webnovel

Anak(perempuan) selingkuhan papa (21+)

Seorang wanita muda datang dengan bukti buku nikah dan akta kelahirannya menuntut harta warisan papa di acara pesta ulang thaunku yang ke tujuh belas. Siapa wanita itu? Apakah dia anak hasil dari selingkuhan papa dengan wanita lain? Atau hanya mengaku-ngaku saja?

All1110 · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
3 Chs

SI PENGACAU

"Pak Wisnu! Aku datang ke sini minta pertanggungjawaban darimu sebagai seorang papa. Sudah delapan belas tahun sejak aku lahir kau telah menelantarkan aku!" teriak seorang gadis yang datang-datang langsung mengacau hari bahagiaku. Ulang tahun yang ketujuh belas yang seharusnya menjadi yang paling sejarah dalam hidupku kacau hanya gara-gara wanita asing yang menggila di sini.

Kuperhatikan keadaan sekitar. Semua perhatian para tamu tertuju pada gadis yang menurutku tidak terlihat good looking sama sekali, dan bagiku malah terlihat jelek. Bagaimana tidak, rambut yang dibiarkan terurai sepanjang bahu nampak kering dan tipis, serta wajahnya juga begitu kusam, dekit dan hitam. Jauh sangat berbeda jika dibandingkan denganku yang memang sejak dulu dikatakan sangat mirip dengan papa. Tidak sedikit rekan, sodara bahkan oara tetangga yang mengatakan kalau aku ini adalah pak Wisnu versi cewek. Tapi, dia… ah, pasti gadis itu hanya mengada-ada. Tipuan model baru lagi ini rupanya. Gumamku kala itu.

Tidak mau semua orang berfikit buruk tentang papaku, kujinjing dreas panjang yang kukenakan. Aku berjalan menuju kea rah gadis itu dengan sedimit terburu-buru dan berkata dengan lantan, "Siapa kau? Beraninya kau meminta tanggung jawab pada papaku dan mengatasnamakan dirimu sebagai anak dari papaku?" Aku menarik kencang pundaknya kebelakang sampai ia berhadapan denganku, gadia yang katanya usianya sudah delapan belas tahun. Tapi, bahkan dia auh lebih pendek dariku, padahal, kulihat dia mengenakan heels yang lumayan tinggi. Sementara aku, hanya mengenakan flat shoes ala-ala cinderella.

"Siapa aku? Tentu saja putri kandung pak Wisnu. Oh, jadi kau rupanya, Adel anak pelakor itu?" ucapnya dengan tersenyum sinis menatapku.

"Anak pelakor katamu? Kau jangan mengada-ngada, ya! Aku adalah anak tunggal papa dan mamaku, semua orang tahu itu, sementara kau!" ucapku mendidih. Ingin sekali rasanya aku menampar wajahnya yang jelek itu agar dia bertambah menjadi jelek. Tapi, ini di depan umum. Aku takut ada yang merekam pertengkaranku dengan anak asing ini dan menjadikan ini sebagai bukti di kantor polisi sebagai kasus penganiayaan. Usiaku masih sangat muda untuk emndekam di penjara.

"Oh, ya?" ucapnya dengan santai sambil melihatku dengan tatapan menghina. Padahal, jika dilihat dari fisik, serta penampilan, harusnya akulah yang lebih layak menatapnya dengan tatapan demikian. Kenapa ini malah sebaliknya? Kurasa aku tidak seperti gembel kali ini.

"Coba tanyakan pada wanita dengan gaun malam berwarna ungu violet itu! Apakah dia punya seperti ini? Ini buku nikah papa dan mamaku," ucapnya dengan santai dan tersenyum penuh dengan kemenangan.

Aku diam, bukan berarti tskut papa dan mama tidak memiliki buku nikah. Aku sangat yakin sekali, mereka pasti memiliki. Jika tidak, bagaimana bisa aku memiliki akta kelahiran.

"Buku ini asli, kau lihat! Ini adalah foto masa muda papa dan mamaku, mereka memang benar-benar telah menikah." Ucapnya lagi saat aku belum sempat menjawab sepatahpun.

Aku menolah ke arah papaku, dia nampak sangat tidak tenang dengan kedatangan gadis asing ini. Sepertinya, memang ada hal besar yang memang disembunyikan dariku selama ini. Kemudian, pandanganku beralih kea rah mamaku, wanita paling cantik di dunia ini, dia nampak diam dan sangat tenang. Sedikitpun ia tak nampak terkejut. Apakah dia sudah tahu ini? Apa-apaan ini sebenarnya? APakah benar, papa memiliki anak dengan wanita lain selama ini yang disem bunyikan? Apakah benar, papa telah menelantarkan darahdagingnya?

Kini tatapanku hanya kosong menatap dua foto pria dan wanita yang tertempel di buku nikah yang sampulnya telah usang di tangan gadis asing tersebut. Tak ingin suasana hatiku menjadi kian memburuk, terlebih di sini juga ada Rizky, aku pun memutuskan untuk angkat kaki dan pergi ke luar gerbang. Entah, bisa pergi ke mana aku dengan pakaian seperti ini. Bahkan, aku juga tidak berfikir, apakah dandanan dan riasanku ini seperti pengantin yang kabur dari pernikahannya atau tidak?

"Hey, anak wanita jalang! Mau ke mana, kau!"

Seketika aku menoleh mencari sumber suara itu. aku menemukan seorang ibu-ibu mengintip dari jendela mobil menatap ke arahku dengan pakaian serba hitam. Tatapannya sangat menghina. Aku tak mengenali siapa dia. Tapi, setelah cukup memperhatikan wanita itu, aku tahu, dia mirip dengan gadis pengacau yang masuk ke dalam acaraku tadi. Apakah dia ibunya? Sangat mirip sekali.

"Kenapa kau diam saja? Aku memanggilmu!" teriaknya lagi meyakinkanku yang masih mematung di tempatku berdiri.

"Aku maksudmu? Tante, jangan sembarangan bicara, atau saya bisa laporkan anda," ancamku. Siapa yang tidak mendidih jika dipanggil sebagai anak wanita jalang oleh orang yang baru saja kita temui. Apalah, anaknya sudah lebih dulu mengacau di hari bahagiaku.

Pintu mobil pun terbuka. Dengan elegant wanita itu turun dan melangkah mendekatiku. Aku terus menatap tajam ke arahnya. Aku tidak boleh takut. Siapa dia berani-beraninya mengataiku demikian? Secara tidak langsung pun, sama halnya dia juga telah menghina mamaku, kan?