webnovel

Tujuh

"Marisa!"

Marisa menoleh pelan melihat Julyan berlari kecil bersama anak kecil yang terlihat bahagia.

Ia tersenyum sembari melambaikan tangannya kearah suami dan anak kecil itu.

"Aku punya hadiah," ujar Julyan.

"Waahh.. Apa?"

Julyan menggendong anak kecil itu dan berteriak "Selamat!" sembari tertawa bahagia bersama anak kecil itu, ia ikut tertawa bahagia lalu bermain main dengan Julyan dan anak kecil itu.

"Mas!"

Marisa terbangun dari tempat yang ia tiduri, di sofa. Ia menghela pelan menyadari ia bermimpi, dan itu sudah ke 2 kalinya.

Marisa bermimpi ia hidup bahagia bersama Julyan dan...

Anak kecil?

Siapa anak itu, 2 kali di mimpi yang sama, anehnya Marisa tidak bisa melihat ia perempuan atau lelaki, yang ia lihat Julyan sangat bahagia.

Marisa menoleh pada laptop yang dari semalam menyala, ia ketiduran saat merekap beberapa laporan dari karyawannya.

Dan lagi...

Perutnya terasa mual, ia segera beranjak ke toilet, merasa perutnya benar benar sangat mual tapi tidak ada yang keluar.

Marisa ingat mungkin karna ia hanya makan sedikit, jadi mungkin ia kena magh yang kambuh.

"Kenapa?" tanya Johnny setelah Marisa keluar dari toilet.

"Tidak apa," jawab Marisa lalu kembali ke sofa, belum sempat ia duduk perutnya sudah kembali terasa mual, hal itu membuat segera bergegas ke toilet lagi.

Johnny, Yuta, Donny & Mahendra yang melihat itu turut merasa khawatir, mereka saling menoleh satu sama lain.

Sementara Marisa, ia menyender pada dinding lalu duduk perlahan, matanya terpejam dan pikirannya tak karuan. Kenapa dengan perutnya terus terusan terasa mual, sembari memegangi perutnya yang masih terasa mual, Marisa kembali memikirkan mimpi yang 2 hari itu ia lihat, Marisa tidak tau pertanda apa di mimpi itu, yang pasti ia sangat berharap semoga kabar baik menimpanya, Marisa berjanji pada dirinya sendiri akan lebih mendengarkan perkataan suaminya.

"Marisa! Kamu tidak apa apa?" teriak Donny agak keras sembari mengetuk pintu perlahan.

Marisa membuka pintu toiletnya lalu kembali duduk di sofa, kenapa ia terasa lemas, padahal tidak ada muntahan yang ia keluarkan.

"Sakit?" tanya Yuta.

"Gak apa apa, aku merasa lemas aja mungkin karna belum makan dari semalam," jawab Marisa walaupun perutnya terasa mual.

"Kalau begitu makan dulu, ini... Kamu nanti sakit, makanlah... Isi perutmu dulu sebelum ke toko," tutur Donny.

Marisa menganggukinya dan mengambil sandwich yang Donny berikan.

"Kak Risa!" sapa Putri, adik satu satunya Marisa yang baru sempat kerumah sakit.

"Kenapa kemari?" sahut Marisa.

"Uwaaaahh lihat berapa lama baru kemari.." sapa Johnny.

"Ujian benar benar membuatku sibuk," kekeh Putri.

"Kak, ini aku masakan makanan untukmu," lanjutnya lagi sembari menaruh beberapa makanan dimeja.

"Aku bawa banyak jadi kalian ikut makan juga," ajak Putri.

"Kelihatan enak!" celetuk Johnny lalu mengambil sumpit mencicipi masakan Putri.

Marisa menghela nafas lalu menyender pada sofa, rasanya ia benar benar tidak nafsu untuk makan, perutnya masih terasa mual, ada apa dengannya?

Pukul 10.29 yang ia lihat dilayar ponselnya, waktu begitu cepat berlalu tapi kenapa tidak ada tanda tanda kesembuhan suaminya, hanya masih sama, Marisa berfikir, mungkin ia marah karna dirinya meminta cerai, suaminya tak mau bangun karna tak mau melihat nya, mungkinkah?

Marisa menggeleng kuat, membuang pikiran itu jauh jauh, bisa bisanya ia berfikir seperti itu disaat suaminya sedang berjuang melawan maut, terhitung sudah hampir 2 minggu suaminya masih terlelap, sepertinya sangat nyaman.

"Kak... kakak tidak perlu ke toko biar aku saja," ujar Putri membuyarkan lamunan Marisa.

"Kamu tidak apa apa, kenapa gak disini aja?"

"Aku mau ke toko aja, lagipula aku tidak sendirian, ada Hendra juga sama Mahendra.." ujar Putri.

"Hendra?" - Johnny.

"Mahendra?" - Yuta.

"Iya.. Mereka sering ke toko selesai belajar, jadi aku tidak kesepian."

"Pantas saja sering pulang malam," kekeh Donny.

"Tidak apa, biar Putri gak kesepian," sahut Johnny.

.

Pukul 16.02

Putri berada di toko, seperti biasa ia bersama Mahendra dan Hendra, gadis itu tampak sibuk mengecek beberapa roti yang mungkin akan kadaluarsa besok, ia hanya mengambil beberapa lalu memakannya bersama Mahendra dan Hendra juga. Kadang juga beberapa karyawan ikut mengecek lalu melapornya pada Marisa dan Marisa menyuruh nya untuk dipanaskan lagi lalu mereka memakannya.

"Ini enak," ujar Hendra.

"Mulutmu penuh! Sudah berapa hari tidak makan?" tukas Mahendra.

"Kak.. Kamu tau kan aku suka makan, itu sebabnya aku sering kemari, hahaaa.." girang Hendra.

"Dasar laknat!" celetuk Putri melempar 1 sandwich kearahnya dan tentu saja pria itu menangkapnya dengan senang hati.

"Makasih," ujarnya lalu membuka sandwich.

"Kalian harus bayar!" sarkas Putri.

"Tidak bisa, ini makanan kadaluwarsa jadi gratis kan," kekeh Hendra.

"Kenapa kamu makan makanan kadaluwarsa? Kelaparan?" balas Putri.

"Tanggal kadaluarsa nya besok jadi harus dihabiskan, kalau tidak bahaya buat orang lain," ujarnya.

"Hendra sangat baik, aku terharu!" sarkas Putri.

"Aishh.. Tidak bisakah tenang?" tukas Mahendra menengahi cekcok.

Dan itu terjadi setiap hari bahkan setiap menit, Mahendra selalu jadi penengah atas debat tak penting Putri dangan Hendra, benar benar membuat Mahen kesal.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Rika_Rokiahcreators' thoughts