webnovel

Angela the Alpha's Mate

Follow Instagram @sere_nity_lee untuk info novel terbaru Serenity Lee Juara 1 WPC 60 Indonesia #115 Female Lead-Alpha Warewolf Angela Wellington pada awal kehidupannya adalah gadis biasa yang cantik dan menyukai petualangan ke alam liar. Hampir penjuru dunia telah ia taklukan. Hingga pada satu keadaan, sesuatu memaksanya untuk masuk lebih jauh ke dalam Hutan Terlarang bersama pengawal yang selalu menemaninya. Saat itu bulan purnama. Angela Wellington mendengar raungan misterius yang menakutan sebelum sesuatu yang berwarna hitam dan sangat besar menyerang dirinya dan penjaganya. Penjaga Angela Wellington mati terbunuh, dan ketika makhluk besar hitam itu hendak menyerang Angela Wellington, sesuatu yang tidak kalah sangat besar dan cepat, datang mengalahkan makhluk besar hitam dengan satu kali serangan. Angela Wellington yang ketakutan tidak sadarkan diri dan terbangun di tangan seorang pria tampan dan rupawan yang mengatakan bahwa Angela Wellington adalah belahan jiwanya dan pria itu memiliki tugas untuk melindungi Angela Wellington. Siapakah sebenarnya pria yang telah menolong Angela Wellington? Dan makhluk apakah yang menyerang Angela Wellington dan penjaganya? Dan bagaimanakah kisah ini berakhir? Temukan jawabannya di dalam novel fantasi ini. MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN YA KAK: 1. Mendadak Menikah 2. ALISHA (PRETENDING) 3. Zarina the Abandoned CEO 4. Terpotek Cinta CEO Botak tapi Ganteng 5. Annethaxia Luo Putri Negeri Salju 6. Saat Kita Muda 7. Elegi Cinta Asha TERIMA KASIH

Serenity_Lee · แฟนตาซี
Not enough ratings
10 Chs

003 Kejadian Di Halte Bus

Kesadaran Angela Wellington kembali ke masa kini. Dan ketiga temannya masih saja sibuk berdebat. Pemandangan yang sudah biasa bagi Angela Wellington. Melihat Lilian Smith, Ivy Lane, dan Cara Jones berdebat.

"Pssst!"–Ivy Lane memberi kode rahasia kepada Angela Wellington dengan berkata lirih–"Pria di angka tiga."

Angela Wellington melirik sekilas pria yang dimaksud. Kemudian mereka berdua, Ivy Lane dan Angela Wellington sibuk menggosipkan pria itu.

Ivy Lane melirik sekilas pria itu–duduk sambil menikmati minumannya–sebelum melanjutkan gosipnya. "Dia sedari tadi memperhatikanmu. Apa kau kenal?"

Angela Wellington menggeleng. Pria tampan, tapi dandanannya tampak misterius. Rasanya tidak cocok berada di kafe yang mereka kunjungi.

Cara berpakaiannya terlalu nyentrik. Lebih cocok, jika pria itu datang ke diskotik atau semacamnya.

Pakaian kaos hitam ketat yang tampak sekali mencetak jelas bagian tubuh di balik kaos ketatnya itu. Celana kulit. Ikat pinggang kebesaran. Dan .... Sepatu boots? Dipikirnya kafe ini apa? Tempat para cowboy hang out?

Dan Angela Wellington melihat tindikan di telinga, hidung, dan .... alis? Yang benar saja!

"Pria cantik." Angela Wellington memberi penilaian, membuat Ivy Lane mengikik geli.

"Dia harus berambut panjang dulu, agar bisa disebut pria cantik, Angie." Ivy Lane menyenggol lengan Angela Wellington. Angela Wellington tertawa.

"Kau menggosipkan siapa?" Lilian Smith ikut nimbrung, setelah lelah berbicara tidak nyambung dengan Cara Jones.

Angela Wellington dan Ivy Lane bersamaan memberi isyarat dengan dagu ke arah pria yang kini berdiri bertopang dagu.

Ow ow. Apakah pria itu berniat menghampiri mereka berempat? Empat remaja cupu, meski keempatnya adalah para remaja yang bisa dikatakan cantik dan salah satu dari mereka bahkan pernah menjadi finalis majalah remaja. Meski akhirnya kalah.

Lilian Smith merasa perlu memperbaiki penampilannya, dan hal itu mengundang Cara Jones mendengus geli. Dan tentu saja langsung mendapat tatapan tajam dari Lilian Smith. Akan tetapi Cara Jones tidak peduli. Baginya menggoda Lilian Smith yang selalu ingin tampil sempurna di hadapan pria yang ditaksirnya, sungguh menyenangkan.

"Hai, kalian hanya berempat?" tanya pria itu, matanya jelas menatap Angela Wellington, meski pria itu menggunakan kata 'kalian'.

"Ya, kami hanya berempat. Dan sekarang berlima bersamamu." Lilian Smith menjawab dengan nada menggoda. Matanya berkedip beberapa kali. Membuat Cara Jones rasanya ingin muntah.

Pria itu terlihat lebih tertarik pada Angela Wellington yang cuek bebek. Yang lebih memilih mengabaikannya, daripada menanggapi aksinya. Tidak seperti Lilian Smith yang kentara sekali tertarik pada pria itu.

"Siapa namamu, Tampan?" tanpa malu-malu Lilian Smith mendahului untuk berkenalan.

"Tidakkah kau lihat, aku sedang berbicara denganmu?" Pria tampan lagi-lagi mengabaikan Lilian Smith dan menegur Angela Wellington.

"Maaf. Aku tidak tertarik berkenalan denganmu. Sebaliknya, temanku yang tertarik ingin mengenalmu." Angela Wellington menarik Ivy Lane agar menjauhi pria yang kentara sekali lebih dewasa dari mereka berempat.

Lilian Smith dan Cara Jones tentu saja mengikuti kedua teman mereka. Mereka selalu bersama ke mana pun, meski memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda.

"Bye, Tampan." Lilian Smith memberi ciuman di udara sesaat sebelum meninggalkan pria tampan ntah siapa namanya.

Mereka berempat kompak keluar dari kafe setelah membayar sejumlah uang di kasir. Tujuan berikutnya hang out ke sebuah taman yang indah, yang berada di alun-alun kota. Tempat favorit bagi remaja seumuran Angela Wellington dan ketiga teman-temannya yang lain untuk berkumpul.

Usia Angela Wellington di tahun ini genap delapan belas tahun, setidaknya dua bulan lagi.

Mereka berempat sudah diterima di universitas yang sama, dan satu jurusan. Karena itu, Angela Wellington, Ivy Lane, Lilian Smith, dan Cara Jones bisa bersantai dan bersenang-senang di akhir pekan, tanpa memikirkan tes masuk universitas.

Usai bergosip tentang banyak hal, termasuk pemuda-pemuda tampan yang ada di sekitar mereka, yang juga tengah menikmati suasana di alun-alun yang tampak semarak dengan beraneka hiburan dan kuliner, Angela Wellington berpamitan lebih dahulu. Teringat pesan ibunya, untuk tidak pulang melebihi pukul delapan malam.

Diandara White masih mengkhawatirkan putri semata wayanganya jika pulang jelang malam, semenjak pengawalnya terbunuh. Hingga hari ini, belum ada penggantinya. Diandara White selalu berhati-hati untuk mencari pengganti Tony Sark. Terlebih setelah apa yang terjadi pada Angelanya.

Dahulu, Tony Sark adalah orang kepercayaan ayah Angela Wellington, yang kemudian dipercayakan untuk menjaga dan melindungi putri satu-satunya.

Pulang menuju rumahnya, Angela Wellington harus menaiki bus umum. Untuk itu, ia harus menunggu beberapa saat di halte bus.

Sangat tengah menanti bus yang lewat. Seorang pria yang dikenali Angela Wellington mendatanginya di halte bus. Perasaannya menjadi tidak menentu. Halte bus saat ini sepi.

Apakah pria di kafe tadi membuntutinya? Sehingga saat Angela Wellington sendirian, pria itu berani menghampirinya.

"Apa maumu?" Angela Wellington menghindar saat pria itu hendak menyentuh tangannya.

"Hei, aku hanya ingin berkenalan." Pria itu terus memaksa Angela Wellington.

"Jauhi aku!" Angela Wellington merasa terpojok di dinding halte bus.

Merasakan ketakutan dari Angela Wellington pria berpakaian serba hitam dan bertindik tertawa senang.

"Atau apa manis?" Pria itu semakin menjadi mendekati Angela Wellington yang tidak berkutik.

Angela Wellington mencoba melepaskan diri dari pria yang sepertinya hendak berbuat tidak baik kepadanya. Mendorong, memukul, dan menendang, tapi sepertinya pria itu tidak menyerah. Hingga ....

"Lapaskan gadis itu!!" Suara seseorang dari balik pria yang memojokkan Angela Wellington berhasil mengalihkan perhatiannya.

Satu lagi pria tampan berada di sana. Ada apa dengan Angela Wellington hari ini? Seperti menarik–bak magnet, para pria tampan mendekat kepadanya.

"Jangan ikut campur!" Pria itu kembali hendak berbuat tidak baik kepada Angela Wellington.

"Lepaskan dia, atau kau akan menyesal!" Pria berpakaian hitam mendengus.

Tidak mengindahkan peringatan, dengan satu tarikan, pria itu terhempas dari hadapan Angela Wellington yang ketakutan. Jatuh ke jalanan beraspal dan tidak bergerak. Entah apa pria itu masih hidup atau tidak, Angela Wellington tidak yakin.

"Te–terima kasih sudah menolongku." Angela Wellington terbata-bata sambil merapikan pakaiannya yang tampak menampakan sesuatu yang tidak pantas dilihat.

"Lain kali berhati-hatilah. Dan sebaiknya kau mulai berlatih ilmu bela diri. Agar kejadian seperti ini tidak terulang." Pria yang baik menemani Angela Wellington hingga tidak lama bus berhenti tepat di depannya. Memastikan Angela Wellington naik ke dalam bus dalam keadaan aman.

Di dalam bus Angela Wellington memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, demi bisa melihat wajah penolongnya lagi. Sepertinya wajahnya familier. Angela Wellington membatin.

Saat mengingat di mana Angela Wellington pernah melihat pria yang tampan itu, ia lantas berdiri agar bisa melihat pria itu lagi di belakangnya, karena bus bergerak makin menjauh. Namun sayang, pria baik yang telah menolongnya sudah tidak ada. Begitu pun pria berpakaian serba hitam.

Ke mana mereka?