Alena berjalan melewati koridor sekolah setelah mengembalikan buku di perpustakaan.
Cewek itu melangkah dan langkahnya mendadak terhenti di tengah tengah, dilihatnya tasya muncul di depannya menghalangi alena.
"Lo makin hari makin nggak
tahu diri, ya?"
"Maksud kakak?" Alena menatap bingung. "Nggak tahu diri gimana?"
"Selama ini lo sering diantar
sama vano kan?" Tanyanya dengan menatap alena tajam.
Kaki alena mundur selangkah namun tangan tasya segera mencengkeramnya erat erat. "Lo ikut gue sekarang!"
Tanpa meminta persetujuan, ditariknya tangan cewek itu secara paksa.
Teman tasya segera membawa alena ke sebuah tempat. Ternyata tujuannya ke belakang sekolah.
"Sini lo!" Di dorong tubuh alena.
"Kak... kakak mau ngapain?" Tanyanya.
"Lo harus dikasih pelajaran
supaya lo jangan dekat dekat
sama Vano lagi."
Tubuh alena makin ciut. Alena melirik ke samping kanan dan kirinya, ada teman tasya yang ikut berjaga.
"Saya nggak pernah maksa dia
kak, benar saya nggak bohong"
Alena menjelaskan dengan suara bergetar.
"Gue nggak percaya!"
"Sumpah kak! Saya nggak
bohong!" Alena nyaris menangis, matanya seperti ketakutan.
"Lo kira gue percaya? Angkat
muka lo! Gue nggak ngomong
sama dinding."
Alena masih menundukkan kepalanya, akhirnya tasya yang mengangkat dagu alena.
"Kakak mau ngapain aku sih?" Alena memberontak. "Saya nggak pernah maksa dia untuk nganter saya."
Sebuah tamparan mendarat di pipi alena sampai kepala cewek itu terhuyung ke kanan. Alena mengusap pipinya kesakitan.
"Sya, kalau lo mau nampar dia
jangan disini."
"Nih anak harus dikasih
pelajaran!"
Tasya ingin menampar alena lagi, tapi gerakannya terhenti di udara sebelum tangannya mendaratkan tamparan di pipi alena.
Tasya menoleh kebelakang dilihatnya siapa yang menahan tangannya. Bukan tangan temannya.
Vano menatap marah, dicengkeramnya tangan tasya keras keras sampai dia meringis kesakitan.
"Lepasin tangan aku van!" Teriak tasya.
"Gue cinta sama dia, gue yang
ngejar ngejar dia, jadi lo
jangan nampar dia, lo tampar
Gue seharusnya!" Diempaskan tangan itu kasar.
"Aku nggak butuh penjelasan
kamu." Ucap tasya.
"Gue cuma mau ngasih tau lo
supaya lo sadar kalau lo itu
senior, yang seharusnya
memberikan contoh yang baik
ke junior nya. Dan satu lagi, lo
itu emang senior tapi bukan
Berarti lo seenaknya
ngelakuin kekerasan sama
adik kelas lo."
Suara vano terdengar santai namun efeknya justru benar benar dahsyat bagi tasya cewek itu sampai diam tanpa suara.
"Jangan kira gue bakal diam aja
Lo ngapa ngapain alena." Ancam vano.
Tasya berlari meninggalkan vano karena mendengar ancaman itu.
Vano mendekati alena yang menundukkan kepalanya, menyembunyikan sebutir air mata jatuh ke pipinya.
Makin ditundukkan wajah itu dalam dalam supaya vano tidak melihat air mata itu.
Sambil menarik napas panjang, Vano menyejajarkan posisinya, di ulurkan tangan kanannya menghapus air mata alena. Keduanya sama sama diam dalam keheningan, alena yang membisu dan vano yang mendadak kaku.