webnovel

ALIVE

Ini hanya sebuah kisah yang menceritakan seorang gadis bernama Arabella yang selalu hidup mengikuti takdir yang tuhan tuliskan untuknya,entah takdir itu memberinya sebuah tawa atau pun memberinya sebuah tangis. Menjalani hidup tanpa mempermasalahkan takdir dari tuhan bukanlah hal yang mudah, selalu berusaha baik-baik saja saat kenyataan tak sesuai dengan harapan. Apa selama hidupnya Arabella akan mampu menerima takdirnya? Akankah Arabella menentang takdir ? Dan di lain sisi, Seorang pria bernama Reygan selalu hidup menentang takdir yang tuhan tuliskan untuk hidupnya, Reygan adalah gambaran seorang pria angkuh tanpa perasaan yang memaksakan cintanya pada wanita yang sama sekali tak pantas untuk ia cintai. Apa selama hidupnya Reygan akan menentang takdirnya? Akankah Reygan mencoba untuk menerima takdirnya? Kisah ini akan membawamu kembali untuk berfikir tentang sebuah arti cinta yang sebenarnya, tentang nyatanya penghianatan dari orang terdekat hingga tentang nyatanya arti pengorbanan cinta.

prabhaditha · สมัยใหม่
Not enough ratings
8 Chs

Again!?

"Demi apapun,hanya karena satu gelas lemon tea yang tumpah aku menjadi seorang pengangguran sekarang!"

Bella duduk lemas di halte bus dengan wajah pucat dan bibir mengering. Pandangan gadis itu lurus ke arah jalanan di depannya, entah berapa lama Bella membuang waktu untuk duduk terdiam di halte hingga kini tanpa terasa langit telah berubah gelap.

"Aku tidak marah padamu" Bella mengangkat wajahnya menatap langit malam yang kosong tanpa bintang . "Tapi kenapa takdir yang kau siapkan untukku terasa begitu melelahkan? Apa kau bisa memberi ku jawaban kapan aku bisa hidup tenang? Aku lelah"

"Aku tau kau baik Tuhan, apapun yang kau siapkan untuk ku pasti aku syukuri" Bella tersenyum di akhir kalimatnya. " Tapi apa kau bisa mengirim malaikat baik untukku sekarang? Aku takut terlalu lelah sendiri dan menyerah dengan takdirmu"

Bella menghela nafas pelan, gadis itu beranjak dari duduknya melangkah menjauh dari halte bus. Saat Bella berjalan di trotoar,tiba-tiba ada satu mobil putih melaju dari arah berlawanan dengan gerakan yang takberaturan.

"Apa pengemudinya mabuk?" Bella menghentikan langkahnya memperhatikan mobil yang semakin mendekat ke arahnya.

Bella menoleh ke depan dan ke belakang memastikan jalanan di depannya sepi. "Semoga dia se~~"

"Brakkk!!...."

Bola mata Bella membulat seketika saat melihat mobil putih itu kini menabrak trotoar didepannya.Gadis itu menoleh ke arah jalanan memastikan apakah ada pengendara yang lewat.

Tanpa ragu Bella berlari mendekati mobil yang telah mengelurkan asap itu,tangannya bergerak membuka pintu mobil. "Hey! Apa kau terluka? Bangun lah!" Teriak Bella, gadis itu terbatuk-batuk karena asap mobil yang begitu memenuhi bagian dalam mobil.

Dengan sekuat tenaganya Bella menarik tubuh wanita yang berada di kursi pengemudi untuk keluar dari mobil. "Yang benar saja jalan sebesar ini sama sekali tidak ada kendaraan yang lewat" Kesal Bella.

Bella mendudukan tubuh wanita itu di trotoar. "Bangunlah!" Tangan gadis itu menepuk pelan wajah wanita yang bersandar lemas di pundaknya.

"Tt-tolong handphone Re-eyy hub-hubungi"

"Handphone?Rey?Apa yang kau katakan?" Tanya Bella bingung saat mendengar kalimat tak jelas dari wanita di sampingnya.

Gadis itu terdiam beberapa saat. "Diamlah disini" Bella membaringkan tubuh wanita itu di trotoar, lalu ia melangkah mendekati mobil untuk mencari barang milik wanita tadi.

"Ini dia!" Setelah berhasil menemukan tas milik wanita tadi, Bella berlari ke tempatnya. "Maaf aku tidak sopan mengambil barangmu, tapi aku harus menghubungi seseorang untuk membantu mu" Bella mengambil benda pipih di dalam tas wanita yang ia tolong itu.

Dengan tangan yang sedikit bergetar karena rasa paniknya,Bella segera mencari tau nomor rumah sakit terdekat melalui internet setelah itu ia segera menghbungi rumah sakit untuk mengirim ambulan ke tempatnya.

"Bertahanlah" Bella menarik tubuh wanita yang ia tolong kedalam pelukannya, tangan Bella bergerak mengucap darah yang keluar dari hidung wanita itu.

"Bagaimana bisa tak ada mobil atau motor yang melewati jalan ini" Mata Bella sesekali menoleh ke arah jalanan yang begitu sepi didepannya.

"Kenapa harus hujan!?"Kesal Bella saat kini tetes demi tets air hujan membasahi tubuhnya.

Gadis itu menghela nafas lega saat mendengar suara sirine ambulan mendekat ke arahnya. Tak lama mobil ambulan berhenti tepat didepannya dan para pekerja medis turun untuk membawa tubuh wanita disampingnya masuk kedalam ambulan dengan tandu.

"Anda bisa ikut masuk"

Bella mengangguk,lalu mengikuti langkah pria berpakain putih masuk kedalam ambulan. Di perjalanan menuju rumah sakit,Bella hanya bisa duduk diam berdoa dalam hari untuk keselamatan wanita yang ia tolong.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah sakit, kaki Bella berlari kecil mengikuti para perawat menuju ruang UGD.

"Anda bisa tunggu disini" Ucap Perawat sebelum menutup pintu ruang UGD.

Entah untuk keberapakalinya Bella menghela nafas, gadis itu duduk di kursi yang tersedia di depan ruang UGD. "Aku harus menghubungi keluarganya"

Bella kembali mengambil ponsel milik wanita yang ia tolong, dengan cepat Bella menekan nomor panggilan terakhir di ponsel itu.

"Cepatlah datang ke UGD kerumah sakit grand family, pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan"

Tanpa mengucapkan salam dan basa-basi Bella dengan cepat menyelesaikan kalimatnya lalu memutus panggilan. Setelah kembali menyimpan ponsel di dalam tas, tangan Bella bergerak memeluk tubuhnya yang terasa ditusuk oleh udara dingin di ruamah sakit, baju gadis itu setengah basah karena hujan tadi.

Bella menggigit bibir bawahnya menahan rasa cemas, pikirannya tertuju pada kondisi wanita yang ia tolong tadi, walapun hanya luka memar pada dahi dan darah yang keluar dari hidung wanita itu, Bella merasa tetap khawatir dengan keadaan wanita itu.

Hampir lima belas menit berlalu pintu putih di depan Bella sama sekali tak menunjukan pergerakan untuk terbuka. "Kenapa lama sekali?" Bella beranjak dari duduknya mendekati pintu ruang UGD.

Saat baru saja berdiri di depan pintu, tiba-tiba tubuh Bella terdong kebelakang. Bella mengerutkan dahinya saat melihat punggung lebar seorang pria di depannya.

"Kenapa kau mendorongku?"

Pria itu berbalik menghadap Bella, matanya memicing tajam saat melihat tas yang berada di tangan Bella.

"Kenapa tas Senna ad~~"

"KAU!?" Bella tak bisa menahan suaranya saat melihat pria yang berdiri didepannya.

"Apa yang terjadi padanya?" Tanya Pria itu tanpa menghiraukan ekpresi Bella yang telah berubah.

"Jadi kau keluarga wanita yang aku tolong!?" Bella masih tak percaya saat wajah pria didepannya. "Ini tasnya ak~~"

"Permisi?"

Bella dan pria itu menoleh ke arah pintu UGD yang terbuka,Seorang dokter kini berdiri didepan meraka.

"Bagaimana kondisinya? Apa ada luka serius?" Tanya pria yang berdiri di sebelah Bella dengan nada paniknya.

Sang dokter menggeleng pelan. "Pasien baik-baik saja,tidak ada luka serius hanya luka memar pada dahinya dan pasien pingsan karena rasa terkejut saja" Jelas dokter.

Tanpa sadar Bella menghela nafas lega. "Apa sekarang dia sudah sadar?"

Dokter mengangguk menjawab pertanyaan Bella. "Kalian bisa melihat kondisi pasien di dalam. Pasien bisa langsung pulang jika merasa kondisinya telah membaik" Setelah itu sang dokter melangkah meninggalakan ruang UGD.

"Ini ta~~"

Kalimat Bella terpotong saat pria menyebalkan di sampingnya melangkah cepat memasuki ruang UGD. mau tidak mau gadis itu akhirnya ikut masuk kedalam untuk mengembalikan tas yang ada ditangannya.

Bella memutar bola matanya malas saat melihat pemandangan didepannya. "Ehemm" Bella berdehem cukup keras untuk menyadarkan dua orang yang tengah asik berpelukan.

"Kemarilah" Panggil wanita yang duduk di atas ranjang rumah sakit. "Terimakasih telah membantu ku, aku tidak tau harus membalas kebaikanmu ini"

Bella sedikit terkejut saat tubuhnya tiba-tiba ditarik kedalam pelukan wanita didepannya. "Sudahlah, yang terpenting kau sekarang baik-baik saja"

"Siapa namamu?" Tanya wanita itu setelah melepas pelukannya.

"Arabella, kau bisa panggi aku Bella"

"Aku,Senna" Wanita itu menyebutkan namanya. "Pulang bersama ku ya?"

Dengan cepat Bella menggelengkan kepalanya. "Aku bisa pulang sendiri" Bella menyerahkan tas milik Senna yang sejak tadi ia bawa. "Ini tas mu, semoga kondisimu cepat membaik dan lain kali berhati-hatilah saat menyetir" Ucap Bella.

"Tapi,Bell" Senna menahan tangan Bella saat gadis itu ingin berbalik. "Lihat bajumu basah, dan diluar masih hujan deras. bagaimana kau bisa pulang?"

"Sudahlah, kau akan diantar oleh supirku"

Bella menoleh ke arah pria yang kini berdiri di sampingnya. "Aku tidak butuh bantuanmu!" Ketus Bella.

"Aku tidak akan mau membantumu jika bukan kekasihku yang meminta" Sahut pria itu tak kalah ketus.

"Reygan" Senna memperingati pria itu. "Lebih baik kau saja yang mengantarnya pulang" Usul Senna.

Rey menggangkat satu alisnya. "Dan meninggalkanmu sendiri disini,begitu?"

"Aku akan akan menghubungi Bara untuk menjemputku,dia harus tau kondisiku sekarang" Sahut Senna.

"Tapi ak~~"

"Aku mohon,Rey" Pinta Senna.

Pria itu mendengus. "Terserah!" lalu Rey melangkah keluar dengan langkah lebar.

"Pulanglah dengannya,Bell" Pinta Senna "Ini hampir jam satu pagi, aku hanya ingin kau sampai rumah dengan selamat"

Bella mengangguk. "Baiklah, aku pulang dulu" Tangannya bergerak mengelus pelan bahu Senna. "Terimakasih" lalu ia melangkah menuju pintu keluar ruang UGD.

"Jangan harap aku mau pulang dengan pria sombong it~~"

Kalimat Bella terpotong saat satu tangan besar menarik paksa tubuhnya menuju keluar rumah sakit. "Apa yang kau lakukan,bodoh!? Lepaskan aku!"

"Tutup mulutmu!" Rey Membuka pintu mobilnya lalu mendorong kasar tubuh Bella masuk ke kursi penumpang depan.