webnovel

ALENO

Alena valencia syafira seorang siswi baru di victory school. Ayahnya yang dimutasi ke jakarta mengharuskan alena pindah sekolah. Di sekolah tersebut ia baru saja dekat dengan 3 orang siswi yang bernama; syifa,carla, dan Elina. Kejadian di gerbang sekolah membuat alena bertemu dengan seorang cowok yang membuatnya terjatuh. Selidik punya selidik cowok itu bernama; vano bara wijaya murid nakal dan urak -urakan. Semua murid di victory school tau kalau Vano susah di dekatin sama siswi disekolah tersebut. Banyak cewek-cewek yang mengejarnya tapi ia begitu cuek. Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi kepada alena dan vano, yang mengantarkan alena untuk kian lebih dekat dengan vano. Dua kepribadian yang saling tolak belakang. Apakah vano bisa membuat alena jatuh cinta? Namun, seseorang di masa lalu Vano muncul lagi dengan ekspresi tidak bersalah. Ia berusaha keras untuk mendapatkan Vano lagi, dan apakah Vano bakalan melihat ke masa lalunya atau bakalan fokus ke alena?

Jihan_Handini · วัยรุ่น
Not enough ratings
24 Chs

Dilabrak (2)

Alena berjalan melewati koridor sekolah setelah mengembalikan buku di perpustakaan.

Cewek itu melangkah dan langkahnya mendadak terhenti di tengah tengah, dilihatnya tasya muncul di depannya menghalangi alena.

"Lo makin hari makin nggak

tahu diri, ya?"

"Maksud kakak?" Alena menatap bingung. "Nggak tahu diri gimana?"

"Selama ini lo sering diantar

sama vano kan?" Tanyanya dengan menatap alena tajam.

Kaki alena mundur selangkah namun tangan tasya segera mencengkeramnya erat erat. "Lo ikut gue sekarang!"

Tanpa meminta persetujuan, ditariknya tangan cewek itu secara paksa.

Teman tasya segera membawa alena ke sebuah tempat. Ternyata tujuannya ke belakang sekolah.

"Sini lo!" Di dorong tubuh alena.

"Kak... kakak mau ngapain?" Tanyanya.

"Lo harus dikasih pelajaran

supaya lo jangan dekat dekat

sama Vano lagi."

Tubuh alena makin ciut. Alena melirik ke samping kanan dan kirinya, ada teman tasya yang ikut berjaga.

"Saya nggak pernah maksa dia

kak, benar saya nggak bohong"

Alena menjelaskan dengan suara bergetar.

"Gue nggak percaya!"

"Sumpah kak! Saya nggak

bohong!" Alena nyaris menangis, matanya seperti ketakutan.

"Lo kira gue percaya? Angkat

muka lo! Gue nggak ngomong

sama dinding."

Alena masih menundukkan kepalanya, akhirnya tasya yang mengangkat dagu alena.

"Kakak mau ngapain aku sih?" Alena memberontak. "Saya nggak pernah maksa dia untuk nganter saya."

Sebuah tamparan mendarat di pipi alena sampai kepala cewek itu terhuyung ke kanan. Alena mengusap pipinya kesakitan.

"Sya, kalau lo mau nampar dia

jangan disini."

"Nih anak harus dikasih

pelajaran!"

Tasya ingin menampar alena lagi, tapi gerakannya terhenti di udara sebelum tangannya mendaratkan tamparan di pipi alena.

Tasya menoleh kebelakang dilihatnya siapa yang menahan tangannya. Bukan tangan temannya.

Vano menatap marah, dicengkeramnya tangan tasya keras keras sampai dia meringis kesakitan.

"Lepasin tangan aku van!" Teriak tasya.

"Gue cinta sama dia, gue yang

ngejar ngejar dia, jadi lo

jangan nampar dia, lo tampar

Gue seharusnya!" Diempaskan tangan itu kasar.

"Aku nggak butuh penjelasan

kamu." Ucap tasya.

"Gue cuma mau ngasih tau lo

supaya lo sadar kalau lo itu

senior, yang seharusnya

memberikan contoh yang baik

ke junior nya. Dan satu lagi, lo

itu emang senior tapi bukan

Berarti lo seenaknya

ngelakuin kekerasan sama

adik kelas lo."

Suara vano terdengar santai namun efeknya justru benar benar dahsyat bagi tasya cewek itu sampai diam tanpa suara.

"Jangan kira gue bakal diam aja

Lo ngapa ngapain alena." Ancam vano.

Tasya berlari meninggalkan vano karena mendengar ancaman itu.

Vano mendekati alena yang menundukkan kepalanya, menyembunyikan sebutir air mata jatuh ke pipinya.

Makin ditundukkan wajah itu dalam dalam supaya vano tidak melihat air mata itu.

Sambil menarik napas panjang, Vano menyejajarkan posisinya, di ulurkan tangan kanannya menghapus air mata alena. Keduanya sama sama diam dalam keheningan, alena yang membisu dan vano yang mendadak kaku.