webnovel

Alexa's Dream And Love

Tentang perjuangan Alexa untuk meraih impian dan juga cintanya. Alexa terjebak diantara ambisi sang Papa yang merupakan pengusaha sukses sekaligus bos mafia yang ingin menjadikan Alexa sebagai pewaris tunggalnya. Di sisi lain, Alexa juga terjebak dalam rencana balas dendam Daniel Ayden. Daniel berusaha menghancurkan perusahaan papa Alexa dengan segala cara. Termasuk menggunakan Alexa sebagai alat untuk membalaskan dendamnya. Mampukah Alexa meraih impian dan juga cintanya tanpa harus memilih salah satu diantara kedua pilihan itu?. Hai semua!! Ini adalah Novel pertama saya. Tentang Romansa, perjuangan meraih impian yang sedikit di bumbui thriller. Semoga kalian suka dengan cerita saya. Mohon dukungannya, agar saya bisa terus bersemangat membuat karya yang bisa menghibur kalian semua. Jangan lupa vote, collection, review dan power stonenya, ya. Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah support. Follow my Ig @feny032.

Fenie_Anjilina · สมัยใหม่
Not enough ratings
264 Chs

Bab 22. Impian Alexa: menjadi Dokter Spesialis Bedah.

Daniel duduk termenung di dalam mobilnya, ia masih memikirkan perkataan Arkana tentang kematian papanya. Selama hampir 13 tahun lamanya ia berusaha mencari keberadaan tulang-belulang papanya yang saat ini masih belum juga ditemukan.

Kalau saja ia bisa berhasil menemukan tulang papanya, maka ia bisa menemukan penyebab kematian papanya, bahkan ia bisa menyeret Indra ke pengadilan untuk diadili. Namun, rupanya ia masih harus bersabar karena Daniel belum mengantongi satu pun bukti untuk memenjarakan Indra.

"Aaakkkh!" Daniel berteriak seraya memukuli setir mobilnya sampai tangannya memerah.

Daniel menghela napas panjang, pria itu mencoba untuk menjernihkan pikirannya. Ia mencoba untuk berpikir dengan logikanya.

"Mungkin, apa yang dikatakan Arkana tadi ada benarnya. Kalau Indra menghapus semua bukti jejak pembunuhan papa itu sangat mungkin terjadi, tapi ... apakah itu mungkin kalau papa masih hidup?" Daniel berpikir keras.

"Bagaimanapun juga, aku harus bisa mendapatkan bukti kejahatan Indra! Tapi .... Apakah aku harus melibatkan Alexa? Dia tidak bersalah! Alexa tidak tahu apa-apa, dia yang bersalah adalah Indra." Daniel memijit keningnya pelan kepalanya seperti mau pecah memikirkan semua masalah yang tidak kunjung selesai.

Malam semakin larut, Daniel mencoba menenangkan diri sebelum ia kembali ke rumah sakit untuk menemani Alexa. Pria itu menghela napas panjang, ia mencoba bersikap tenang.

Beberapa saat kemudian, setelah ia merasa tenang pria itu menyalakan mesin mobilnya dan kembali ke rumah sakit. 10 menit kemudian, mobil Daniel sudah berada di parkiran dan berjalan masuk menuju ke kamar inap Alexa.

Langkah kaki Daniel terhenti saat pria itu melihat sosok pria yang begitu mirip dengan pamannya. Daniel membalikkan badan lalu ia berlari menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari pria itu.

Daniel mengikuti pria itu sampai di ujung lorong yang berdekatan dengan kamar mayat, ia berdiri di sana dengan napas yang terengah-engah. Tidak ada siapa-siapa! Daniel sangat yakin kalau itu adalah pamannya, tapi ... apa yang pamannya lakukan di rumah sakit?

"Alexa!!" mata Daniel melebar, ia tiba-tiba teringat dengan Alexa .

Daniel segera berlari menuju kamar Alexa, ia ingin memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Saat Daniel sampai di depan kamar Alexa, ia merasa sangat lega saat melihat pengawal-pengawal Indra masih berjaga di depan kamar gadis itu. "Syukurlah."

Daniel berjalan memasuki kamar Alexa, ia berjalan mendekat ke arah gadis itu. Ternyata Alexa sudah tertidur lelap dengan boneka beruangnya yang ia jadikan sebagai alas bantal.

Daniel melepaskan jasnya lalu ia letakkan di atas sofa, ia melepas sepatunya dan memakai sandal. Pria itu melonggarkan dasinya kemudian ia mengambil baju ganti di dalam tas berwarna hitam yang ia bawa dari rumah lalu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan badannya.

Setelah selesai bersih-bersih dan mengganti bajunya tubuh pria itu sudah merasa segar kembali. Daniel mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah di atas kasur tambahan yang disediakan rumah sakit untuk penjaga pasien.

***

Keesokan paginya ..

Jarum infus yang berada di punggung tangan sebelah kiri Alexa sudah tidak ada lagi, tapi meskipun begitu tangannya masih terlihat agak bengkak dan terasa sakit. Siang ini Alexa sudah diizinkan pulang oleh dokter, tapi dengan catatan masih harus melakukan kontrol 2x dalam seminggu.

"Ini ... sudah kak Daniel ambilkan sesuai dengan yang kamu minta," ucap Daniel seraya menyerahkan amplop cokelat yang berisi uang kepada Alexa

"Terima kasih," ucap Alexa seraya mengambil amplop itu dari tangan Daniel.

"Tapi ... untuk apa kamu mengambil uang itu dan memasukkannya ke dalam amplop? Apa kamu ingin membeli sesuatu?" tanya Daniel penasaran.

Alexa menggeleng cepat. " Bukan," ucapnya singkat sambil tersenyum.

"Baiklah, kita harus pulang sekarang! Papa masih ada urusan yang harus segera dikerjakan," ucap Indra sembari melirik jam tangannya.

Alexa duduk di atas kursi roda dan daniel yang mendorongnya dari belakang.

"Ah .... Tunggu sebentar!" ucap Alexa tiba-tiba, ia merasa ada sesuatu yang tertinggal.

"Teddy! Teddy bear ketinggalan, tolong ambilkan," ucapnya sambil menoleh ke belakang dan melihat boneka beruangnya masih berada di atas ranjang.

"Biar aku ambil!" Daniel berbalik lalu mengambil boneka beruang berukuran sangat besar itu, lalu ia memberikannya kepada salah satu pengawal Indra untuk membawakannya.

"Umm .... Kak, mampir dulu ke ruang perawatan kelas III, dong? Ada yang harus Alexa berikan pada wanita tua yang kemarin" pintanya.

.

Daniel memandang ke arah Indra, seperti sedang meminta izin tapi pandangan mata. Indra menghela napas lalu mengangguk pelan, Indra menuruti keinginan Alexa. Mereka berhenti tepat di ruang inap kelas III seperti yang Alexa minta.

"Ini untuk ibu, tolong diterima. Memang jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi ini cukup untuk modal usaha kecil-kecilan." Alexa memberikan amplop berisi uang kepada wanita tua itu.

Wanita itu ragu untuk mengambilnya. "Ta–tapi, ibu sudah banyak berhutang kepadamu. Lantas ... Bagaimana cara ibu mengembalikannya?" tanya wanita itu.

"Tidak usah dikembalikan! Alexa ikhlas, kok. Yang terpenting sekarang adalah proses penyembuhan cucu ibu," ucap Alexa.

Alexa meraih tangan wanita itu lalu ia memindahkan amplop yang digenggamnya ke tangan wanita tua tersebut. "Ibu jangan khawatir, ini adalah rizki dari Tuhan untuk cucu ibu. Jadi ... Alexa mohon ibu mau menerimanya," ucapnya

Wanita tua itu meneteskan mata karena sangat terharu oleh kebaikan Alexa. Wanita itu langsung memeluk Alexa. "Terima kasih .. terima kasih banyak. Biarlah Tuhan yang membalas kebaikan non Alexa," ucapnya menangis sesenggukan.

Wanita itu melepaskan pelukannya. "Terima kasih banyak," ucapnya lagi.

Alexa tersenyum kepada wanita itu lalu menoleh ke arah Daniel. "Ayo, kita pulang."

Daniel mengangguk, lalu mereka pergi meninggalkan wanita tua itu yang masih berdiri di depan ruang rawat inap cucunya sambil terus menggenggam amplop cokelat pemberian dari Alexa.

Alexa masuk ke dalam mobil dengan bantuan Daniel, Alexa duduk di tepat di samping pintu. Dari sejak pagi sampai siang hari, hujan turun tanpa henti dan membuat udara menjadi dingin.

Alexa menurunkan jendela kacanya sesikit dan membiarkan tetes air hujan masuk dan menerpa wajahnya. Alexa menutup matanya sambil menghirup udara segar yang masuk dari kaca jendela, gadis itu terlihat begitu menikmatinya.

Sampai di rumah ...

Saat berjalan menaiki anak tangga, Alexa terlihat meringis kesakitan. Daniel yang merasa sangat iba, ia langsung menggendong tubuh Alexa.

"Turunkan aku! Kakiku baik-baik saja, aku bisa jalan sendiri." Alexa memberontak saat Daniel menggendongnya

"Jangan banyak bergerak! Atau kamu akan jatuh," ucap Daniel sambil berjalan menaiki tangga.

Alexa menurut, gadis itu tidak lagi memberontak ataupun membantah ucapan Daniel. Ia berpikir omongan Daniel ada benarnya juga, kalau ia sampai terjatuh maka tamatlah riwayatnya. Mengingat, tangga yang menuju kamarnya sangatlah tinggi.

Wajah gadis itu memerah, matanya terlihat sesekali mencuri pandang ke wajah tampan Daniel. Gadis merasa sangat nyaman dalam dekapan Daniel.

Sampai di kamar, Daniel langsung membaringkan Alexa di atas ranjang. Pria itu juga menyelimuti gadis itu.

"Istirahatlah! Kalau kau butuh apa-apa panggil saja! Aku ada di kamar," ucap Daniel sambil tersenyum, lalu ia pergi keluar dari kamar Alexa.

Mata Alexa sulit terpejam, meski ia sudah berusaha untuk memejamkan matanya. Gadis itu turun dari ranjang, ia berjalan menuju meja belajarnya.

Alexa duduk di kursi, ia mulai membuka buku ilmu dasar kedokteran milik Eric yang di berikan oleh Hendra. Gadis itu mulai membaca buku milik Eric, satu lembar, dua lembar. Alexa mulai tertarik dengan ilmu kedokteran, ia terlihat begitu serius membaca buku tersebut.

Alexa menghela napas panjang. "Akhirnya aku bisa menemukan impianku! Tidak ada salahnya mempunyai impian menjadi seorang dokter. Mulai sekarang aku punya impian untuk aku perjuangkan,'' gumamnya.

"Impianku adalah menjadi seorang Dokter! Aku tidak mau menjadi pewaris tunggal kerajaan Prayoga! Impianku adalah menjadi Dokter Spesialis Bedah," ucap Alexa mantap.

To be continued.