Yudistira akhirnya bisa kembali mengontrol emosi di dalam tubuhnya. Dia dan Rio masih di taman, keduanya duduk di salah satu kursi yang terletak di bawah pohon yang rindang.
"Kenapa kakek mengatakan hal itu kepada Zaedan?, saat ini pasti dia sedang terpuruk, bagaimana jika ia tak bisa menerima kenyataan yang ada?" suara Rio terdengar sangat khawatir. Meski selalu berdebat setiap bertemu, tapi rasa sayang terhadap adiknya sungguh besar. Bagi Rio Zaedan adalah saudara satu-satunya yang ia miliki.
Yudistira awalnya diam dengan tatapan datar dan kosong. Tapi mendengar pertanyaan dari Rio ia pun membuka suara, "Biarlah, dia sudah dewasa dan sudah sepatutnya tahu mengenai fakta ini. Terlebih aku ingin dia sadar diri dan tidak terus-terusan membuat masalah. Melinda terlalu mencintai anak itu, tapi dia selalu membuat putri merasa sedih"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com