webnovel

Alexa's Dream And Love

Tentang perjuangan Alexa untuk meraih impian dan juga cintanya. Alexa terjebak diantara ambisi sang Papa yang merupakan pengusaha sukses sekaligus bos mafia yang ingin menjadikan Alexa sebagai pewaris tunggalnya. Di sisi lain, Alexa juga terjebak dalam rencana balas dendam Daniel Ayden. Daniel berusaha menghancurkan perusahaan papa Alexa dengan segala cara. Termasuk menggunakan Alexa sebagai alat untuk membalaskan dendamnya. Mampukah Alexa meraih impian dan juga cintanya tanpa harus memilih salah satu diantara kedua pilihan itu?. Hai semua!! Ini adalah Novel pertama saya. Tentang Romansa, perjuangan meraih impian yang sedikit di bumbui thriller. Semoga kalian suka dengan cerita saya. Mohon dukungannya, agar saya bisa terus bersemangat membuat karya yang bisa menghibur kalian semua. Jangan lupa vote, collection, review dan power stonenya, ya. Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah support. Follow my Ig @feny032.

Fenie_Anjilina · สมัยใหม่
Not enough ratings
264 Chs

Bab 55. Nasib Menjadi Anak Konglomerat. Bab 55. Benci Kuliah.

Hari ini Daniel sudah diperbolehkan dokter untuk pulang, setelah 4 hari lamanya ia dirawat di rumah sakit. Namun, ia masih harus menunggu dokter untuk mendapat pemeriksaan terakhir sebelum pulang.

Keadaan Daniel juga sudah membaik karena ada Alexa yang selalu menemani dan merawatnya selama 24 jam, meskipun ada dokter dan suster yang mengobati Daniel.

Tak ketinggalan pula si rempong Shella yang sekarang ini sudah menjadi teman Alexa, juga sering menemani untuk menjaga Daniel selama di rumah sakit. Tapi tenang, Shella sudah benar-benar berubah sekarang, dia sudah tidak lagi terobsesi kepada si tampan Daniel.

Jadi Alexa kini sudah bisa tenang, begitu pula dengan Daniel.

Saat ini, Alexa dan Shella sedang berada di toilet rumah sakit. Alexa dan Shella sengaja menggunakan toilet umum rumah sakit dari pada menggunakan toilet yang berada di dalam ruang inap VVIP Daniel, agar kedua gadis itu bisa bergosip di belakang Daniel.

"Lex, kak Daniel hari ini pulang. Tapi kenapa muka kamu cemberut gitu? Memangnya kamu gak seneng kalau kak Daniel pulang ke rumah?" tanya Shella bingung sembari mencuci kedua tangannya di wastafel.

Sedangkan Alexa saat ini malah sibuk bercermin di kaca berukuran besar yang berada di dinding wastafel.

"Gimana gak cemberut coba? Kak Daniel semalam itu benar-benar bawel seperti anak kecil, masa tengah malam minta ditemani makan lah, nonton film lah cuma gara-gara dia nggak bisa tidur. Nih, lihat! Mata aku sekarang mirip kayak panda," ucap Alexa seraya menunjukkan lingkaran hitam di bawah matanya.

"Wah parah banget, sini aku lihat." Shella mendekat ke arah Alexa dan memperhatikan lingkaran hitam pada mata Alexa.

"Emang kelihatan banget ya, Shell?"

"Iya, Lex. Parah, untung aku sudah mundur dari dunia perbucinan kak Daniel. Kalau tidak, tamatlah riwayatku kalau aku disuruh begadang kayak kamu," jawab Shella disertai anggukan kepala yang cepat.

Alexa mendesah. "Aku pengen cepet pulang terus tidur seharian di kamar," ucap Alexa penuh harap.

"Iya sabar, ini juga sebentar lagi pulang. Tinggal nunggu dokter datang untuk memeriksa keadaan kak Daniel, 'kan?"

Alexa mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Shella.

"Senin besok kita sudah mulai kuliah, Lex. Apa kamu sudah mempersiapkan semua keperluan untuk hari pertama kuliah?"

Alexa menghela napas panjang. "Siap-siap apaan? Semuanya sudah disiapkan sama papaku, aku cuma tinggal berangkat kuliah saja. Aku benci kuliah, rasanya sangat malas dan aku tidak bersemangat sama sekali."

"Jelas saja kamu malas dan tidak bersemangat, orang cita-cita kamu ingin menjadi dokter. Eh, malah terjebak kuliah di perbisnisan," timpal Shella.

"Beginilah nasib kita sebagai anak tunggal dari seorang konglomerat, kita terjebak diantara ambisi orang tua," imbuh Shella.

"Apa maksud kamu? Apa kamu juga ....?" tanya Alexa kemudian menggantung kata-katanya.

Shella mengangguk cepat, seakan tahu apa yang akan diucapkan Alexa.

"Cita-cita aku ingin menjadi seorang pengacara, tapi papaku dengan tegas menolak dan beliau malah mengancamku. Kalau aku masih berani menolak permintaan papaku, aku pasti akan diusir dan tidak akan mendapatkan uang sepeser pun untuk bertahan hidup. Maka dari itulah aku terpaksa mengikuti kemauan papaku, kerja di perusahaan, bahkan kuliah bisnis," jelas Shella dengan raut wajah terlihat sangat sedih.

"Ternyata nasib kita sama, Shell."

"Sama-sama tragis maksud kamu," sahut Shella cepat.

"Aku kira selama ini kamu happy-happy aja kerja di perusahaan papa kamu, tapi ternyata pikiranku salah," ucap Alexa.

Alexa dan Shella menoleh bersamaan dan saling menatap, kedua gadis muda itu menarik napas lalu menghembuskannya bersamaan. Bagai saudara kembar siam yang selalu kompak, ternyata nasib mereka juga sama.

"Ya sudah kalau begitu, ayo kita kembali ke kamar inap kak Daniel lagi. Sebelum pacarmu itu berpikiran negatif kepada kita," ajak Shella sembari mengeluarkan tisu dari dalam tas mahal karya sebuah brand ternama untuk mengeringkan tangannya yang masih basah.

"Kamu duluan saja! Aku mau buang air kecil dulu," titah Alexa kemudian ia masuk ke dalam bilik toilet.

"Alexa! Aku duluan, ya?"

"Iya," sahut Alexa dari dalam bilik toilet.

Shella kemudian pergi meninggalkan Alexa yang masih berada di dalam toilet dan berjalan menuju ke kamar Daniel, netra Shella terfokus pada layar handphone sehingga ia berjalan di tengah koridor yang menuju ke lobi.

"Lah! Kenapa aku berjalan menuju ke lobi? Bukannya aku tadi mau berjalan ke ruangan kak Daniel? Dasar Shella bodoh," gumam Shella sambil menepuk dahinya setelah ia sadar kalau sudah salah jalan.

Shella kemudian berbalik, setelah itu ...

BRAAKK!!

"Aduuuhh!!!" tubuh Shella terjatuh duduk ke lantai, sehingga pantat gadis cantik itu mendarat dengan keras membentur lantai

"Nona, apa kamu baik-baik saja? Maafkan aku karena telah menabrakmu, apa kamu baik-baik saja?" tanya seorang pria tampan yang memakai setelan jas berwarna hitam yang sedang berdiri di hadapan Shella.

"Ti–tidak apa-apa," ucap Shella yang melongo melihat ketampanan pria yang telah menabraknya itu dan sepersekian detik berikutnya ia sadar kalau yang menabraknya adalah Rian–tangan kanan Daniel.

"Oke," ucap Rian singkat, lalu ia segera mengambil paper bag warna cokelat yang ikut terjatuh saat ia menabrak Shella, Rian kemudian berjalan menjauh dan tidak menolong Shella yang masih saja duduk di atas lantai.

"He–hei! Dasar cowok kurang ajar, enak aja main pergi gitu aja! Bantuin berdiri, kek. Atau basa-basi gitu, ini malah ditinggal kabur. Dasar cowok gak punya hati," omel Shella kesal.

Netra Shella terlihat mencari sosok pria yang telah menabraknya tadi, namun sayangnya Rian sudah menghilang. Shella pun segera berdiri sambil meringis menahan rasa sakit, gadis itu pun berjalan tertatih sambil memegangi pantatnya yang masih terasa sakit menuju ke kamar Daniel.

Sampai di kamar Daniel, ternyata sudah ada Alexa yang sedang memasukkan baju-baju milik Daniel ke dalam tas. Sedangkan Daniel sedang duduk di samping ranjang dan juga Rian yang sedang berdiri di samping Daniel.

"Tunggu! Itu 'kan Rian, yang menabrakku tadi dan langsung pergi begitu saja tanpa menolongku. Ah! Kamu bodoh Shella! Tentu saja Rian pasti datang ke sini, dia 'kan sekretaris kak Daniel, kenapa aku bisa lupa?" Shella berkata di dalam hati sambil menaikkan sebelah alisnya dan menatap tajam ke arah Rian yang sedang berdiri di samping Daniel.

"KAMUUU!! Berani-beraninya kamu tadi menabrakku lalu meninggalkan aku sendiri tanpa menolongku!" Shella menunjuk ke arah pria yang kini tengah menatapnya.

Alexa dan Daniel seketika menoleh ke arah Rian lalu kembali menoleh ke arah Shella yang berjalan masuk menghampiri Rian dengan ekspresi wajah yang terlihat emosi.

"Kak Rian, kamu berani sekali membuat masalah sama Shella. Apa kak Rian sudah bosan hidup?" lirih Alexa.

"CKCKCK!! Rian, kali ini tamatlah riwayatmu. Berani sekali kamu mengganggu Shella, aku saja tidak berani mengganggunya. Mengganggu Shella sama saja mencari mati, aku tidak mau ikut campur, ah!" Daniel terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rian terlihat menatap Alexa dan Daniel bergantian, pria itu tampak kebingungan setelah mendengar ucapan Alexa dan Daniel. Pria itu tidak paham dengan ucapan sepasang kekasih itu. Karena Rian tidak banyak tahu tentang Shella, yang ia tahu Shella adalah putri tunggal Harri yang terkenal sangat manja dan arogan.

Selain itu Rian tidak tahu apa-apa tentang kejadian yang terjadi di villa milik Harri, selain peristiwa penculikan Alexa dan Shella serta penembakan Daniel.

"Tuan Daniel bukannya tidak berani dengan nona Shella, melainkan takut dimarahi oleh nona Alexa karena sudah berani mengganggu cewek lain," ucap Rian jujur yang kemudian dihadiahi pelototan Daniel.

Skak mat, Daniel langsung terdiam ...

"Hei kamu! Siapa nama kamu?" Shella menunjuk Rian.

"Rian," jawab Daniel cepat.

"Iya, Rian! Dasar cowok tidak berperasaan! Ayo cepat minta maaf kepadaku! Pantatku masih sakit, nih. Gara-gara jatuh tadi, ayo cepat tanggung jawab," tuntut Shella.

Daniel langsung menyenggol lengan Rian yang berdiri di sebelahnya. " Cepat minta maaf, sebelum dia bertambah ganas dan aku jamin kepalamu akan terasa sangat sakit menghadapi keganasan Shella," suruh Daniel.

"Iya, kak Rian. Mendingan cepat minta maaf, kalau Shella udah rewel, dunia bisa kacau. Dari pada kak Rian pusing nantinya karena terus dikejar-kejar sama Shella terus, bukan cuma kak Rian aja yang bakalan pusing. Alexa dan kak Daniel nanti juga ikutan pusing," timpal Alexa dengan suara lirih.

Rian menghela napas panjang lalu memutar bola matanya. Dari pada ia nanti bertambah pusing, Rian pun akhirnya mau menuruti perintah Daniel dan juga saran dari Alexa.

"Aku minta maaf atas kesalahanku tadi, dan aku tadi tidak menolongmu karena aku sedang buru-buru. Sekali lagi, aku mohon maaf," ucap Rian, meski terlihat enggan tapi Rian tetap menuruti perkataan Daniel.

"Tuh Shell, kak Rian sudah minta maaf. Sudah ya, jangan diperpanjang lagi. Aku ingin cepat pulang ke rumah, aku ngantuk banget, Shell."

Shella mendengkus dan akhirnya ia hanya bisa pasrah karena tidak tega melihat wajah memelas Alexa yang sudah terlihat kelelahan. "Iya, iya ... ayo cepat kita pulang," ucap Shella terpaksa dan masih tidak ikhlas untuk menerima permintaan maaf Rian.

"Kalau begitu, kita sudah bisa pulang, 'kan?" tanya Alexa penuh semangat yang dijawab anggukan kepala Daniel.

Alexa kemudian berjalan untuk mengambil kursi roda, lalu didorongnya kursi roda itu di hadapan Daniel. "Duduk sini, Kak. Biar kak Daniel gak capek jalan sampai ke lobi," suruh Alexa yang ditanggapi gelengan kepala Daniel.

"Tidak perlu, Lex. Kak Daniel bisa jalan kok, 'kan yamg sakit bukan kaki kakak."

"Ooh! Baiklah kalau begitu," ucap Alexa lalu ia dengan cepat duduk di atas kursi roda.

"Shell! Cepat dorong, gih!" perintah Alexa kepada Shella yang langsung membuat mata Shella mendelik.

"Lah!! Kenapa harus aku yang mendorongmu? Kamu 'kan tidak sakit, Lex?! Seharusnya aku yang duduk di kursi roda, pantatku masih sakit sepertinya aku akan kesulitan berjalan sampai ke lobi," protes Shella tidak terima.

"Aku lemas, Shella! Aku lelah, tidak kuat berjalan sampai ke lobi. Kalau aku pingsan bagaimana?"

"Nggak ada!! Cepat turun! Kalau kamu pingsan, 'kan ada kak Daniel yang akan menggendongmu, Alexa. Apa kamu tidak kasihan dengan temanmu ini yang masih kesakitan? Nih, jalanku aja masih pincang-pincang," sahut Shella tidak mau kalah.

"Enak aja minta gendong kak Daniel! kak Daniel 'kan masih sakit, kasihan kalau harus gendong aku. Nanti kalau luka tembaknya tambah parah bagaimana? Kamu aja sana, minta gendong kak Rian! Bukannya kak Rian yang harus menggendongmu karena sudah buat pantat seksimu itu kesakitan," sengit Alexa.

Daniel dan Rian hanya bisa menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepala saja melihat kedua gadis remaja itu berdebat seperti anak kecil yang sedang berebut untuk menaiki kursi roda.

Dan diakhir perdebatan itu, tentu saja Shella yang kalah. Mau tidak mau, Shella harus mendorong kursi roda yang diduduki oleh Alexa meski dengan wajah yang terlihat kesal dan cemberut.

Sedangkan Alexa, gadis itu tersenyum lebar penuh kemenangan.

****

Keesokan harinya, pukul 06.35

Sinar matahari pagi menerobos dari celah gorden berwarna biru toska yang bergerak perlahan karena hembusan angin lembut yang masuk dari celah jendela kaca yang terlihat sedikit terbuka.

Sedangkan di atas ranjang Alexa yang berukuran besar, kedua gadis remaja itu masih terlelap tidur. Kaki kanan Shella terlihat sedang menindih tubuh Alexa, dan dengkuran halus terdengar dari mulut Shella.

Selimut yang tadi malam Daniel gunakan untuk menutupi tubuh Alexa agar tidak kedinginan, kini sudah berpindah posisi tergelak di atas lantai karena Shella tidak bisa tenang kalau sedang tidur.

Shella melenguh saat tidurnya mulai terganggu karena suara alarm yang berbunyi sangat keras dan memekakkan telinga, tanpa sadar tangannya merayap ke wajah Alexa lalu dan langsung dihadiahi pukulan tangan Alexa.

Dengan mata yang menyipit, Shella mencoba mencari kembali keberadaan ponselnya yang ternyata sedang tergeletak di atas nakas. Tangan kanan Shella dengan cepat menyambar ponselnya untuk mematikan alarm, namun mata Shella langsung terbuka lebar saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06.40.

"ALEXAA!!! BANGUN!! Kita sudah terlambat pergi ke kampus," teriak Shella sambil menggoyang-goyang tubuh Alexa.

To be continued.