webnovel

Anak(perempuan) selingkuhan papa (21+)

Seorang wanita muda datang dengan bukti buku nikah dan akta kelahirannya menuntut harta warisan papa di acara pesta ulang thaunku yang ke tujuh belas. Siapa wanita itu? Apakah dia anak hasil dari selingkuhan papa dengan wanita lain? Atau hanya mengaku-ngaku saja?

All1110 · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
3 Chs

PESATA ULANG TAHUN

Aku menuruni anak tangga satu demi satu dengan senyuman di wajahku yang seolah tiada memudar. Ku sapukan pandangan pada para tamu yang bersuka cita menghadiri pesta ulang tahunku. Namun pandanganku hanya tertuju pada sosok tampan yang sejak tadi terus memandangiku sambil tersenyum, tak pedulikan teman-teman yang berada di sekitarnya, karena dia hanya fokus padaku saja.

Dia adalah Riyan, Seseorang yang aku sukai selama ini. Beberapa waktu silam aku meminta izin pacaran pada papa juga agar bisa pacaran sama dia. Sebab, sudah beberapa kali Riyan menyatakan cintanya padaku. Tapi, jawabanku tetap sama. "Izin papa dulu." Kalimat itu tidak pernah berkurang, dan bertambah.

Riyan yang sangat pengertian, diam au bersabar menunggu jawaban dariku. Sebab, aku pernah katakana padanya kalau papa akan mengizinkan aku pacarana setelah dewasa. Nanti, Ketika siaku sudah genap tujuh belas tahun, dan hari ini, adalah hari ulangtahunku yang ketujuh belas tahun. Sudah saatnya aku bertanya.

Kuedarkan sekali lagi pandanganku mencari cinta pertama dalam hidupku begitu aku berhasil menapakki anak tangga hingga di lantai bawah. Di sana, sudut ruangan dekat dengan meja yang menghidangkan berbagai makanan dan minumaan terlihat olehku seorang pria berusia kira-kira berusia 42 tahun tengah ngobrol dengan rekan dan golega kerjanya.

Aku tersenyum setelah melihat pria itu. Kujinjing gaunku yang panjang bagaikan putri raja ke atas agar aku bisa berjalan lebih cepat dan tak terjatuh pastinya. Kumeneuju ke arahnya lalu memanggilnya, "Papa!"

Seketika pria itu dan tiga orang temannya pun menoleh ke arahku dengan senyuman lebar di bibirnya.

"Adel? Kau sudah siap, Nak? Cantik sekali kau mala mini," puji papa padaku.

"Wah, ini Adelia putri kecilmu dulu itu, Pak Wisnu? Tidak kusangka, sekarang dia telah menjelma seperti putri raja yang sangat cantik, elok anggun dan menawan," puji salah satu teman papa saat melihat ke arahku. Dia paling muda di anatara beberapa orang temannya. Usianya mungkin juga sepertinya tidak beda jauh dariku. Dia masih kelihatan ganteng dan keren, dan muda tentunya. Tapi, seperti apapun dia, aku akan tetap mencintai Rizky, pria yang sudah sejak lama menunggu jawaban dariku.

"Hahaha, iya donk! Papanya saja cakep. Masa iya putrinya tidak?" jawab papaku dengan sangat bangga. Kemudian ia meninggalkan gerombolan temannya dan berjalan ke arahku.

"Di mana mamamu, Sayang?" tanya papa sambil menghampiriku dan menggandeng tanganku membawa ke panggung untuk membuka acara.

"Mama sebentar lagi juga akan turun, Pa. Tadi, kulihat dia masih membereskan peralatan tempurnya. Cukup berantskan setelah menjadikan aku layaknya putri raja," jawabku dan disambut tawa oleh papa.

Mamaku adalah wanita yang hebat dan juga cantik. Dia adalah sosok ibu yang baik, istri yang juga baik. Wajar kalau aku dan papa sangat menyayanginya. Selaian itu, ibuku juga memiliki usaha sebagai mekap artis dan melayani dekorasi pengantin serta catering. Jadi, ulang tahunku yang sangat mewah ini, adalah usaha dari mamaku, serta yang meriasku juga adalah mama.

Tidak berselang lama, seorang wanita dengan pawakan tinggi langsing bak ratu dengan gaun yang sangat serasi dan mewah dia kenakan turun dari tangga dengan langkahnya yang sangat anggun. Ya, dia adalah mamaku. Yang akrab disapa dengan panggilan mama Molly oleh anak buah dab karyawannya. Dia tersenyum dan berjalan menuju kea rah kami.

"Itu mama, Pa," ucapku sambil menunjuk pada wanita bergaun panjang warna maroon dan menjuntai panjang, namun, memarkan bagian punggungnya yang putih dan mulus.

Acara pembukaan pun dilaksanakan setelah kami bertiga berkumpul. Aku adalah anak tunggal. Bnayak yang bilang, kalau aku adalah anak yang beruntung karena selain memiliki paras yang cantik, menawan, juga terlahir dari keluarga berada, serta memiliki papa yang ganteng dan mama yang cantik. Mereka berdua juga nampak sangat akur dan harmonis.

Acara potong kue berjalan lancar dan meriah. Kuberikan potongan pertama pada papa, satu-satunya pria hebat yang pernah aku jumpai jauh sebelum aku mengenal Rizky. Kemudian, kuberikan pada mamaku untuk potongan kedua. Meskipin sebenarya, tidak ada satupun yang terbaik dari mereka. Di mataku, papa dan mama memiliki nilai yang sama penting dan berharganya. Lalu, yang ketiga aku berikan pada Rizky. Pria yang sudah setahun ini setia menanti jawabanku atas cintanya.

"Bagaiamana? Ini adalah ulangtahunmu yang ke tujuh belas. Apakah papamu sudah memberikan jawabannya?" tanya Rizky, seolah dia juga tak sabar menanti kelanjutan dari hubungan ini.

"Aku belum menanyakan pada papa, ku."

"Kenapa? Apakah kamu tidak berani bertanya padanya?" tanya pria itu sambil menunduk memandangku yang tinggi badannya kira-kira sebatas lehernya.

"Bukan. Aku harus menunggu waktu yang tepat. Mungkin setelah satu temannya itu pergi. Aku akan datangi papa dan bertanya padanya. Tapi, dengan satu syarat," ucapku sambil tersenyum membalas pandangan matanya.

"Apa, itu?"

"Kau tetaplah di sini tunggu aku. Jika nanti papaku bertanya pria mana yang berani menyatakan cintanya pada putrinya, dan mau menunggu hingga satu tahun lamanya, kau sudah berada di sini dan bersiap bertemu dengannya."

"Baik. Walaupun aku juga masih sekolah dan belum tamat SMA, aku tidak takut bertemu dengan calon mertuaku," jawab pria itu dengan sungguh-sungguh. Membuat aku semakin tidak tertarik den gan pria lain. Meskipun jarak usia kita hanya terpaut tiga tahun saja, tahun ini dia akan lulus, dan aku, baru masuk SMA.

Aku berbalik arah meninggalkan Rizky yang sebenarnya adalah kakak kelasku. Tapi, entah bagaimana ceritanya dulu aku tak lagi memanggilnya dengan panggilan kakak. Mungkin agar teman-teman yang lain mengira kami benar-benar pacarana. Maklum saja, Rizky adalah pria paling tampan sesekolahan. Aku tak ingin ada gadis lain yang dekat-dekat dengannya.

Baru saja aku memanggil papaku hendak bertanya, tiba-tiba datang seorang gadis usianya tidak jauh beda denganku. Mungkin dua tahun lebih tua dariku.

"Pak Wisnu! Aku datang ke sini minta pertanggungjawaban darimu sebagai seorang papa. Sudah delapan belas tahun sejak aku lahir kau menelantarkan aku!" teriak gadis itu. gadis yang datang-datang mengacau hari bahagiaku. Ulangtahunku yang ke tujuh belas yang harusnya menjadi hari paling bersejarah bagiku seumur hidup.