webnovel

Anemone Light:Zero

25 Desember 2059 sebuah ledakan termonuklir terjadi di atas afmosfer bumi untuk menghancurkan sebuah Asteroid berukuran sangat besar yang akan menabrak bumi. Namun ledakan itu hanya menghancurkan asteroid itu menjadi bebatuan yang pada akhirnya menyelimuti seluruh dunia diatar atmosfer. Inti dari Asteroid yang berupa objek hidup jatuh ke Samudra Pasific Bernama Groube. Makhluk makhluk berukuran raksasa mulai keluar dari Groube menyebar keseluruh dunia dan mulai menyerang umat manusia. Peperangan pun terjadi setelah Groube mulai muncul di berbagai tempat didunia dan dalam 1 tahun dunia masuk kedalam kegelapan.

LunaClaire · ไซไฟ
Not enough ratings
7 Chs

Chapter 3 White and Black - Light and Dark

Chapter 3 White and Black – Light and Dark

Part 1.

"RIKA!!...RIKA!!...RIKA!!"

Sambil membuka pintu sebuah rumah dengan kuat, Naru yang tergesa gesa langsung berlari mencari keberadaan adiknya di dalam rumah miliknya. Dia berlari mencari di dapur, ruangan tengah, dan kamar mandi namun tidak terlihat keberadaan seorang pun di lantai satu. Naru mulai bergegas mencarinya di lantai 2 dimana hanya ada 2 ruangan di sana, salah satunya adalah kamar miliknya dan satu lagi kamar milik Rika.

"...RIKA!!"

Namun Rika sudah tidak ada di dalam rumah miliknya.

Nafasnya mulai terengah engah dan dia mulai ambruk duduk di lantai ruangan milik Rika. Setelah berpisah dengan Miyu di pertigaan, dia harus berlari menuju rumahnya yang berjarak hampir 1 km lebih dengan berlari karena Sket-Roller miliknya sudah di ambil oleh rika sebelumnya.

Sambil mencoba mengatur nafasnya kembali, Naru mulai memikirkan keberadaan Rika dan ayahnya. Apa mereka sudah mengungsi dan pergi kearah perbukitan?

Sebelum sampai disini, Naru memang sempat melihat beberapa pasukan tentara militer yang bergerak dari perkotaan menuju pantai. Selain itu dia juga melihat banyak tentara yang mengarahkan para penduduk agar segera meninggalkan kota dan mengarahkannya untuk pergi ke perbukitan.

Mungkin Naru dan Ayahnya sudah mengungsi terlebih dahulu, jika seperti itu maka mungkin Rika akan bertemu dengan Miyu di sana.

".... Hime, Miyu-sama memanggil."

"...Huh, huh... Miyu?"

Sesaat Mea " AI " muncul dan memeritahukan bahwa sebuah telepon masuk yang berasal dari Miyu, Tentu saja itu sedikit membuat Naru senang dan dengan cepat menerimanya.

"Accept!!"

Sebuah kotak hologram muncul di depan Naru ketika dia menerima telpon darinya. Sosok miyu muncul di dalam kota hologram tersebut, dia terlihat sedang berjalan bersama dengan orang orang di sekitarnya yang sedikit terlihat berada di sekitarnya.

"Moshi moshi Miyu.?"

"Naru apa kau baik baik saja?"

"Ya, aku baik baik saja."

"Syukurlah, aku sangat khawatir sekali. Naru, kau sedang berada di mana cepatlah pergi dari sana, pasuka, tentara menyuruhku untuk segera mengungsi ke perbukitan di bagian utara pulau. Sebaiknya kau cepat pergi dari sana, disana sangat berbahaya."

"Aku tau, tapi aku belum menemukan Rika... mungkin dia sudah pergi mengungsi terlebih dahulu kesana."

"Kalau begitu cepatlah Naru."

"Baiklah aku akan pergi kesana sekarang juga."

"... Jika aku bertemu dengan Rika, aku akan segera menghubungimu Naru."

Hanya beberapa saat setelah pembicaraan mereka berdua, Naru mulai kembali berdiri dari tempatnya saat ini. Michi yang sebelumnya sempat turun dari pundaknya, berlari kea rah Naru dan menaiki tubuhnya lagi. dia berputar di leher Naru dan saat kepala Michi berada di dekat pipinya, lidahnya menjulur keluar menjilati pipi Naru.

Sedikit reflek, Naru sempat terkejut melihat apa yang di lakukannya.

Tangan Naru mulai mengelus kepala Michi dengan lembut.

"Aku mengerti, aku baik baik saja... sebaiknya kita segera pergi dari sini."

Naru dengan cepat mulai turun kembali kelantai satu, tanpa membawa apa apa dia langsung menuju pintu keluar sesaat sudah berada di lantai satu.

Saat berada di dekat pintu, dia mulai menyadari bahwa Sket-Roller milik Rika seperti tergeletak disana. Mungkin dengan tergesa gesa karena panik, Rika tidak hanya memakai alas kaki saja untuk pergi ke tempat aman dan meninggalkan Sket-Rollernya.

Selain itu beberapa ledakan terus terdengar dari arah pantai, seperti sebuah suara tembakan senjata dan meriam api. Suara yang bergemuruh itu hampir terdengar ke seluruh Tanegashima, selain itu karena rumah Naru berada sekitar 1 km dari bibir pantai, getaran akibat tembakan meriam terasa sampai di rumahnya. Bahkan sesekali rumah miliknya bergetar menjatuhkan debu debu yang berada di sela sela langit langit rumahnya.

Setelah Memakai Sket-Roller milik Rika. Naru mulai berdiri dan segera keluar dari rumahnya.

Namun hanya beberapa saat dia membuka pintu rumahnya dan meluncur sekitar 2 meter dari depan pintu, sebuah ledakan besar membuatnya terhenti sejenak.

Ledakan itu berasal dari arah kota dekat pantai.

Naru sangat terkejut melihat pemandangan di depannya.

"...Tidak mungkin, kenapa? Beberapa saat lalu semuanya masih seperti semula,.. ta-pi sekarang?"

Mata Naru terbuka lebar, kakinya mulai gemetar, keringat mulai mengucur dari kepalanya, dan tangannya mulai mengepal mencoba menahan seluruh kesedihannya.

"Seluruh kota sudah hancur."

Seluruh kota terlihat sudah menjadi sebuah medan pertempuran. Api, Asap, suara tembakan, dan ledakan terlihat di depan Naru saat ini cukup dekat dengannya. Sedikit lebih jauh dari bibir pantai, terlihat langit yang berubah menjadi sangat gelap.

Sebuah kabut hitam mengepul tebal di tengah laut sekitar 500 meter dari bibir pantai. kabut hitam gelap itu berputar seperti sebuah tornado dan sesekali terlihat beberapa sambaran petir dari dalam.

Selain itu beberapa makhluk yang berukuran cukup besar seperti sebuah pesawat, bergerak keluar dari dalam kabut hitam itu bahkan ada puluhan makhluk hitam itu kini berada tepat di atas kota yang terbakar. Makhluk itu mengeluarkan garis cahaya berwarna merah seperti sebuah tembakan laser mengarah ke perkotaan dan satu momen selanjutnya setelah laser itu mengenai kota di bawahnya, ledakan besar terjadi.

Di udara terlihat banyak sekali cahaya yang muncul seperti sebuah effect ledakan, beberapa tembakan terlihat di arahkan dari daratan menuju kearah udara untuk menghancurkan makhluk itu.

Namun jumlah mereka tidak ada habisnya, makhluk hitam itu yang kemungkinan adalah Groube terus keluar dari kabut hitam yang berada di atas lautan itu.

Naru sempat tidak bisa bergerak dan nafasnya mulai terasa berat.

Tangannya mulai memegang bagian dada tengahnya. Keringat dan kedua kakinya terasa sangat berat dan tidak bisa bergerak. Pendengarannya hanya terpaku pada suara ledakan yang berasal dari perkotaan.

*Chi...Chi...Chi

"...Hime, Hime, Hime"

Suara Mea " AI " dan Michi michi mulai terdengar sesaat naru sempat termenung. Dia mulai tersadar kembali oleh suara mereka berdua.

"...Huh,Huh."

"Hime, aku mendeteksi sebuah kondisi panik pada tubuh anda. Saya menyarankan agar anda segera menjauhi area ini karena keadaan sudah sangat berbahaya."

*Chi...Chi

Naru mulai mencoba menarik nafas lebih dalam , hanya berselang setelah itu Naru mulai bisa mengendalikan keadaannya dan mulai sedikit lebih tenang.

Sebuah getaran mulai terasa di tempatnya berdiri, getaran tersebut berasal dari bagian belakang tubuhnya. Bahkan seseorang terdengar berteriak padanya dari arah belakang.

"Oy kamu sedang apa disini?"

"Huh?"

Seorang tentara bersenjata mendekati Naru dan menarik tubuhnya menyingkir dari jalan. sementara itu beberapa puluh tentara lainnya mulai berlari di samping sebuah tank yang berjalan kearah kota.

"Cepatlah pergi dari sini, orang orang sudah menuju bagian utara di belakang gunung. Seluruh warga sudah mengungsi kesana, jadi cepatlah pergi. Disini sangat berbahaya."

"...Hmm."

"Cepatlah."

Tentara itu segera berlari menyusul pasukan lainnya kearah kota yang sudah berada sekitar 50 meter dari tempatnya berdiri. Dia berteriak kearah Naru sebelum akhirnya bergabung dengan pasukan lainnya.

Namun hanya sesaat kemudian setelah orang itu bergabung dengan mereka.

Sebuah cahaya bergerak sangat cepat di tempat mereka berada, cahaya itu berasal dari arah laut bergerak dari kiri kekanan menyapu tempat mereka, Dan sesaat kemudian, sebuah ledakan besar terjadi

sekitar 50 meter di depan Naru.

Tubuhnya terhempas kebelakang oleh gelombang ledakan yang tercipta di depannya.

Beberapa batu kecil yang terangkat keudara mulai turun di sekitar area Naru.

Naru yang terhempas kebelakang kini dalam posisi terjatuh, dia mulai mengangkat tubuhnya kembali. Dan sesaat kemudian saat dia melihat kearah depan, kepulan asap menjulang tinggi keudara. Rumah rumah, pohon, dan jalan di depannya kini sudah hancur tersapu oleh ledakan itu.

Bahkan Naru sempat melihat sebuah sosok hitam berada sekitar 20 meter di depannya. Sosok hitam berukuran cukup panjang seperti sudah terbakar, namun memiliki jari. Bagian tubuh manusia yang terlihat sudah hangus terbakar.

"...Hi-Hime, cepat pergi dari sini."

*Chi...Chi...Chi...Chi...Chi

Naru yang sangat shok, kembali tidak bisa mengendalikan kondisinya. Dia hanya terdiam tidak bisa bergerak.

Beberapa saat kemudian, di area bagian sebelah kanan tempatnya. Sebuah garis cahaya kembali muncul bergerak maju. Satu momen setelah itu, ledakan besar terjadi kembali menghancurkan area perumahan, jalan, dan pepohonan di sana.

.

.

"...Uh?"

Naru sedikit terkejut dan mulai sadar kembali. Sebuah gigitan kecil pada jarinya membuatnya tersadar. Michi yang berada di dekatnya menyadarkan Naru dengan cara memberi sedikit rasa sakit pada jarinya.

Naru mulai melihat kearah Michi yang kini berada di sampingnya.

Dia terus berteriak *Chi...Chi...Chi dan terlihat sangat khawatir dengan keadaan Naru. dia terus mencoba menyadarkan Naru.

Selain itu Mea juga terus bersuara dan terus mencoba memanggilnya.

Naru yang melihat itu segera berdiri.

"Mea, Michi... terima kasih. Maafkan aku Michi, aku akan membawamu ke tempat ama."

Naru mulai berbalik dan segera mengayunkan kedua kakinya meluncur kedepan. Roda Sket-Roller berputar sangat kencang setelah dia melakukan gerakan itu.

... Aku tidak boleh mati disini, aku harus segera ketempat aman.

Naru mulai bergerak cepat melalu jalanan yang sebelumnya dia gunakan menuju kesini. Karena dia kini menggunakan Sket-Roller, salah satu jalan tercepat menuju ke arah utara adalah melalui jalan sebelumnya saat berpisah dengan Naru, jika dia memakai jalan biasa dia akan mangalami kesulitan karena jalannya yang belum di aspal.

Part 2.

"Kimberly jangan terlalu jauh denganku."

"Meooowww"

2 Robot berjenis type zero 1 Scarlet dan type zero 2 Lamia kini berada sekitar 100 meter dari asap hitam yang berada di tengah lautan yang merupak tempat dimana Anemone berada. sudah sekitar 45 menit mereka terbang di sekitar asap hitam itu, namun sampai saat ini asap belum memperlihatkan tanda tanda akan menghilang.

Ini adalah kejadian yang sangat aneh karena biasanya ketika Anemone muncul, kabut elektromagnetik yang berputar hanya akan bertahan sekitar 1 jam saja sebelum akhirnya menghilang.

Namun sudah sekitar 45 menit, kabt hitam yang berputar itu terlihat masih tebal dan seperti semakin membesar. Claire dan Kimberly yang berada dalam unit type zero kini hanya bisa menunggu dan bergerak di luar zona anemone karena jika mereka mendekat kedalam zona merah, maka Anemone akan menyerang mereka.

Claire berada sekitar 100 meter dari kabut itu dan terus melakukan serangan dengan menembakan plasma canon dari kedua senjata yang kini berada di kedua tangan Scarlet. Hanya dalam sekali serangan, puluhan Groube type wing yang berada di depannya mulai meledak setelah plasma canon di lepaskan mengarah padanya.

Sementara itu, Kimberly berada di depan dan sedang bertarung dengan Groube dari jarak dekat. Lamia memiliki senjata seperti plasma sabit, dengan sekali tebas senjata miliknya dapat membelah Groube menjadi 2 bagian karena panas pada cahaya plasma senjatanya memiliki suhu diatas 10.000 derajat celcius.

Garis cahaya berwarna biru mengikuti bagian belakang Lamia yang bergerak sangat lincah dan cepat diantar puluhan Groube yang mengikutinya.

Dengan mudah Dia menghindari setiap tembakan dari Groube yang mengarah padanya dan dengan mudah juga dia berhasil bergerak mendekati groube sebelum akhirnya menghancurkannya.

"... Huh, tidak ada habisnya."

Sebuah video call muncul di layar Lamia dan Scarlet, kotak layar itu memperlihatkan wajah kapten George yang kini berada di atas atmosfer bumi bersama dengan pesawat miliknya Humelin.

"Claire, Kimberly apa kalian baik baik saja?"

"Meowww"

"Aku baik baik saja master, tapi kami tidak terus seperti ini. Jika terus seperti ini maka Cube energy akan segera habis. Selain itu kabut elektromagnetik yang melindungi Anemone tidak terlihat akan menghilang, kami tidak bisa mendekat."

"...."

"Claire, sudah berapa lama Anemone muncul?"

"Maria-san" seorang wanita yang merupakan wakil dari kapten George muncul di layar melakukan komunikasi bersama dengan Claire dan Kim. " Anemone sudah muncul sekitar 50 menit yang lalu".

Karena Kim type bertarung jarak dekat, dia harus focus menyerang. Sedangkan Claire yang bertype jarak jauh memiliki keuntungan yaitu memiliki banyak ruang gerak dan sedikit waktu, untuk itulah Claire yang melakukan komunikasi, melihat keadaan, dan membuat strategi.

"50 menit?" Maria sedikit terkejut. " Bukankah seharunya kabut itu sudah menipis 20 menit yang lalu, tapi kenapa?"

"Ya, kabut itu tidak menipis melainkan semakin membesar dan semakin tebal. Jika seperti ini terus maka tidak ada celah untuk kita menyerangnya kedalam."

"Bagaimana dengan Groube."

"Mereka semakin banyak, kami tidak bisa menghitung seberapa banyak persisnya namun sudah di atas 300 groube yang sudah keluar sampai saat ini. semuanya masih lvl 3."

"Bagaimana dengan keadaan pulau."

"Sepertinya Groube sudah menguasai daerah pantai dan menghancurkan pasukan tentara disana -nyaa!" Kim menjawabnya.

"... Gawat."

"Kalau begitu, Claire,Kim. Untuk 10 menit kedepan kalian harus bertahan dan terus lihat perkembangan disana. Kami akan segera menuju kesana. "

"Baiklah Master"

"Meooowww"

Komunikasi mulai terputus.

Hanya beberapa saat setelah Komunikasi terputus, Lamia yang dipiloti oleh Kim bergerak dan melayang di samping Scarlet.

"Kim, Kita menuju pantai dan bertarung disana. Kita harus menjaga pulau sebelum Master datang kesini."

"Meoooww."

"Ayo Kim, jangan beritindak ceroboh."

Sesaat kemudian, Lamia dan Scarlet berubah kembali menjadi type pesawat dan bergerak kearah pantai dimana sedang terjadi banyak pertarungan disana.

Claire berpikir untuk mengamati keadaan di daerah itu sembari menahan Groube yang terus mengarah menuju ke seluruh tanegashima, meskipun saat ini perkotaan di bagian dekat pantai sudah hancur karena groube sudah melewati bagian pantai.

Meskipun disana sudah ada pasukan militer yang di persenjatai CyberThrone, tank baja, roket, dan persenjataan lainnya. jumlah Groube yang melebihi perkiraan membuat pertahanan akhirnya jebol. Groube sudah menguasai dan menghancurkan 50% dari seluruh area perkotaan di daerah pantai, dan jika di biarkan maka akan semakin memburuk.

Jika Claire dan Kim tidak bergerak kesana maka di pastikan hanya mungkin sekitar 30 menit kemudian, seluruh area perkotaan di daerah pantai akan hancur.

Namun jika Kimberly dan Claire bergerak kesana, maka Groube yang berada di sekitar Anemone akan muncul lebih banyak lagi.

Strategy yang biasanya di pergunakan melawan anemone adalah dengan 2 pasukan.

Pasukan pertama adalah tentara militer dan CyberThrone yang bertugas menjaga daerah bibir pantai, sedangkan pasukan kedua adalah pasukan khusus yaitu pasukan dari perusahaan Ox Cyber. Salah satu pasukan itu adalah Humelin, terdiri dari 3 pasukan lapangan Scarlet, Lamia, dan satu lagi adalah Type:Zero S Silphya.

Pasukan Khusus adalah pasukan yang bertugas untuk menghancurkan Groube dan mengambil energy dari Anemone yaitu Cube energy. Cube energy seperti jantung dari Anemone yang menyerap seluruh energy alam di sekitarnya. Karena itulah jika Cube tidak di ambil maka Anemone akan terus berkembang dan menyerap energy dari alam untuk memproduksi groube.

Namun di sekitar Anemone ada kabut hitam yang memiliki sebuah energy elektromagnetik, jika Scarlet dan Lamia memasuki daerah itu maka akan berdampak sangat besar terhadap mesin.

Untuk itulah pasukan khusus hanya bisa mendekat setelah kabut elektromagnetik itu menghilang, sekitar 1 jam setelah Anemone muncul.

Namun kali ini keadaan sangat berbeda, kabut yang mengelilingi Anemone tidak menghilang meskipun sudah 50 menit.

Untuk itulah Claire dan Kim bergerak menjauhi Anemone kearah pantai untuk membantu pasukan militer menahan groube masuk lebih jauh lagi ke dalam pulau Tanegashima.

Part 3.

Naru yang menggunakan Sket-Roller kini sudah berada di pertigaan dimana dia berpisah dengan Miyu sebelumnya. tempat ini cukup jauh dari daerah perkotaan namun berada dekat pantai. Daerah ini berada di sebelah barat tanegashima.

Naru sempat berhenti dan melihat kearah laut di mana kabut hitam berada.

Disana masih terlihat banyak sekali makhluk hitam yang keluar dan bergerak kearah perkotaan.

Sedangkan di dekat kabut hitam itu, 2 buah garis cahaya berwarna biru dan merah bergerak di langit dengan sangat cepat. 2 garis cahaya itu bergerak mengarah pada makhluk hitam yang keluar dari kabut hitam dan menghancurkannya.

Beberapa kali ledakan terjadi di langit setelah garis biru yang bergerak di langit itu mengarah ke makhluk hitam itu. sedangkan yang berwarna merah seperti berdiam diri melayang di satu tempat dan menyerang makhluk hitam itu dari kejauhan.

"... Apa itu, 2 benda itu seperti melawan makhluk hitam itu."

"Hime, jika tebakanku benar maka salah satu dari 2 benda itu adalah benda yang sebelumnya berada di sini."

"Berada disini... Apakah benda itu yang dikendarai wanita asing itu."

"Benar sekali."

... Berarti wanita yang sebelumnya adalah seorang pasukan khusus militer.

Meski masih sangat muda dan hampir seumuran dengan Naru, mereka adalah seorang pasukan khusus dan bertugas untuk menyelamatkan dunia.

Tapi kenapa harus seorang wanita?

CyberThrone biasanya di piloti oleh seorang pria, namun kenapa seorang wanita lemah sepertinya harus mengendari benda seperti itu.

Jika di lihat secara kasat mata, CyberThrone dan benda itu sedikit berbeda, CyberThrone berukuran besar dan sangat berat bahkan tidak bisa terbang. Namun benda yang di naiki oleh wanta bernama Claire itu sangatlah berbeda, dia bisa terbang dan tampak sedikit lebih kecil.

.... Tunggu, bukankah itu seperti benda yang kutemukan kemarin?

Naru sempat tersadar dengan kejadian sebelumnya.

Benda yang di temukan olehnya yang kini berada di dalam gua sedikit lebih mirip dengan benda milik wanita bernama Claire itu. Saat pertama kali melihat benda itu, Narupun sempat berpikir bahwa benda tersebut bukanlah sebuah CyberThrone karena bentuknya cukup berbeda jauh.

Jika benar benda itu hampir mirip dengan benda milik wanita itu, apakah benda itu bisa digunakan untuk bertarung melawan makhluk itu?

"...Hime kita harus segera meninggalkan tempat ini."

Mea mulai berbicara membangunkan Naru dari keadaan sedang berpikir.

Saat Naru kembali tersadar, dia melihat bahwa 2 benda berwarna merah dan biru itu mulai bergerak menjauhi kabut hitam yang berada di atas laut mengarah ke perkotaan di dekat pantai. Mereka seperti berpidah tempat.

Naru yang masih berada di sana, mulai bergerak dan berbalik. Dia mulai mengambil jalan ke utara dimana Miyu sebelumnya pergi kesana.

Namun sesaat Naru mengarah kesana, Michi yang berada di bahunya mulai bersuara cukup keras

*Chiiiiiiiiiiii...Chiiiiiiiiiiiiiii

Dengan reflek naru berhenti dan sesaat itu juga Michi yang berada di bahunya turun dan bergerak menuju kearah jalan barat kearah sekolahnya.

"Tunggu Michi kau mau kemana!!"

Michi berlari kearah sana dan hanya sekitar 10 meter dia mulai berhenti. Michi mulai berbalik dan melihat kearah Naru.

"... Michi kau salah jalan, kita harus mengambil jalan ini."

Michi kembali berlari sekitar 1 meter sebelum akhirnya berhenti dan berbalik melihat naru kembali. Tingkah laku Michi seperti saat pertama kali dia bertemu di halaman sekolah.

"Michi apa kau ingin aku mengikutimu, tapi kemana?"

Naru masih berhenti dan melihat kearah Michi.

Michi masih berdiri di tempatnya sekitar 11 meter dari Naru dan menunggunya, Michi menunggu Naru mengikutinya sebelum dia bergerak kembali.

Naru sempat melihat kearah utara, pegunugan yang dia tuju berada sekitar 5 km lagi dari sini. Jika memang benar maka seluruh warga kini berada di bekas markas militer tanegashima yang berada di dekat kaki gunung. Markas yang berada di kaki gunung itu cukup besar menyerupai sebuah gua yang dinding luarnya terbuat dari baja, seperti sebuah banker.

Tempat itu memang sudah di persiapkan sejak dulu ketika perang terjadi di Tokyo, namun karena keadaan semakin memabaik setelah perang besar tempat itu menjadi terbengkalai.

Dan karena keadaan Tanegashima saat ini sedang dalam bahaya, tempat itu adalah salah satu tujuan seluruh warga sebagai tempat berlindung.

Namun saat ini Naru masih berdiri di pertigaan jalan itu.

"..Michi kemarilah cepat."

Namun sesaat kemudian Michi akhirnya berbalik dan berlari kearah barat, jalan yang menuju ke sekolah di mana Naru pertama kali melihatnya. Hanya beberapa saat Naru terdiam, namun setelah itu dia mulai mengejar Michi dengan cukup cepat.

Dia mengayunkan Sket-Roller ke depan untuk menambah kecepatan.

"... Hime, apa yang kau lakukan."

"Aku akan menangkap Michi."

Hanya dalam beberapa detik Naru sudah berada tepat di belakang Michi, dia menurunkan tubuhnya dan menjulurkan tangannya kebawah menangkap Michi.

Beberapa saat kemudian, sebuah ledakan besar muncul di bagian belakang Naru setelah tangannya menangkap Michi. Naru melihat kebelakang dimana ledakan itu terjadi, yang terlihat kini adalah hancurnya jalan di bagian belakang.

Ledakan tepat berada di pertigaan dimana dia berdiri sebelumnya.

... Kenapa?

Michi yang berada di tangan Naru, kembali menaiki tangannya dan berlari menuju ke arah leher Naru. Michi mulai berteriak *Chi...Chi...Chi seperti ketakutan.

Dia seperti memperingatkan sesuatu tanda bahaya.

Dan benar saja, 2 makhluk hitam yang sebelumnya berada laut kini mengarah ke bagian barat. Tidak seperti sebelumnya karena ada 2 benda yang bertarung disana menghancurkan monster yang keluar, kini 2 benda yang salah satunya di piloti oleh wanita bernama Claire itu berada di daerah pantai sebelah selatan. Karena itulah bagian barat yang sebelumnya di lindungi oleh mereka, kini menjadi kosong.

Meskipun hampir seluruh makhluk yang keluar menuju ke daerah selatan, ada 2 makhluk hitam yang keluar jalur dan malah menuju bagian barat.

Naru melihat sebuah cahaya merah keluar dan berjajalan di di atas permukaan air dan bergerak cepat kea rah daratan. Setelah cahaya itu menghilang sekitar 2 detik setelah muncul, dari garis yang dilalui oleh cahaya itu ledakan terjadi.

Permukaan air terangkat keatas seperti ada ledakan di bawah permukaan air , sedangkan bagian daratan yang terkena oleh sinar itu meledak dan hancur berkeping keping.

Bahkan seluruh jalan yang selalu di laluinya kini hancur.

Salah satu Makhluk hitam yang mungkin adalah Groube itu mulai mengeluarkan serangannya kembali. Namun kali ini tepat berada sekitar 10 meter di depan Naru.

Sebuah ledakan kembali muncul, gelombang serangan itu membuatnya terpental cukup jauh.

*Chi...Chi...Chi...Chi

Suara Michi terus terdengar.

Dia seperti memperingatkan kembali untuk segera pergi dari sini, mungkin karena Michi adalah seekor binatang dia bisa mengetahui sebuah situasi yang berbahaya akan datang. Seperti sebelumnya, jika saja dia tidak berlari ke arah barat mungkin naru sudah terkena serangan pertama.

Naru mulai berdiri kembali. Dan dengan cepat dia mengayunkan kakinya meluncur kearah barat.

Dia kini tidak bisa melewati bagian belakang karena hancur oleh serangan makhluk itu, salah satunya jalan adalah menuju bagian barat. Namun di wilayah itu tidak ada akses lain untuk menuju bangker dan jalan yang di dilaluinya saat ini hanya akan habis kesebuah pantai di di bagian barat.

Jalur ini memang sengaja buntu karena, bagian barat adalah tempat yang dilindungi di tanegashima. Selain hutan , jalur ini adalah satunya akses menuju daerah yang cukup terkenal karena keindahan pantainya di bagian barat. Untuk itulah jalan di buat berhenti setelah berada di pantai itu.

Namun ada satu jalur yang bisa di lalui Naru saat ini yaitu, menaiki bukit belakang untuk menuju ke utara.

Hanya sekitar 5 menit dengan sket-roller, Naru sudah sampai di depan pagar sekolahnya.

Ledakan demi ledakan terdengar di dekatnya, sepertinya groube yang menuju daerah ini tidak di ketahui oleh pasukan militer.

Mereka terus bergerak menuju bagian utara dan menghancurkan setiap tempat yang di lewatinya. Naru melihat bahwa makhluk hitam itu berada di udara di sebelah wilayah kanannya.

... Kenapa tidak ada yang melawannya, jika seperti ini terus benda itu akan menuju kepegunungan?

"Hime, sepertinya situasi sudah ama sekarang. Kau harus menunggu disini agar tetap aman."

"Tunggu, makhluk itu menuju ke pegunugan di utara. Jika terus di biarkan, makhluk itu akan sampai di tempat Miyu dan lainnya."

"Memang benar, jika di hitung dari kecepatannya makhluk itu akan sampai di pegunungan sekitar 30 menit lagi."

"Bagaimana ini?... Uh, Mea cepat hubungi Miyu."

"Maaf Hime sekarang tidak bisa dilakukan, sebuah gelombang electromagnet mengacaukan sinyal komunikasi di sekitar area ini. Sinyal itu berasal dari makhluk itu."

"Kalau begitu aku harus segera menuju tempat mereka."

"Menurutku sudah terlambat, makhluk itu akan segera menuju bagian utara ketika anda masih berada di atas bukit. Lebih baik kau menunggu di sini Hime."

"Tidak mungkin, aku tidak bisa berada terus disini. Jika begitu maka, Miyu, Rika, dan orang orang akan—"

*Chi...Chi...Chi

Michi kembali turun dari pundak Naru dan berlari kearah bagian belakang sekolah.

"Uh Michi Tunggu!!"

Michi terus berlari tanpa berhenti sama sekali kali ini. dia terus berlari sangat cepat kearah bagian belakan sekolah.

Naru yang melihat itu langsung mengejarnya.

Saat Naru berada di bagian belakang, dia melihat Michi berada di depan hutan dan berhenti melihat kearahnya. setelah itu dia memasuki hutan dan menghilang.

"....Tunggu!!"

Naru berhenti di bagian depan pepohonan menuju hutan dan bukit belakang.

Naru mulai teringat ketika kemarin dia memasuki hutan ini dan menuju bagian barat setelah menuruni bukit. Dia menemukan sebuah pesawat aneh di sebuah gua disana, Namun kini dia berada di depan hutan itu dan berpikir sejenak sebelum memasukinya untuk mencari Michi.

Ada sebuah keraguan di dalam hati Naru, karena dia sudah berjanji dalam dirinya untuk tidak memasuki bagian hutan untuk menuju gua itu lagi.

Jika memang benar maka Michi sedang menuju kesana saat ini, dia mengajak Naru untuk menuju kesana karena saat kemarin dia kehilangan jejaknya dia berada di dalam gua itu. Tepatnya dia berada di dalam benda yang di naikinya kemarin.

Mungkin tempat tinggal Michi adalah gua tersebut.

"...Hime?"

"Mea kau bisa mencari sesuatu?"

"Apa itu Hime?"

"Jika aku menaiki benda itu lagi, apa aku bisa mengejar kedua makhluk hitam itu sebelum mereka menuju pegunungan?"

Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Naru, ketika dia berada di depan hutan dia teringat dengak kejadian kemarin. Pesawat yang dinaikinya memiliki kecepatan yang sangat luar biasa, Naru berpikir jika dia menaikinya apa bisa menuju ke pegunungan sebelum makhluk itu sampai kesana?

Tidak ada pilihan lain karena jika dia menaiki bukit ini menuju utara, akan akan memakan banyak waktu. Selain harus melali bukit lebih tinggi, keadaan didalam hutan yang tidak diketahuinya membutuhkan waktu sebelum dia sampai di ujung bukit ini.

Salah satu cara yang dipikirkan Naru untuk menuju ke utara adalah melewati jalut udara, dan salah satu jawabannya adalah manaiki benda kemarin.

"... Aku tidak bisa menjaminnya Hime."

"..."

"tapi jika kau berhasil sampai di gua kemarin dalam waktu kurang dari 10 menit maka, aku bisa pastikan jika menggunakan benda tersebut kita bisa menyusul makhluk itu."

"... Begitu" Naru mulai sedikit tersenyum ketika mendengar itu, sebuah harapan muncul ketika dia berada dalam sebuah keputusasaan. Dia mengambil nafas dalam dalam dan mengeluarkannya. "...Huhhhhh, Mea terima kasih. aku akan mencobanya, Mea tolong arahkan aku menuju gua tersebut. Ambil jalur terpendek agar aku bisa sampai dengan cepat kesana."

"Baiklah Hime, tapi apa kau yakin?"

"... Ya, kau hanya perlu mengarahkanku saja."

"Baiklah Hime. Jika ingin menuju kesana, anda harus melaju dalam kecepatan 80km perjam untuk sampai sekitar 10 menit kesana."

".... Aku sudah pernah melaju lebih cepat dari itu."

Naru mulai menggerakan kaki kanannya terlebih dahulu meluncur kedepan sambil memberi banyak tekanan, roda pada bagian bawah terlihat berputar sangat cepat.

Naru yang menggunakan Sket-Roller kini memasuki bagian hutan menuju ke bagian barat, tujuan utamannya adalah gua yang kemarin dia masuki.

Part 4.

"Kenapa bisa?"

Ucap Kapten George dengan suara yang pelan.

Setelah berada di luar angkasa tepatnya berada di Atmosfer bumi, Kini pesawat yang bernama Humellin sedang melakukan persiapan terjun langsung menuju ke Tanegashima. Namun karena energy yang digunakan sebelumnya untuk menuju ke Atmosfer sudah terkuran hampir 50%, maka Humellin harus menunggu energy kembali terisi.

Jika merepa langsung terjun langsung turun menuju bumi, maka akan dipastikan seluruh kapal akan hancur saat menabrak lapisan atmosfer, udara panas akan mengakibatkan seluruh bagian kapal terbakar selain itu tidak ada energy cadangan untuk mengangkat Humellin di udara dan pada akhirnya Humellin akan terjun bebas menuju bumi.

Untuk itulah Humellin memerlukan waktu sebelum akhirnya meluncur ke bumi dari luar angkasa.

"Kapten mungkin ini sama dengan yang berada di World End?"

Seorang pria yang bertugas sebagai pelacak, pencari informasi, dan ahli strategi di lapangan berbicara, dia adalah Samuel Irsvin.

"Apa maksudmu Samuel?"

"Aku telah mengambil data dari kamera yang terpasang pada Scarlet dan Lamia dan megambil beberapa gambarnya, ini dia!!"

Hologram berbentuk kumpulan foto muncul di bagian depan ruangan itu, foto foto tersebut memperlihatkan beberapa bagian dari kabut hitam yang berada di Tanegashima saat ini.

Ada sekitar belasan foto yang berada di depan yang diambil dari berbagai sudut.

"Ini?"

"Benar, sekarang lihatlah ini." Sebuah foto kembali muncul, namun foto tersebut cukup berbeda. Foto tersebut bukan berasal dari Tanegashima, namun memperlihatkan kabut berwarna hitam yang sama seperti yang berada di Tanegashima." Ini foto dari World end, jika dilihat maka 80% kabut yang berada di tanegashima hampir sama seperti yang berada di world end."

"Tunggu kenapa Anemone yang muncul di daerah lain memiliki kabut yang sama seperti di world end?"

"Aku tidak tau karena ini pertama kalinya terjadi."

"Benar sekali, kita harus segera mencaritahunya di sana setelah mengalahkan Anemone. Charles bagaimana keadaan pesawat?"

"Roger, energy hampir terisi penuh. Selain itu Psion Shield sudah bisa diaktifkan. Dalam beberapa menit kita bisa menuju kesana."

"... Baiklah."

"Alice bagaimana, apa sudah ada kabar dari Yuzuki dan Mikado?"

"Ya. Yuzuki sudah mengatakan bahwa ijin sudah di dapatkan. Kita bisa menuju jepang tanpa khawatir lagi."

"Marco?"

"Aku sudah siap."

"Kapten apa kita bisa menuju kesana sekarang?"

Wanita yang berada di bagian paling depan berbicara, dia adalah Rosa Rosefelt. Dia adalah pilot yang mengendalikan dan menjalankan seluruh kapal.

"Ya, menuju Tanegashima."

"Roger that!!, Coordinate 30°21'31"N 130°31'43"E code area Tanegashima."

Wanita itu mulai memegang kendali pesawat yang berbentuk seperti sebuah kendaraan bermotor, di bagian depannya muncul sebuah hologram yang memperlihatkan gambar seluruh pesawat dan beberapa menu lainnya seperti kecepatan, arah angin, jalur, dll.

Humellin yang berada di ruang angkasa mulai berputar kearah kanan setelah Coordinate tempat sudah di masukan oleh Rosa.

Pesawat hanya berputar sekitar 30 derajat ke kanan, dan selanjutnya pesawat mulai sedikit bergerak.

"Charles?"

"Energy All Green.... Boost Ready."

"Yosh, Saatnya berangkat. Ayo Humellin."

Sesaat Rosa mulai memutarkan tangan kanannya pada kendali seperti seseorang sedang menambah gas saat mmenggunakan kendaraan roda 2, Di saat bersamaan pada bagian belakang sebuah energy pendorong mulai menyala mendorong pesawat kedepan.

Dengan perlahan Humellin mulai bergerak ke arah depan.

"Semua kru harap menuju ke area aman, saya ulangi semua kru harap menuju area aman. Sesaat lagi pesawat akan meluncur ke bumi. Tinggalkan pos, dan segera menuju area aman unutk sementara waktu."

Alice mulai memberikan sebuah perintah melalui jaringan komunikasi keseluruh kapal untuk memberitahukan seluruh kru yang berada di dalam menuju area aman. Area itu adalah area yang terbuat dari baja yang tahan akibat getaran dan panas.

Karena pesawat akan menabrak langsung afmoster dan meluncur ke bumi dengan cepat, beberapa bagian pesawat akan terbakar dan suhu akan naik. Selain itu akan terjadi beberapa guncangan pada saat itu yang bisa melukai beberapa kru yang berada di dalam kapal, untuk itulah area aman di siapkan pada saat seperti ini.

Humellin mulai berjalan turun ke bawah menuju bumi, bagian depan kapal yang sudah memasiki atmosfer bumi mulai terlihat menyala.

Cahaya merah muncul di bagian depan saat pesawat memasuki atmosfer bumi.

Namun karena Psion Shield yang berada di sekitar kapal, maka Humellin masih bisa bertahan sekitar 30 menit dalam keadaan seperti ini. Panas itu akan mengikis Psion Shield sebelum akhirnya menghilang dan bersentuhan langsung dengan bagian kapal.

Getaran mulai terasa keseluruh kapal ketika Humellin sudah turun sekitar 2000 meter dari lapisan atmosfer.

Lampu merah mulai menyala di ruangan bagian depan, sementara itu Rosa yang sedang mengendalikan terlihat sedikit gemetar dan berusaha mempertahankan keadaan kapal agar tetap dalam posisi sejajar. Jika dia tidak menahannya maka bisa saja pesawat akan bergerak tidak berturan dan malah menusuk atau meluncur 90 derajat langusng menuju bumi.

Hanya sekitar 15 menit kemudian, akhirnya pesawat memasuki daerah yang berawan.

Humellin mulai memasuki awan meskipun bagian bawah kapal terlihat masih berwarna merah akibat gesekan udara yang terjadi. Namun cahaya itu semakin memudar karena Humellin sudah berada di atas ketinggian yang cukup.

"Charles!!"

"Boost Energy, Right wing clear, Left wing Clear. All Clear."

Setelah itu Rosa yang berada di depan mulai menaikan kecepatan.

Setelah berada di ketinggian yang normal, sebuah energy pada bagian belakang dan kedua sisi pesawat mulai menyala.

"Yosh kita akan segera sampai di tujuan."

Secara bersamaan, Boost energy yang aktif mendorong kapal kedepan dengan sangat cepat. Saat ini pesawat berada dalam kecepatan sekitar 300 km perjam dan berada di samudra Pasifik.

Sambil melaju kedepan, ketinggian pesawal perlahan mulai menurun agar berada di ketinggian minimal kapal sekitar 30.000 kaki di atas permukaan laut.

Boost yang di gunakan hampir sama seperti yang digunakan ketika Humellin lepas landas menuju angkasa di Aquapolish. Kecepatan kapal semakin berkurang karena energy tidak bisa di gunakan sepenuhnya.

Dalam keadaan seperti ini, Humellin akan sampai sekitar 20 menit ke tanegashima.

" Kapten kita sudah dalam keadaan aman sekarang, pendaratan sukses." Samuel berbicara. "Tunggu dulu?"

"Ada apa Samuel."

"Jalur peluncuran terbuka."

"Apa?"

"Tunggu Silphya, kau tidak bisa keluar sekarang."

Alice mulai berteriak saat melakukan komunikasi dengan seseorang.

"Alice, buka jalur komunikasi dengannya?"

"Baiklah kapten Maria."

Sebuah hologram menampilakn wanita berambut hitam berada dalam sebuah ruangan cocpit muncul di ruangan itu. Wanita yang beraada di dalam hologram adalah Silphya Adelin, yang berada di bagian peluncuran di dalam kapal. dia sudah bersiap keluar dari kapal.

"Silphya apa yang kau lakukan?"

"Maaf Maria, aku akan berangkat lebih dulu kesana. Dengan kecepatan Type Zero S, aku bisa sampai kesana dalam 10 menit."

"Tunggu kau masih belum sembuh, kau harus bersabar dan menunggu perintah sebelum melakukan tindakan."

"Tidak perlu khawatir aku sudah sehat." Silphya menjawabnya sambil tersenyum lebar. " Kalau begitu aku akan berangkat terlebih dahulu!!... aku akan membantu Claire dan Kimberly."

Komunikasi terputus.

"Tunggu!!"

"Peluncur sudah di aktifkan, Type Zero S sudah keluar dari kapal."

Sebuah benda menyerupai pesawat berwarna hitam dengan sangat cepat meluncur di arah samping kanan Humellin.

Benda itu adalah Type Zero S milik Silphya Adelin bernama Seraphim.

Type Zero S adalah pesawat generasi kedua setelah Type Zero 1 dan Type Zero 2 milik Claire dan Kimberly. Type Zero S adalah pesawat yang tercanggih yang di ciptakan oleh Ox Cyber Industry 1 tahun yang lalu. Bahkan di katakan bahwa kecepatannya 2 kali lebih cepat dari pada Lamia dan Scarlet dalam mode Pesawat, kecepatan sekitar 2000 mph / 3.00 Mach.

Bahkan kecepatannya lebih cepat dari pada object yang muncul di Tanegashima kemarin siang.

Hanya dalam beberapa menit Seraphim sudah hampir sampai di Tanegashima.

Di dalam pesawat itu, Sylphia yang mengenakan pakaian khusus sambil melantunkan sebuah nada dan tersenyum, melihat kearah langit di atasnya.

Meskipun dalam keadaan yang sangat cepat, dia masih terlihat santai dan tenang.

Dia melaju tanpa melihat kearah depan.

"...Hmmmmmm..hmmmm.hmmmm... naaa naaaaaaa naaaa... hmmmm... naaaaa.nananaaananna"

Tanpa disadarinya kini Seraphim berada sekitar 2 meter diatas permukaan laut.

Dibagian belakang bagian pesawat milinyam terlihat energy pendorong yang membuat sebuah jejak berwarna hitam mengikutinya. Selain itu sekitar 10 meter di belakang garis energy pendorong, air laut terhempas keudara.

Meskipun sebelumnya keadaan kapal mulai turun, namun kedaan pesawat miliknya stabil dan tetap berada di atas permukaan air.

"Sylphia... kita akan segera sampai."

Sebuah suara muncul di dalam cockpit. Syphia yang mendengar itu, mulai menghentikan nyanyiannya. Dia sempat menghembuskan nafasnya keluar dari mulutnya.

"....Huhhhhhhhhh."

"Apa kau baik baik saja."

"Ya aku baik baik saja Seraphim. Baiklah bagaimana keadaan disana?"

"Sepertinya masih belum berubah, Scarlet dan Lamia masih bertarung di pantai. Selain itu aku mendeteksi ada 2 Groube yang bergerak di bagian barat pulau, sepertinya mereka bergerak tanpa di ketahui oleh Lamia dan Scarlet. Gelombang electromagnet yang merusak jalur komunikasi dan deteksi disana membuat Lamia dan Scarlet tidak mengetahui bahwa ada 2 groube yang bergerak berlawanan arah menuju bagian barat."

"Hmmmmm..."

"Seraphim, apa pesawat itu masih belum muncul."

"Sampai saat ini masih belum."

"Baiklah kalau begitu, kita akan menuju Lamia dan Scarlet terlebih dahulu."

"Tapi Silphya, bagaimana dengan 2 Groube yang berada di barat?"

"Jangan bertanya lagi, seseorang pasti akan mengurusnya nanti. Aku yakin bahwa benda itu akan muncul lagi. Aku berharap dia muncul kembali, aku sudah lama ingin melihatnya Spica."

Part 5.

"Rasakan ini!!!"

Claire berteriak di dalam cockpit pesawatnya, ketika tanda lock on di layar depan berwarna merah pada puluhan Groube itu.

Kedua senjata pada kedua lengan Scarlet mulai di arahakn kedepan dimana Groube type wing berada. selain itu beberapa bagian lainnya di kedua kaki, bahu, dan belakang tubuh Scarlet mulai terbuka. Puluhan rocket kendali keluar dari tubuh Scarlet dan bergerak sangat cepat menuju puluhan Groube yang di kuncinya.

Ledakan besar terjadi di atas udara ketika roket kendali itu mengenai targetnya.

Setelah serangan itu, Scarlet mulai menembakan plasma Canon kearah Groube yang tidak terkena serangan roket miliknya.

Serangannya mengenainya dan ledakan kembali terjadi.

"Claire jangan menghabiskan semuanya."

"Apa yang kau katakan Kim, kita sedang bertarung bukan sedang berkompetisi. Selain itu tetaplah focus dan mendekat kesini, kau sudah berada di luar area pantai."

"Baiklah."

"Claire apa kau dengar?"

"Aku mendengarnya Alice. Berapa lama lagi kalian akan sampai kesini."

"Kami dalam perjalanan, sekitar 10 menit lagi kami sampai disana. Selain itu Silphya sudah menuju kesana terlebih dahulu, apa kalian melihatnya?"

"Belum, kami belum melihatnya?"

"Claire, coba lihat itu!!"

Kimberly berbicara dan memotong pembicaraan Claire dan Alice.

"Ada apa?"

"Lihatlah kesana, kearah laut."

Ketika Claire melihat kearah laut tepatnya di daerah dimana Anemone berada, sebuah objek misterius mulai terlihat keluar dari dalam kabut hitam itu, berukuran cukup besar.

Sebuah suara raungan mulai terdengar dari dalam kabut itu ketika, sebuah objek berukuran raksasa mulai keluar dari kabut itu. Berbeda dengan Type wing, ukurannya 10 kali lebih besar. berwarna hitam, dan memiliki sisik kuat di seluruh tubuhnya. Selain itu memiliki 2 kaki dan tangan, di lengkapi juga ekor dan sayap bagian belakang tubuhnya.

Makhluk itu adalah Groube lvl 1, Type Dragon.

Di beri nama seperti itu karena karakteristik dari groube ini menyerupai seekor naga, namun berwarna hitam dengan sebuah cahaya sepeti aliran darah pada tubuhnya yang mengalir pada bagian dada yang merupakan inti dari groube.

"Lvl 1 !!"

"Ini sangat aneh, kenapa Lvl 1 bisa muncul secepat ini."

Groube itu mulai muncul dari balik kabut hitam itu, dan terbang menuju pantai. Di sekitarnya di lindungi oleh Groube type wing yang terbang bersamanya.

"Claire, ada apa?"

"Master, Groube lvl 1 type dragon keluar dari dalan Anemone."

".. Lvl 1."

"Ya."

Claire terlihat sedikit terkejut.

"Master bagaimana sekarang –Nyaa?"

"Kalian berdua, berhati hatilah. Sebentar lagi Silphya akan bergabung dengan kalian, hancurkan Groube itu sebelum menuju pantai. Mengerti?"

"-Nyaaa"

"Baiklah"

Lamia yang yang berada di samping Scarlet mulai bersiap bertarung. 2 senjata berbentuk sabut yang di pegang lamia kini di satukan menjadi 1 buah senjata. Senjatanya berubah menjadi 1 buah senjata berbeda, seperti perpaduan kapak dan spear. Senjata tersebut memiliki ujung yang tajam dan 2 buah bagian melengkung pada ujungnya. 2 bagian melengkung itu adalah plasma yang sangat panas.

Lamia kini memakai senjata seperti Gream Reaper, sabit berukuran panjang dengan 2 buah mata tajam pada ujungnya yang terbuat dari plasma.

"Ready!!"

"Baiklah, Kim kita harus menunggu sampai dia menjauhi Anemone dan bergerak di dekat pantai. Saat itu kita akan melawannya."

"Meowwww!!"

Groube type dragon terus bergerak kearah pantai dengan cukup cepat, dia di kelilingi oleh Groube type wing. Kini hanya Scarlet yang melakukan serangan terhadap type wing yang berada di dekatnya, sedangkan Lamia tetap bersiap di sampingnya. Karena Lamia adalah type serangan dekat, dia hanya bisa menunggu sampai Groube type dragon mendekat.

Dengan puluhan roket yang keluar dari tubuh Scarlet, puluhan type wing di hancurkannya di sekitar area pantai.

Type Dragon terdengar mulai meraung.

Suaranya terdengar sangat keras membuat sebuah gelombang yang bahkan menggetarkan permukaan air laut. Mulutnya mulai terbuka dan cahaya berwarna merah gelap mulai muncul dari dalamnya.

"... Claire!!"

"Aku tau, Kim gunakan Psion Shield untuk menghentikannya."

"Baiklah."

Sebuah serangan berupa garis cahaya berukuran 10 kali lebih besar dari pada type wing di keluarkan oleh dragon itu, garis cahaya itu melaju kearah pantai tepat kepada Lamia dan scarlet. Garis cahaya itu bahka membelah permukaan laut yang berada di bawahnya.

Di sekitar serangan dragon itu itu, beberapa petir terlihat muncul di sekitarnya.

Lamia dan Scarlet tidak bergerak dari tempatnya saat ini meskipun serangan itu kini bergerak cepat mengarah padanya. Hanya beberapa saat setelah serangan itu berada sekitar 10 meter di depan Lamia dan Scarlet, sebuah cahaya hijau transparan membentuk cell yang saling berhubungan muncul di depan mereka menahan serangan itu seperti sebuah perisai.

"...."

Sebuah ledakan terjadi beberapa saat kemudian saat serangan itu mengenai Psion Shield lamia dan Scarlet.

Namun, Lamia dan Scarlet terpukul mundur akibat gelombang dari efek pertahan mereka. Lamia dan Scarlet terpental kebelakang dan terjatuh di perkotaan.

"....Kyaaaa."

"Kim apa kau baik baik saja?"

"...Nyaaa."

"Syukurlah!!"

Scarlet dan Lamia yang terjatuh mulai bangkit, sayap pada bagian belakang mulai bercahaya sesaat tubuh Lamia dan Scarlet berdiri tegak. Dengan cepat mereka berdua terbang kelangit kembali kearah pantai.

Lamia berada di bagian depan sedangakan Scarlet berada di belakang mengikutinya.

"Kim aku akan melindungimu."

Scarlet yang berada di belakang mulai turun dan mendarat tepat di pelabuhan di sisi pantai. Saat kakinya mulai menyentuh permukaan pasir, 4 sebuah benda menyerupai selongsong baja keluar dari setiap sisi kakinya dan masuk kedalam pasir seperti penahan agar posisi Scarlet tegak berdiri. bagian belakang pun sama, setelah sayapnya menghilang, 2 buah baja keluar dari menancap pada pasir menahan tubuh Scarlet agar tidak terpental kebelakang.

2 buah senjata canon muncul di bagian belakang dan bergerak kearah bahu Scarlet. Canon berukuran hampir sama seperti 2 canon lainnya yang berada di kedua tangan Scarlet.

Kini ada 4 Plasma Canon yang terdapat pada Lamia, ditambah dengan puluhan roket yang berada di seluruh tubuhnya.

"... Kim aku akan melakukan serangan."

"Haiiiiiiiiiiii..."

"Rasakan ini Dragon!!" Pada ke 4 lubang senjata yang berada di depan mulai muncul sebuah cahaya berwarna putih. " Fire!!" Ketika tanda bidikan yang berada di layar dalam cokpit Lamia sudah mengunci sasaran pada dragon, dia mulai menekan kedia tombol merah pada bagian ujung kemudi kedua tangannya.

Secara bersamaan, 4 buah garis putih berukuran sangat besar keluar dan meluncur dengan sangat cepat kearah dragon di ikuti dengan puluhan roket yang secara bersamaan keluar dari tubuh Scarlet.

Ledakan besar terjadi di permukaan laut setelah serangannya tepat mengenai dragon yang berukuran besar di permukaan air itu. serangan itu tidak di lepaskan pada 1 titik, melainkan kebanyak area di dekat dragon itu. Beberapa roket bahkan mengenai type wing yang berada di sekitar dragon itu.

Asap tebal berwarna kehitam hitaman muncul akibat ledakan itu, namun hanya beberapa saat kemudian dragon terlihat keluar dari asap itu meluncur kedepan.

Jika sebelumnya type wing berada di sekitarnya, kini dragon itu bergerak maju sendirian.

Mulutnya kembali terbuka, dan serangan akan segera di lancarkan tepat pada Scarlet yang berada di pinggir pantai.

"Kim, giliranmu!!"

"... Meowwww, Aku mengandalkanmu Lamia."

Ketika Dragon tersebut bergerak kea rah pantai, Lamia yang sebelumnya menghindari dari jalur serangan Scarlet bergerak ke atas.

Dengan kecepatan tinggi lamia bergerak turun dari atas langit tepat menuju tubuh Dragon. Ketika dia berada tepat di bagian atas tubuhnya, sebuah cahaya berwarna putih tegak lurus terlihat bergerak melewati tubuh bagian atas sampai ke bagian bawah seperti sebuah tebasan.

Dragon mulai meraung kesakitan setelah serangan Lamia mengenai bagian sebelah atasnya.

Setelah terkena serangan itu beberapa bagian tubuhnya mulai pecah menjadi bebatuan berwarna hitam yang merupakan kulitnya. Tubuh Groube memang bukan kulit, melainkan seperti sebuah batuan crystal berwarna hitam pekat.

Sayap kanan dan tubuh bagian kanan dragon mulai hancur, dan setelah mendapat serangan itu dragon mulai kehilangan keseimbangan dan terjatuh kedalam laut.

Ledakan air laut terjadi ketika tubuh dragon terjatuh keras.

"Berhasil, tapi masih belum. Kim menghindarlah aku akan mencoba menhancurkan dragon itu bersama dengan intinya dari sini."

Lamia yang berada tepat diatas Dragon kini kembali terbang keatas langit menjauhi daerah itu.

Sekali lagi, Scarlet yang berada di pantai melancarkan serangannya seperti sebelumnya. Plasma canon dan puluhan roket kendali bergerak secara bersamaan menuju tempat jatuhnya dragon itu.

Ledakan besar terjadi, bahkan permukaan air laut terangkat keudara setinggi lebih 100 meter.

"Apa berhasil?"

Claire mulai menunggu asap putih akibat serangan itu yang menyembunyikan kedaan di dalamnya, serangan tadi seharunya bisa menghancurkan tubuh dragon berkeping keping bersama dengan intinya. Namun beberapa saat kemudian sebuah sosok hitam muncul di dalam asap putih itu, bayangan itu itu menyerupai sosok yang mereka serang sebelumnya dan kini berdiri.

Bayangan berupa sayap mulai terlihat muncul.

"... seranganku gagal?"

"Claire awas!!"

Cahaya merah keluar dari dalam asap putih yang berada di permukaan air laut, serangan dragon bergerak sangat cepat tepat menuju kearah Scarlet yang berada di bibir pantai. Dengan bagian yang menahan tubuh Scarlet yang menancap pada permukaan pasir. Dia tidak bisa menghindari serangan itu.

Tentu saja itu membuat Claire terkejut, serangan itu tidak diperkirakan olehnya. Selain itu serangan dragon tidak terlihat oleh Claire karena dragon berada di dalam asap putih itu.

"... Aku tidak bisa menghindar."

Ketika serangan itu hampir mengenainya.

Sosok hitam muncul tepat di depan Scarlet. Sosok itu menahan serangan Claire denagn mudahnya.

Sesosok robot berwarna hitam muncul dan menahan serangan itu dengan Psion Shield miliknya, namun berbeda dengan sebelumnya serangan yang mengenai Psion Shield robot hitam itu berpencar dan memantul kedepan. Serangan yang terpencar menjadi beberapa cahaya kecil itu mengenai beberapa tempat di depan robot itu dan membuat sebuah ledakan air laut.

"...Huh huh aku selamat, kenapa lama sekali Sylphia?"

"Maaf aku terlambat, tapi aku datang di saat yang tepat benarkan."

"Silphya senang meliahtmu lagi –Nyaa?"

Lamia mulai mendarat dan melayang di samping robot hitam milik Sylphia, Seraphim.

"Kimberly aku kembali."

"Bagaimana keadaamu Sylphia?"

"Aku sudah tidak apa apa sekarang."

"... Kalau begitu baguslah, aku senang mendengarnya. Senang kau kembali Sylphia."

"Terima kasih banyak."

Disaat mereka sedang bereuni karena sekitar 1 bulan tidak bertemu, Groube type Dragon mengganggunya dan terbang menuju kearah mereka bertiga.

"Kita bicara nanti, aku akan mengalahkan monster itu terlebih dahulu."

Seraphim mulai bergerak, sebuah senjata mulai keluar dari bagian belakang tubuhnya. Dia mengambil senjata itu yang berupa 2 buah pedang berwarna hitam dengan beberapa garis merah menyala pada bagian pedang itu.

Berbeda dengan Lamia, kedua pedang itu hanya mengeluarkan plasma pada bagian mata pedangnya saja.

".... Tunggu Sylphia kau akan menyerangnya sendirian?"

"Serahkan ini padaku."

Satap pada bagian belakang seraphim mulai menyala, dengan cepat dia meluncur kedepan tepat mengarah pada dragon itu. kecepatannya 2 kali lebih cepat dari Scarlet dan Lamia meskipun dalam bentuk seperti itu.

Hanya beberapa detik saja kini Seraphim sudah berada tepat di depan Dragon itu.

Mulut Dragon mulai terbuka bersiap menyerang Seraphim di depannya.

Namun dalam sekejap mata saja, Seraphim sudah melewati Dragon dan berada di belakangnnya. Kecepatannya seperti melewati kecepatan cahaya.

Seraphim kini sudah dalam posisi salah satu yang memegang senjata di bagian belakang, seperti orang yang menebaskan pedang dari samping menuju kedepan.

Dragon terliahat berhenti bergerak.

Beberapa bagian tubuh dragon terliaht mulai pecah dan hancur menjadi ribuah titik hitam seperti debu yang menghilang di udara. beberapa garis merah menyala pada tubuh Dragon terlihat sudah redup.

"... Dia berhasil."

"Ya."

Serangan dari Sylphia memang sangat cepat , namun jika di perlambat maka sesaat dia berada di depan dragon. Seraphim menghindarinya dan bergerak di sisi sebelah kiri. Setelah itu dia menebaskan pedang pada lengan kanan, menebas Dragon dari leher sampai bagian belakang dragon itu.

Ditambah dengan kecepatannya, serangan Seraphim seperti tidak terlihat.

Dan ketika pedang itu menebas bagian tengah tubuhnya, inti dragon ikut terpotong dan kahirnya dragon mulai terlihat hancur menjadi debu. Tubuhnya terurai di udara dan menghilang.

Salah satu cara tercepat adalah dengan menghancurkan jantung atau inti energy Groube yang berwarna merah, jika hanya mengenai kulit luar maka dalam waktu dekat bagian tubuh itu akan beregenerasi kembali.

Itulah kenapa serangan Scarlet dan Lamia sebelumnya tidak tampak, karena saat di dalam asap tubuh Dragon beregenerasi kembali seperti semula.

Lamia dan Scarlet mulai mendekati Seraphim yang masih melayang di atas permukaan air.

"... Kau memang hebat Sylphia. Tapi kau jangan memaksakan dirimu, aku sudah tau kau memakai synestesia saat mengalahkan dragon itu."

"Maaf Claire, tapi jika tidak menggunakannya aku akan kalah. Selain itu sepertinya pertarungan akan berhenti sejenak, jadi aku bisa beristirahat."

"Kau benar, tapi ada apa ini, aku tidak pernah melihat ini sebelumnya. semua Groube kembali kedalam Anemone."

Setelah mengalahkan Dragon, terlihat bahwa beberapa Groube mulai kembali kedalam kabut hitam dimana Anemone berada. Tidak ada satupun Groube yang berada di sekitar Anemone saat ini.

Mereka seperti kembali kedalam seperti mendapat perintah untuk kembali kedalam.

Ini memang sangat aneh, karena Groube adalah makhluk yang tidak memiliki akal. Bahkan dalam beberapa kejadian selama ini, hanya pada saat inilah mereka bertiga melihat Groube kembali menuju Anemone.

"Kenapa?"

"Aku tidak tau."

"Scarlet, Lamia... kalian berdua diam disini dan tunggulah Master. Aku akan kembali"

"Nyaaa?"

"Apa yang—"

Seraphim mulai berubah menjadi mode pesawat dengan bagian depan sudah dalam posisi 90 derajat kearah langit. Dengan cepat Seraphim melesat kearah langit dan berbelok menuju kearah Tanegashima sebelah barat.

"Tunggu Sylphia kau mau kemana?"

Dengan beberapa detik saja dia sudah berada menjauhi mereka berdua dan pergi kearah tanegashima. Apa yang dilakukan oleh Sylphia membuat Claire dan Kimberly terkejut dan kebingungan.

"Apa yang dilakukannya?"

"Claire, Kimberly, Sylphia. Apa kalian baik baik saja?"

"Maria, Master kami baik baik saja. tapi Sylphia, dia pergi kearah tanegashima."

"Apa, apa yang dilakukannya?"

"Aku tidak tau, tapi dia terlihat sedikit aneh. Selain itu Maria, master ada kejadian aneh disini. Seluruh Groube kembali kedalam Anemone."

"Kami sudah melihatnya, kalian berdua berjagalah di pantai. Kami akan mendaratkan pesawat disana untuk mengamati situasi."

"Baiklah Maria, bagaimana dengan Sylphia?"

"Kita akan menghubunginya lagi, ketika situasi menjadi buruk."

"Baiklah Master."

Hanya beberapa saat kemudian, sebuah bayangan besar melewati Lumia dan Scarlet.

Sebuah pesawat berukuran 50x lebih besar dari Lamia dan Scarlet terbang di atas langit melewati mereka menuju kearah Tanegashima. Pesawat itu adalah Humellin, dan terlihat mulai menurunkan ketinggiannya.

"Kimberly kita kembali."

"Baiklah."

Part 6.

"Hime kau terlalu cepat."

"Tidak apa apa aku bisa mengendalikannya. Terus berikan aku alur yang benar Mea."

"Baiklah Hime."

Naru yang sudah memasuki hutan kini sedang melewati bagian menanjak dengan kecepatan sekitar 80km perjam. dia bergerak dengan sangat lincah melewati beberapa pohon yang menghalanginya di depan. sementara itu, Hologram ikan koi berada tepat di samping kepalanya berbicara mengarahkannya.

Meksipun kedaan sedikit gelap di dalam sana, Naru tidak perlu Khawatir karena Mea menunjukan arah jalan padanya.

"Belok kiri Hime, ada pohon di depan."

Dengan cepat Naru bergerak ketika Mea berbicara.

Sudah sekitar 5 menit dia memasuki hutan itu dan kini sudah berada tepat di bagian teratas bukit itu. Jalan mulai berubah menurun, Sesaat Naru mulai mengingat beberapa jalan di depannya yang kemarin dia lewati. Sebelumnya dia memang sempat ketakutan dan tidak bisa melihat sekitar karena dalam kondisi yang sangat berbahaya dan tidak terkendali karena Sket-Roller miliknya rusak pada saat itu.

Namun kini dia bisa bergerak dengan bebas di jalan yang menurun sekalipun, bahkan kecepatannya mulai naik dan tetap berada di 90km perjam.

"Kanan, kembali ke kiri."

Dengan mudah Naru mewati pohon pohon di depannya. Meskipun dalam keadaan menurun, Sket-Roller masih bisa menahan kecepatannya karena system gravitasi yang aktif menyeimbangkan kecepatan sebelumnya dengan keadaan sekitar. Saat menurun System gravitasi Sket-Roller akan di perbesar dan lebih berat.

Meskipun roda berputar dalam keadaan menurun, System Gravitasi akan menyesuaikan kecepatan dengan tekanan yang sebelumnya di dapat. Jika sebelumnya kecepatan berada di 90km perjam, maka System gravitasi akan menyesuaikan berat agar dapat berjalan di kecepatan itu.

Sekitar 3 menit berlalu, dan Kini jalan yang menurun mulai sedikit datar.

Aroma laut mulai tercium oleh Naru yang berada di dalam hutan.

"Kita sudah sampai?"

"Ya, sepertinya 2 menit lebih cepat dari perkiraan."

"Baiklah, kalau begitu aku bisa menyusul makhluk itu lebih cepat."

"Tapi Hime, bagaimana caranya kau turun ke gua itu. Apa kau akan terjun bebas seperti sebelumnya."

"Huh, Apa ya--?." Naru sedikit kebingungan dengan pertanyaan Mea, namun sesaat kemudian dia mulai menyadarinya sesuatu yang sangat penting. Dia mulai menyadari bagaimana cara untuk menuju kedalam gua itu. " AKHHHHHHHHHHHHH BAGAIMANA INI?"

Sebelumnya Naru bisa keluar dari gua itu dengan memanjat tebing bagian luar. bagian dalam gua memang memiliki lubang di atasnya, namun lubang itu tidak bisa di panjat karena berada tepat di tengan langit langit gua.

Salah satunya cara adalah melewati dinding tebing dan turun kesana.

Namun itu akan memerlukan waktu cukup lama, selain itu dia kini memakai Sket-Roller.

"Mea, temukan tempat yang cocok untuk mendarat di laut dekat gua."

"Apa kau yakin Hime. Tebing itu sangat tinggi."

"Aku tidak bisa membuang waktu untuk menuruni tebing itu, jadi aku akan melompat kedalam laut saja."

"Kalau begitu baiklah, tolong tambah kecepatannya dan belok kekanan Hime."

"Baiklah."

Naru mulai berbelok ke Kanan, dan mengayunkan kakinya bergantian untuk menambah kecepatannya.

"Terus lurus kedepan, dan bersiaplah Hime."

Setelah permukaan jalan sudah berubah menjadi datar, Naru mulai mengehentikan ayunan kakinya. Kecepatan masih belum berkurang dan dia meluncur pada cahaya di ujung hutan di depannya. Mata Naru mulai menutup sesaat dia keluar dari hutan karena cahaya matahari mengganggu penglihatannya.

Seluruh tubuhnya kini terasa melayang di udara, dia melayang.

Angin laut berhembus kencang ke tubuhnya.

Naru mulai membuka matanya dan kini tubuhnya perlahan mulai turun.

".....HYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Dia berteriak sekencang mungkin saat tubuhnya jatuh dari tebing menuju permukaan air di bawahnya.

"Hime, ubah posisi tubuh meluncur kebawah cepatlah."

Naru yang mendengar itu langsung mengubah posisi tubuhnya. Bagian kepala diubah menjadi di bawah, sedangkan bagian kaki berada di atas. Kedua tangannya mulai begerak lurus kearah permukaan air.

"....HAAAAA"

Dia menarik nafas panjang Dan *BLURRRRRRRRR.

Tubuh Naru mulai melincur masuk kedalam permukaan air laut, dia membuka matanya dan kini sudah meluncur sekitar 4 meter kedalam laut. Dengan posisi jatuh seperti itu, tubuhnya akan secara langsung meluncur kedalam.

Naru mulai menggerakan tangannya membuka untuk mendorong tubuhnya kembali keatas, namun gerakan sedikit lambat karena kakinya yang maish menggunakan Sket-Roller tidak membantu secara maksimal saat dia menggerakannya untuk mendorong tubuhnya keatas saat berenang.

Namun karena Naru sering berenang di laut, dia sudah terbiasa menahan nafasnya cukup lama, dengan sisa nafasnya dia masih bisa menuju kepermukaan.

"...Huaaah"

Beberapa ombak mulai terasa menghempas tubuhnya mendekat kearah dinding tebing. Naru yang baru keluar dari dalam laut, langsung mencoba mencari jalur masuk gua itu.

"Mea."

"Sebelah kanan Hime, pintu masuk menuju gua berada di sana."

"Baiklah."

Naru mulai menarik nafasnya dan kemudian menyelam ke laut kembali. Dia mulai membuka kedua Sket-Rollet yang dipakainya dan kemudian bergerak kearah kanan. Setelah membuka kedua Sket-rollernya dia berkata di dalam hati " Maaf, Rika".

Dia berenang dengan cara masuk kedalam air bukan berada di atas permukaan air. Jika dia ada di atas maka Ombak akan mempersulitnya bergerak. namun tentu saja Naru harus menjaga jarak dengan permukaan air, karena dia harus mengambil oksigen untuk menyelam kembali.

Hanya dalam 2 menit saja, Naru sudah berada dia sudah berada di depan pintu gua itu.

Dia menaiki dinding gua, dan kemudian berjalan memasuki pintu gua itu.

"...Huh..Huh...Huh"

Dengan bertelanjang kaki dan tubuhnya yang basah, dia berdiri tepat di dalam gua tersebut melihat kearah ujung gua dimana sebuah benda berukuran besar berwarna putih berada disana. Cahaya pada lubang di atas membuat ruangan itu terlihat lebih indah.

Naru sempat terdiam sejenak sambil mengambil nafas .

*Chi...Chi...Chi

Sebuah suara terdengar bergema di dalam gua itu. Suaranya itu tidak asing di telinga Naru.

"Michi!!"

Seekor tupai putih kini terlihat berada diatas benda besar putih itu, Tupai putih itu berteriak seperti memanggil Naru.

"Seperti yang aku duga kau pergi kemari Michi!!"

Naru mulai berjalan kearah Benda itu dan kemudian setelah berada di sampingnya tupai itu berlari kearah Naru. Naru menangkap Michi yang melompat tepat kepelukannya. Michi mulai bergerak memutari lehernya dan kemudian sedikit menjilati pipi kirinya.

".. Terima kasih Michi."

*Chi...Chi

"Apa kau dari awal ingin agar aku menaiki benda ini?... Kalau begitu, aku akan menggunakannya."

"Menurut data yang kuambil sebelumnya, benda ini memiliki senjata didalamnya. Apa kau akan bertarung melawan makhluk hitam itu?"

"Aku tidak yakin, apa aku bisa melakukannya?"

"Maaf Hime aku tidak bisa mengendalikan mesin ini dan menggunakannya. tapi aku bisa membantumu dalam memberikan informasi. Aku bisa memberikan informasi mengenai cara bertarung dan menggunakan benda ini. Apa kau mau mencobanya?"

*Chi...Chi

Michi kemudian berteriak kembali, seperti mencoba meyakinkan Naru.

"... Jika memang begitu, aku akan mencobanya. Aku benda ini memliki kekuatan untuk melawan makhluk itu, aku akan menggunakannya untuk melindungi seluruh Tanegashima. Jadi Michi, Mea... Bantu aku."

"Baiklah Hime."

*Chi....Chi

Part 7.

SPICA ACTIVATED WELCOME NARU

"?"

Ketika Naru berada di dalam cokpit dan mesin menyala, naru sedikit terkejut dengan apa yang tertulis pada layar monitor kecil yang berada tepat di tengah kemudinya. Sebuah tulisan " Welcome Naru " muncul di sana, Naru berpikir bahwa benda yang ia naiki saat ini mengetahui identitasnya.

Mungkin saja Spica " Nama dari benda ini" hanya bisa di kendalikan olehku, itulah yang dia pikirkan.

Lampu dalam cokpit mulai menyala, dan beberapa saat kemudian dinding depan dan kedua sampingnya mulai menyala seperti effect terbakar dan menjadi transparan seperti sebelumnya kembali.

ENERGY 78%

ALL SYSTEM CLEAR

Beberapa hologram seperti gambar 3D benda menyerupai pesawat, sebuah kotak menu ketinggian, titik bidikan berbentuk "plus" di depan, Energy, dan lain lainnya muncul pada layar transparan di depan Naru.

Perlahan Naru mulai memegang kedua kemudi yang berada tepat di depannya.

Ketika kedua tangannya memegang kemudi tersebut.

"...Heh, cahaya ini lagi?"

Beberapa cahaya mulai muncul di penglihatannya, cahaya itu menyerupai garis yang banyak dan bergerak kearahnya, seperti efek kecepatan cahaya. Ketika dalam sebuah mobil pada malam hari, cahaya lampu yang diam akan terlihat bergerak saat kita melihatnya, dan cahaya yang kini dia lihat sama seperti efek tersebut.

Namun Naru kini dalam keadaan diam bahkan mesinnya masih dalam keadaan diam.

Saat Naru mulai memejamkan matanya, cahaya itu menghilang.

"Apa itu?"

"Ada apa Hime?"

"Tidak, hanya saja aku melihat banyak cahaya barusan."

"Cahaya?"

"... Bukan apa apa." Naru sedikit kebingungan dengan cahaya tersebut. Ini kedua kalinya dia melihat cahaya itu saat berada di dalam benda ini, namun hanya beberapa saat kemudian dia mulai tersadar kembali bahwa ada yang lebih penting yang harus dia lakukan. " Baiklah ayo kita pergi dari sini, Mea berapa waktu yang masih tersisa?"

"Hanya sekitar 5 menit sebelum makhluk itu sampai di pegunungan."

"Baiklah.... Aku mohon bantulah aku... Spicaaaaaaaaaaaaa!!"

Naru mulai berteriak dan berbicara dalam pikirannya sesaat dia menarik kedua kemudi yang berada di tangannya.

Ledakan terjadi tepat di area dinding gua bagian atas.

Sesosok benda berwarna putih dengan sebuah cahaya berwarna hijau yang mengikutinya di bagian belakang keluar dari dalam gua itu melalui bagian atas yang meledak. Benda itu mulai terbang kearah langit dan berbelok kearah utara Tanegashima.

Meskipun Naru hanya pernah sekali mengendalikannya, dia seperti sudah bisa mengendalikan benda yang menyerupai pesawat itu. dengan cepat benda itu terbang kearah Utara menuju perbukitan disana.

"Uaaakhhhhhhhhhhhhhh"

Naru sempat berteriak di dalam ketika benda yang kini di naikinya kedua kali terbang dengan sangat cepat di udara.

Di dalam cokpit, Naru di temani dengan sebuah AI " Mea " yang bergerak bebas seperti berenang di dalam cokpit, sedangkan Michi masih berada di lehernya.

Dengan erat dan kuat Naru menahan kemudinya yang terasa bergetar, sedangkan kedua kakinya sedang berusaha mempertahankan kecepatan benda ini. kaki kanannya menyentuh sebuah pegas yang berguna untuk menambah kecepatan, sedangkan kaki kirinya menyentuh pegas yang berguna untuk memperlambat laju Spica.

Belum mencapai 1 menit Naru sudah melewati bukit belakang sekolahnya.

Pemandangan mulai terlihat jelas di depan, sebuah pegunungan yang cukup tinggi berdiri tegak di sana. di sekitarnya hanya ada pesawahan, beberapa rumah, hutan, dan jalan. Namun terlihat beberapa asap seperti ledakan muncul di jalur yang mereka lewati sebelumnya.

Makhluk itu seperti ingin mengancurkan Tanegashima.

Naru melihat 2 sosok hitam "Groube type wing " yang sedang terbang kearah gunung itu menjadi titik focus yang dilihat oleh Naru.

"Itu, makhluk itu ada disana. Makhluk itu hampir sampai ke gunung, apa yang harus aku lakukan."

"Hime, ada 2 tombol merah pada ujung kemudi. Gunakan itu"

"Uh, ini."

"Benar, itu adalah tombol untuk mengeluarkan senjata pada pesawat ini."

Sebuah hologram berbentuk bulat cukup besar yang bergerak muncul pada layar transparan yang berada di depan Naru. Naru mulai mengetahui bahwa tanda itu akan membantunya dalam menyerang, karena ini sering dia lihat di dalam sebuah game.

Kedua jempolnya kini berada tepat menyentuh tombol merah yang berada di ujung kemudi, dia kini sudah bersiap menyerang.

"Baiklah, aku akan mennyerangnya."

Naru mulai menekan kaki kanannya untuk menambah kecepatan.

Namun saat Kecepatan mulai bertambah, tanda merah yang berada di depan mulai bergerak sedikit lebih cepat. Meski begitu karena Naru kini bergerak Lurus, bidikannya tidak bergerak menjauhi tutuk "Plus" di tengah.

Semakin dekat.

Naru mulai menunggu bidikan mengunci sasarannya yang semakin terlihat jelas, dia bersiap menekan tombol merah yang berada di ujung kulit jempolnya.

Target sudah terkuncil, bidikan Hologram mulai mengunci kedua sasaran yang berada di depannya.

Naru mulai mencoba menekan tombol merahnya, namun sesaat kemudian tanda merah bertuliskan "COUTION!!" muncul kembali di depan Naru. Naru mulai terkejut karena dia mengetahui bahwa tulisan tersebut adalah sebuah tanda bahaya.

"Heh?"

Naru mulai menarik kedua kemudinya dan Spica secara cepat melaju kearah langit.

2 buah serangan berupa tembakan laser berwarna merah bergerak tepat kearah Spica sebelum dia menghindar kelangit. Serangan itu bergerak kearah ledang persawahan di belakangnya dan kemudian ledakanpun terjadi.

Jika Naru tidak menghindar maka serangan itu jelas akan tepat mengenainya.

"... Huh, Huh... Aku selamat."

Sebelum Naru menembak kedua Groube itu mengetahui keberadaannya dan menyerang terlebih dahulu.

"Hime berhati hatilah mereka mengikutimu."

"EHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH"

Kedua Groube yang sebelumnya bergerak cukup lambat, kini mulai terbang sangat cepat keudara mengejar Spica.

Naru yang kini mulai Panik.

Beberapa tembakan mulai melewatinya dari belakang. Spica yang berada di udara mulai begerak sangat cepat mencoba menghindari serangan kedua groube itu dan menjauhinya. Namun meskipun Naru mengemudikannya zig zag di udara, kedua Groube it uterus mengikutinya di belakang dan melancarkan beberapa serangan padanya, meskipun saat ini serangan mereka masih belum menemui sasaran.

"Bagaimana ini?"

Guncangan demi guncangan terasa oleh Naru ketika Spica bergerak berkelok di udara. selain itu guncangan mulai terasa ketika ada ledakan yang tercipta di sekitarnya, ledakan itu tercipta karena kedua serangan dari Groube yang berada di belakang saling bersentuhan di sekitar Spica.

"Hime kau harus menembak mereka."

"Bagaimana caranya, aku tidak bisa menjauhinya."

"Gunakan senjata kedua Hime."

"Senjata kedua, apa itu?"

"Coba tekan layar di depanmu."

"...Ini!!"

Meski Naru tidak mengetahui apa yang di tekan, Namun di kedua bagian sayap hologram yang memperlihatkan seluruh bagian Spica, cahaya biru mulai berkelip.

Di depannya mulai muncul hotak menu Hologram yang memperlihatkan keadaan di belakang, sebuah camera monitor seperti terpasang di bagian belakang Spica. Di dalam kotak menu Hologram tersebut memeiliki bedikian merah yang sama seperti sebelumnya dan kini sudah mengunci kedua Groube yang mengikutinya.

"Sekarang Hime!!!"

"Baiklah."

Ketika Naru mulai menekan tombol merah, puluhan cahaya biru mulai keluar dari kedua samping sayap Spica seperti sebuah tembakan laser, Namun cahaya cahaya itu bergerak seperti sebuah peluru kendali mengarah kebelakang dan mengikuti kedua Groube itu.

Kedua groube mulai bergerak dan menghindar, mereka bergerak kedua arah berbeda, Namun serangan naru pun menyebar mengikuti 2 Groube itu.

2 Groube itu bergerak dan mencoba menjauhi serangan itu, namun kecepatan mereka kalah karena serangan Naru memiliki kecepatan 2 kali lebih cepat.

Meskipun Groube bergerak menghindarinya, Serangan itu mengikuti gerakannya.

2 Ledakan terjadi di dua tempat yang berbeda.

"Berhasil!!"

Naru yang berada di Udara kini melihat kondisi sekitar, dia melihat kearah 2 ledakan itu. Meskipun cukup jauh, sebuah hologram muncul di layar transparan di dalam Cokpit. Layar tersebut seperti memperbesar dan mempertajam penglihatan Naru yang memperlihatan tempat di mana ledakan itu terjadi.

Naru Kini menunggu apa yang akan terjadi di udara.

Narum beberapa saat kemudian sebuah pergerakan kembali terlihat, 2 groube itu keluar dari dalam asap di tempat mereka terkena serangan menuju Naru.

"Tidak berhasil."

"Hime menghindarlah."

Groube itu bergerak cepat kearah Naru dan berdekatan.

Cahaya merah mulai muncul di depan Kedua Groube tersebut. Sebuah tembakan laser di temaban kearah langit tepat kearah Spica, namun berbeda dengan sebelumnya tembakan ini saling bertemu membuat serangan cahaya laser itu terpecah menjadi puluhan serangan kecil.

Meski begitu, serangan itu dapat membuat sebuah kerusakan jika terkena olehnya.

Naru mulai bergerak berputar di udara mencoba menghindar serangan itu, Namun tembakan demi tembakan yang sama di lepaskan oleh kedua Groube itu membuat ratusan bahkan ribuan laser kecil di sekitar Spica.

Beberapa dari mereka saling bertubrukan dan meledak di sekitar area dimana Spica bergerak saat ini.

"AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH"

Bahakan beberapa dari serangan itu mengenai bagian pesawat yang membuat beberapa guncangan.

Naru mulai melakukan serangan serupa kembali, Spica mulai mengeluarkan serangan dari kedua sayapnya yang bergerak kebelakang. Namun sepertinya beberapa cahaya itu saling bertubrukan dengan serangan kedua Groube itu dan meledak di tangah jalan. bahkan serangan itu kini tidak ada yang berhasil menggapai kedua Groube itu dan meledak sebelum mencapai mereka.

Sepertinya Groube kini bergerak dengan menjaga jarak.

Jika seperti ini maka keuntungan di dapat oleh kedua Groube itu, Karena serangan mereka sangat banyak dan memiliki area luas, serangan naru yang mengarah pada mereka memiliki rantan waktu sedikit lebih lama menyebabkan kedua Groube itu mempunyai peluang menyerang lebih banyak dan peluang menghentikan serangan Naru lebih besar.

Naru terus mencoba hal yang ma untuk ke 4 kalinya, namun serangannya tidak pernah berhasil.

"Tidak berhasil lagi."

"Hime kau harus segera menjauhi serangan mereka. Pelindung pada Spica akan segera hilang jika terus terkena serangan itu."

"Sebuah pelindung tidak terlihat berada di sekitar Spica yang menahan serangan langsung, namun saat ini pelindung itu semakin menipis seiring dengan energy yang terus terkuras. Jika seperti ini maka pesawat ini akan tertembak."

"Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang, apa kah ada senjata lainnya lagi?"

Naru mencoba menekan beberapa tombol pada layar monitor kecil di depannya, karena dia tidak tau apa fungsi dari tombol tombol di depannya dia menakan secara sembarangan.

Hologram yang memperlihatkan seluruh bagian Spica kini mulai mengecil dan terbelah menjadi 2. Satu kotak menu muncul dan bergerak kebawah yang bergambar berbeda dari kota atasnya yang bergambar seperti pesawat. Hologram yang berada di bawah mempunyai 2 kaki dan 2 tangan seperti robot manusia.

SPICA FIGHTING MODE ACTIVATED

"Heh apa yang terjadi?"

Spica yang berbentuk pesawat mulai berubah bentuk di udara.

Hanya dalam beberapa detik , pergerak mulai muncul di beberapa bagian pesawat, seperti sayap yang menekuk dan bergerak ke bagian belakang pesawat yang kini dalam keadaan berdiri. tangan dan kaki mulai muncul.

Meskipun beberapa berubahan terjadi di beberapa bagian pesawat, Cocpit naru masih tidak berubah meski kini layar mulai sedikit lebih luas.

Jika selelumnya di samping naru melihat sebuah sayap, kini dia melihat 2 tangan, selain itu bagian depan terlihat lebih jelas dan besar.

Spica mulai berhenti di udara, sayap mulai keluar dari bagian belakang berupa cahaya.

Spica yang sebelumnya bergerak, kini melayang di udara.

Sebuah mesin berwarna putih dengan beberapa bagian berwarna hijau, memiliki kepala, 2 kaki, dan 2 tangan seperti robot manusia kini melayang di udara. Spica kini sudah sepenuhnya berubah dan tepat mengarah pada 2 Groube yang berada di bawah.

"Berubah. Benda ini berubah bentuk..."

"Hime Groube menyerang kembali."

Denagn sebuah Reflek Naru mulai menarik dan menekan kaki kanannya.

Spica mulai menghindar dari serangan itu kesamping, Namun gerakannya kali ini lebih akurat dan cepat. Naru sedikit terkejut karena gerakan refleknya membuat Spica bergerak seperi itu. Meskipun Naru tidak tau apa yang akan terjadi, namun Spica seperti menuruti perintahnya untuk bergerak.

Spica seperti mengetahui isi kepalanya dan bergerak sesuai perintah dari otaknya.

".... Hime."

"Ya"

Naru mulai menggerakan kemudinya kedepan sambil menekan kakinya, Spica mulai bergerak mengikuti perintah Naru dan melesat kearah bawah dimana dua groube berada saat ini.

Naru mulai merasakan bahwa kini dia sedikit lebih mudah mengendalikan Spica dalam bentuk seperti ini, bahkan beberapa serangan dari Groube bisa di hindarinya dengan mudah. Kedua Groube itu hanya diam dan menembaki Spica dari bawah.

"Aku bisa menyerangnnya, tapi?"

Hanya beberapa saat lagi Spica mendekati 2 Groube itu, namun Naru mulai menyadari bahwa ada sebuah kekuarangan pada Spica saat ini.

"Senjata?"

Tidak ada senjata yang terpasang pada Spica saat ini. Bahkan Hologram yang berupa bidikan di depan layar transparan Naru tidak ada sama sekali.

"... Tidak ada pilihan. "

Naru tetap melaju kedepan.

Spica mulai berubah posisi, Tangan kanannya mulai di tarik kebelakang dengan posisi jari sudah mengepal. Kini Spica sudah dalam posisi siap meninju.

"Komohon berhasilah."

Spica mulai menggerakan tangan Kanannya kedepan saat berada di depan kedua Groube itu.

Waktu mulai melambat sejenak saat tangan kanan Spica bergerak maju kedepan.

Naru mulai melihat sebuah pergerakan dari Groube yang berada di depannya siap menghindari serangannya, Namun Naru seperti sudah bisa menebak arah dari gerakan groube itu sesaat sebelum mereka bergerak.

Naru mengetahui pergerakan itu seperti sebuah penglihatan masa depan, karena Groube masih belum bergerak saat ini.

Namu sesaat kedua Groube mulai bergerak, Serangan Spica mulai mengarah pada salah satu Groube yang menghindar kearah samping kanan. Pukulan tangan kanannya mengenai salah satu Groube yang mencoba menghindar serangannya.

Ledakan mulai terjadi di sekitar Spica.

"Berhasil Hime"

Asap mulai muncul akibat ledakan dan berada di sekitar tubuh Spica. Kini Spica berada di dalam asap tersebut.

Naru mulai mengetahui bahwa serangan tersebut mengenainya dan dia mengalahkan salah satu Groube itu. Satu Groube lagi berhasil menghindar.

Karena Asap di sekitar Spica, Naru tidak tau keberadaan Groube yang satunya lagi namun dia yakin bahwa makhluk itu berada tidak jauh darinya.

Sambil menunggu Asap menghilang terbawa angin di sekitar Spica, Naru mencoba melihat kembali kejadian sebelumnya.

Kenapa?

Kenapa aku bisa melihat pergerakan Groube itu sebelum menghindar?

Sebuah penglihatan masa depan atau sebuah insting saja. tapi bukan seperti itu, karena sesaat bergerak aku merasa waktu berhenti sejenak. Apa yang terjadi sebenarnya?

"Hime!!"

Sebuah tanda bahaya muncul kembali.

Spica mulai bergerak menghindari serangan yang muncul dari langit itu, tembakan yang dihindarinya mengenai daratan dan ledakan pun terjadi.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya. Aku harus segera mengalahkan makhluk yang satu laginya."

Spica mulai bergerak keatas, namun hanya beberapa saat kemudian sebuah bayangan hitam terlihat bergerak dari atas kebawah mengarah pada Groube itu.

"?"

Ledakan terjadi di tempat dimana Groube berada.

Bayangan hitam itu seperti menyerang Groube itu dan menghancurkannya.

Tapi apa itu?

Naru mulai berhenti dan melihat kearah atas langit dimana ledakan itu terjadi.

Hanya beberapa saat kemudian bayangan hitam itu mulai bergerak sangat cepat kearahnya, sebuah guncangan mulai terasa sesaat kemudian. Bayangan hitam yang bergerak kearah Naru kini berada tepat di depannya, mendorong Spica ke daratan.

"...Apa yang terjadi. Robot?"

Naru sempat melihat kearah depan, Yang terlihat olehnya sebuah kepala robot yang memiliki 2 mata berwarna merah. Benda itu mendorong Spica jatuh kedaratan.

Bagian belakang Spica mulai menyentuh Daratan dan terseret beberapa ratus meter sebelum akhirnya berhenti.

Naru yang berada di dalam cokpit sempat mengalami beberapa benturan yang membuat kepalanya pusing, bahkan saat ini penglihatannya mulai kabur.

"... A-Apa yang terjadi, kenapa benda itu mendorongku?"

Naru mendengar beberapa suara memanggilnya, mungkin itu adalah Mea. Sedangkan kini Naru melihat bahwa Michi berada tepat di dadanya dan berteriak.

Naru mulai menyadari bahwa posisinya tubuhnya menghadap ke atas karena Michi berada di atas tubuhnya.

Mesin Spica mulai mati danlapu bagian dalam mulai redup.

Bagian dalam Cokpit mulai gelap dan Naru masih belum bisa bergerak karena ketika dia menggerakan kepalanya dia merasakan pusing.

Sebuah suara mulai terdengar, cahaya dan hembusan angin dingin mulai masuk kedalam. Naru mulai mengetahi bahwa pintu Cokpit yang berada di bagian atas sudah terbuka dari luar.

Dia melihat sesosok bayangan hitam sesaat penglihatannya masih terganggu.

Bayangan hitam itu seperti seorang wanita karena memiliki tubuh yang langsing dan 2 buah lekukan pada bagian tubuhnya, selain itu rambutnya yang panjang terlihat bergerak di udara tertiup angin.

"....Siapa?"

Wanita itu mulai merubah posisinya jongkok dan mendekatkan kepalanya kearah Naru.

Seorang wanita berwajah sangat cantik dengan rambut hitam panjang kini berada tepat di depan Naru, wanita itu memiliki mata berwarna merah. Wanita itu tersenyum dan kemudian berbicara pelan di depan Naru.

"....Ich fand Sie, Spica !! "