-tiba.
DEG
Hah?! Tunggu dulu, apa?!
Apo kemudian memejamkan mata karena mulai tidak kuat dengan rasa sakitnya. "Kau siapa? Aku tidak mengenalimu."
..
....
...
Seketika, waktu berhenti untuk Mile Phakphum. Napas berisik mereka, debaran-debaran yang saling bersahut. Mile bahkan butuh proses untuk mencerna situasi ini sampai mengulasnya satu per satu.
Apo yang menghilang darinya 16 tahun lebih. Apo yang sekarang jadi Omega. Apo yang menyerang Omega lain daripada Alpha. Apo yang lupa wajahnya. Apo yang belum pernah bercinta. Dan Apo yang mengharapkan Mile hadir di depannya untuk yang pertama.
Deg ... deg ... deg ... deg ....
"FUCK!" maki Mile ketika menyadari semuanya.
Apa bocah sial ini menyukainya? Kenapa tidak bilang?! Apa Apo tidak sanggup mengakui karena sudah berubah gender? Sumpah Mile tidak akan menertawakannya!
Deg ... deg ... deg ... deg ....
"Hei, Apo ... Hei ...." panggil Mile dengan menarik dagu Apo. Dia memaksa Omega di ambang sadar itu menatap dirinya, lalu mereka beradu mata. "Ini aku, Mile. Mile Phakphum. Orang yang nomor dan sosmednya pernah kau blokir tiba-tiba, paham? Aku bukan orang lain."
"Hhmmh?" bingung Apo. Dia pun menatap wajah tampan di depannya baik-baik, lalu menarik jemarinya yang diremas. "TIDAK! MILE ITU JELEK! GIGI TIDAK RAPI DAN GENDUT! KAU BOHONG!" teriaknya dengan suara berubah serak.
DEG
APA LAGI YANG BARUSAN?!
SHIT!
OMEGA SATU INI MAUNYA APA?!
Mile sampai tertohok karena kata-kata Apo memang benar, tapi siapa sih yang ingin gendut jelek selamanya? Dia bahkan menghabiskan 60% waktu di gym setelah masuk senior!
"Sssssh ...." Mile pun meremas tengkuknya sendiri karena mendadak pusing. Dia mabuk harum Apo juga situasi gila ini, lalu mencium sang Omega saja.
"Hei! Jangan---hmmnnhh ...."
Toh Apo menyukai versi jeleknya? Lihat saja kalau sudah sadar dan tahu dirinya siapa. Mile harus menghukumnya lebih parah!
Brakh!
"Mnnh. Nnhh!" teriak Apo dalam bungkaman. Pergelangan tangannya pun lemas dalam cengkeraman Mile berikutnya, apalagi lelaki Alpha itu menguarkan feromon yang menundukkan. "Hahh ... nnh. Tidak mau—mmnh."
Mile pun mendesak Apo hingga tak bisa bergerak. Tiap Apo berusaha bungkam, Mile sigap memasukkan lidah ke dalam mulutnya sampai Apo kelabakan.
"Aahh—mn. Nnh. Mmm. Mmm."
Apa Apo belum pernah berciuman juga? Bibirnya lembut sekali. Bagian itu halus dan kenyal, sampai membuat Mile ketagihan mengunyahnya dalam lumatan yang lama. Apalagi warnanya semakin cantik setelah dia mencium bibir itu berkali-kali.
"Ahhh ... nnghh ...."
Mile baru benar-benar mengakui, sosok ini sudah tampan dan indah sedari dulu. Pantas saja Apo sering sombong di depannya dan mengajak bersaing. Waktu itu, Apo pasti percaya diri bisa dapat Omega yang lebih bagus darinya.
"Hahh ... hahh ... hahh ... hahh ...." desah Apo yang tersengal-sengal. Dia tampak syok dengan kelihaian Mile berciuman, tapi air matanya tumpah tiba-tiba. "BRENGSEK MESUM! KAU ITU BUKAN MILE!" bentaknya sakit hati. Karena basah, kedua bola mata Apo pun makin memburam. Sementara Mile makin kesal karena ingatan Apo memang perlu dirubah. "Hkks ... Mile ... Mile ...." suaranya makin memelan, dan Mile ingin memaki karena cemburu pada dirinya sendiri.
"Terserah," kata Mile yang mulai marah. Dia pun tetap melepasi baju Apo sepenuhnya, meski isakan Omega itu semakin menyakitkan di telinga. "Kupastikan kau paham sedang diperkosa orang yang benar nantinya."
BRAKHHH!!
"MMNNHHHH!!"
Apo pun refleks meremas bahu Mile ketika dirinya dicium lagi. Omega itu menendang-nendang dinding kabin meski tak bergerak karena sesak. Lalu mencakar panjang saat lubangnya diterobos penis pertama kali.
"MMHH!"
"Diam, Apo---"
"TIDAK—ph. Mmn. Sakit--!!"
Saaakhh!
"Tidak, tidak. Kali ini takkan kubiarkan kau menjambak lagi," kata Mile, lalu memindah tangan Apo ke lehernya. "Di sini, pegangan. Peluk aku dengan benar."
Anehnya, Apo tetap menurut meski membenci. Mungkin, lelaki Omega itu sudah mulai lelah. Dia terserang nikmat karena penis besar Mile mendesakinya, lalu mengalungkan kaki pada pinggang itu dengan gemetar pada jemari.
"Hhh ... nnhh. Mmmm."
Berhubung terlalu sempit dan tidak bisa menunduk untuk menggigit puting Apo, Mile pun melirik ekspresi lelaki itu selama bergerak sebisanya. Keluar masuk, keluar masuk. Suhu telapak tangan Apo dingin sekali. Dia pasti takut dan gugup, sampai tidak mau melihat matanya balik.
"Enak, kan? Kau tidak bisa menolakku kecuali mau demam berminggu-minggu setelah ini," kata Mile.
"Ah!" lenguh Apo refleks mendongak. Dia mencakar lebih panjang di punggung Mile karena keperihan. Namun, sang Alpha tetap meneruskan gigitannya di leher jenjang lelaki itu.
Mile pun menandai kulit tan-nya yang terasa manis di lidah. Meraisai campuran asin dan legitnya yang mirip adonan kue vanilla, dan semakin rakus tiap detiknya.
"Mmh. Sudah—sakit, tahu—akhh!"
Mile belum pernah menghirup sesuatu yang seunik ini. Sebab Omega lain yang pernah tidur dengannya hanya punya satu jenis aroma. Kalau bukan bebungaan, ya makanan. Tapi tidak ada yang bercampur, apalagi berganti seperti sekarang.
Apa Apo cukup istimewa? Mile sampai tidak sadar gerakannya makin cepat hingga membuat lelaki itu sesak napas.
PLAKH! PLAKH! PLAKH! PLAKH!
"Hhhh ..."
Persetan jika ada yang dengar di luar sana. Mile pasti menggampar awak pesawat pertama kali jika sampai bangsal first class mereka tetap tidak kedap suara.
"Ahh ... nnh—uhuk! Uhuk! Uhuk! Hhhh ...."
"Bernapas. Pakai hidung dan mulutmu. Lihat aku," kata Mile. Kali ini dia menurunkan kaki Apo dari bahu-bahunya. Tapi mencengkeram kedua paha dalamnya agar tetap terbuka leluasa.
"Aku mau pulang saja—hh ... aku akan membunuhmu ... nnh. Mmh—hkks."
Demi Tuhan, Apo! Jangan menangis lagi atau Mile akan kelepasan!
PLAKH! PLAKH! PLAKH! PLAKH!
PLAKH! PLAKH! PLAKH! PLAKH!
DEG
Splurrt!
Oh, sudah terlanjur terjadi ....
Keduanya pun tertegun sejenak, apalagi Apo yang dadanya makin sakit karena di-knot tiba-tiba hingga ngilunya menyebar hingga ke ubun.
DEG DEG DEG DEG DEG
"Tunggu, aku tidak—aku tidak sengaja," kata Mile, karena seketika tubuh mereka akan stuck dan menempel selama tiga menit lebih, sementara Apo jelas akan menampung semua benih lelaki itu karena pertalian mereka.
"Kau ...." Apo pun langsung lemas karena syok yang lebih tinggi, apalagi sekujur tubuhnya kini seperti diserang jarum. Pusatnya dari kepala turun ke rahim, dan itu membuatnya seperti ditinju berkali-kali. "Kau, bisa-bisanya ... kau ...."
BRUGH!!
Mile pun memeluk lelaki itu segera. Dia juga tidak tahu kenapa, padahal segila-gilanya Mile menyetubuhi Omega lain, dia tidak pernah sampai lupa diri menerobos rahim mereka terlalu jauh. Lebih-lebih sampai ke titik knot-nya.
Apa karena aroma Apo berbeda? Atau dirinya hanya terbawa perasaan? Mile hanya tidak ingin Apo kesakitan karena proses itu cukup lama hingga sempurna.
"Brengsek—sshh ... kau keledai bodoh—hks. Sakit, sakit ...." keluh Apo, meski Mile sudah membelai rambut belakangnya lembut.
"It's okay, you're okay. Ini akan baik-baik saja ...." bisik Mile mendadak tak tega. Dia juga mengesuni pelipis Apo meski persetubuhan tadi terlalu singkat untuk ukuran sebelum knot, tapi nyatanya sisi menawan Apo membuatnya sesinting ini.
Mile bahkan sangat-sangat marah pada dirinya sendiri, padahal nyata-nyata Apo terisak menyebut namanya setelah prosesnya selesai. "Mile ... hiks ... Mile ... aku tidak mau dengan orang ini .... hiks, hiks, hiks ...."
Dia mengusap matanya dengan gerakan lucu, dan sisi menggemaskan itu baru keluar setelah Mile mengeluarkan penisnya dari dalam.
Oh, shit!
Bagaimana pun Apo adalah seorang Omega. Mau seperkasa apapun pembawaannya, sudah menjadi kodrat dia akan jadi tampak cantik setelah ditandai sebagai mate.
Tapi aku jadi merasa bersalah ....
"Hei, Apo. Dengar. Jangan cemaskan apapun. Tidak akan ada yang melihatmu seperti ini kalau sudah turun nanti," kata Mile, yang segera memakai pakaian dan celananya. "Tenang saja. Aku akan memberitahu si pilot sekarang, oke? Tunggu, dan kepemilikan kendaraan ini akan kupindah padamu. Tunggu!! Nanti aku ke sini lagi!"
Brakh!
Mile pun keluar dan mengunci bangsal first class itu lagi. Lalu berlari ke bagian depan tanpa peduli siapa lun menghirup aroma segar seorang Alpha maskulin sepanjang jalan.
Bersambung ....