webnovel

Setiap Hari Harus Pacaran

Editor: Wave Literature

Ye Li merasa sangat sedih hingga air matanya hampir tidak dapat terbendung lagi.

Tapi dengan cepat ia menundukkan kepalanya dan memegang pipinya yang bengkak karena tamparan nyonya besar Xue. Dia berdeham dan berusaha untuk menjawab dengan suara tenang, "Tidak apa-apa, Xixi, mama menggunakan blush on terlalu banyak. Kamu... kamu kembali saja ke kamarmu."

Xue Xi melihat Ye Li dengan tenang, setelah beberapa saat dia hanya mengatakan 'Oh'.

Tapi saat Ye Li baru saja menghela nafas lega, Xue Xi malah melewati tubuhnya kemudian langsung menuruni tangga.

Ye Li seketika terkejut dan dengan cepat berjalan mengikuti Xue Xi, "Xixi, Xixi…"

Beberapa orang yang ada di ruang tamu mendengar suara keributan dari arah tangga sehingga mereka semua menolehkan kepala melihat ke arah asal suara itu.

Xue Xi langsung berjalan ke hadapan nyonya besar Xue. Dengan wajah datar dan matanya yang membesar, dia bertanya dengan sangat dingin, "Kenapa memukulnya?"

Nyonya besar Xue tertegun mendengarnya. Untuk beberapa saat dia dapat merasakan aura dingin dari tubuh Xue Xi tapi dengan cepat dia kembali tersadar.

Dia yakin yang baru saja dia rasakan hanyalah sebuah ilusi karena Xue Xi seumuran dengan Xue Yao, dia tidak percaya seorang anak kecil berumur belasan tahun bisa mengeluarkan aura yang begitu dingin dan kuat.

Dia duduk dengan tenang di atas sofa, mengangkat kepalanya dan tersenyum dingin, "Dia melahirkan anak yang bodoh, membuat keluarga Xue malu. Aku hanya memukulnya itu sudah sangat bagus!"

Ye Li berhasil mengejar Xue Xi. Dia berdiri di depan Xue Xi untuk melindunginya dan berkata, "Ma, Xixi tidak bodoh!"

"Tidak bodoh?" Nyonya besar Xue tersenyum sinis, "Memang kenapa kalau tidak bodoh? Ye Li, kamu jangan merasa diperlakukan tidak adil, aku tidak meminta Xue Xi sehebat Yaoyao. Selama nilai Xue Xi tidak jauh lebih buruk dari Yaoyao maka aku pasti akan bersikap lebih baik kepadamu. Aku akan memperlakukanmu seperti leluhurku!"

Bibir Ye Li gemetar tapi dia tidak bisa mengatakan apapun.

Di saat ini...

"Tidak perlu seperti itu."

Xue Xi tiba-tiba membuka mulutnya dan melihat ke arah nyonya besar Xue. Setelah itu dia melihat ke arah pasangan keluarga Fan dan berkata dengan dingin, "Jika aku mendapatkan nilai yang tinggi dari Yaoyao maka cukup minta maaf kepada mamaku."

Setelah dia mengatakan itu dia menggandeng Ye Li dan membawanya menaiki tangga.

Setelah mereka berdua tidak terlihat lagi di tangga, nyonya besar Xue baru tersadar dari keterkejutannya. Dia melihat ke arah nyonya Fan lalu tertawa mengejek dan berkata, "Dia berkata nilainya lebih tinggi daripada Yaoyao? Mimpi!"

Xue Xi membawa Ye Li masuk ke dalam kamarnya.

Setelah menutup pintu kamarnya, dia menolehkan kepalanya dan melihat mata Ye Li yang berair. Dia menggenggam tangan Xue Xi dengan perasaan terharu, "Xixi, tadi kamu memanggilku mama?"

Xue Xi tertegun sesaat, kemudian dengan wajah datar dan suara yang sedikit canggung menjawab, "Hm."

Walaupun dia tahu kedua orang tuanya bukan sengaja membuang dirinya dan dia juga tidak membenci Ye Li, tapi bagaimanapun juga 18 tahun tidak bertemu lalu tiba-tiba Ye Li muncul dan menjadi ibunya, dia masih merasa sedikit tidak nyaman.

Ye Li yang melihat sikap Xue Xi juga tidak mendesaknya. Dia hanya menundukkan kepalanya dan berkata dengan suara pelan, "Xixi, maafkan mama. Dulu setelah melahirkanmu mama tidak menjagamu dengan baik hingga akhirnya ada yang membawamu pergi...

Dia menghela nafas dan berkata lagi, "Mama dan papa tidak pernah berhenti mencarimu selama ini dan akhirnya baru bisa membawamu pulang, tapi karena mama lemah dan tidak berdaya malah membuatmu diperlakukan dengan tidak adil."

Xue Xi sedikit bingung dan tidak tahu harus berbuat apa saat Ye Li menangis. Dengan sedikit panik, ia mengambil tisu lalu memberikannya pada Ye Li setelah itu dia hanya berdiri membeku di tempat.

Setelah beberapa saat akhirnya Ye Li selesai menangis. Saat suasana hatinya sudah menjadi lebih tenang, dia merasa sedikit malu.

Dia meletakkan tisu yang ada di tangannya dan tersenyum walaupun matanya masih merah.

Sikap Xue Xi membuat perasaan Ye Li terasa hangat. Tetapi saat ingat apa yang baru saja terjadi, dia khawatir Xue Xi akan mendapatkan tekanan yang besar sehingga dia berusaha menghibur Xue Xi, "Xixi, kamu tidak perlu menanggung beban apapun, kamu juga tidak perlu mendengarkan perkataan nenekmu. Nilai pelajaran seseorang tidak bisa menentukan orang tersebut hebat atau tidak, mengerti?"

Xue Xi menganggukkan kepalanya dengan wajah datar.

Ye Li kembali berkata, "Di mata mama, apapun yang kamu lakukan, kamu adalah yang terbaik. Mama hanya ingin kamu bisa menjalani hidup yang damai, aman, dan bahagia. Xixi, demi kamu mama pasti akan berusaha menjadi lebih kuat. Kamu tenang saja!"

Xue Xi menyahut, "... Oh."

Tamparan nyonya besar Xue tidak terlalu kuat jadi setelah Xue Cheng pulang kerja, bengkak di wajahnya sudah menghilang. Xue Cheng tidak menyadarinya dan Ye Li juga tidak mengatakan apapun tentang itu.

Setelah selesai makan malam, mereka berdua berbaring di atas ranjang. Saat itu Xue Cheng baru menghela nafas dan berkata, "Semuanya salahku karena aku tidak bisa membuat mamaku senang seperti kakak kedua, hingga akhirnya membuatmu diperlakukan tidak adil. Tunggu sedikit lagi, aku akan membawamu dan Xixi pindah dari sini."

Ye Li tiba-tiba membuka mulutnya dan berkata, "Aku ingin mulai melukis lagi."

Dahulu Ye Li adalah seorang pelukis tapi setelah Xue Xi hilang, dia menjadi terguncang dan selama bertahun-tahun tidak pernah melukis lagi. Tapi sekarang Xue Xi sudah kembali, jadi sebagai ibunya dia ingin kembali ceria dan melakukan semua yang dia bisa.

Nyonya besar Xue menindas Ye Li karena kedua orang tuanya hanyalah dosen biasa dan dia tidak memiliki pekerjaan.

Subuh.

Xue Xi tidak bermimpi sepanjang malam, namun tiba-tiba saja ia terbangun dan merasa dadanya sedikit sesak tapi dia tidak menghiraukannya. Setelah mandi dan sarapan, dia naik mobil menuju ke sekolah.

Saat sekolah semakin dekat tubuhnya semakin terasa tidak nyaman. Dia merasa seperti ada yang meremas jantungnya dan perlahan-lahan rasa sakitnya menjadi semakin kuat...

Hingga akhirnya saat mobil melewati toko Ye Lai Xiang, rasa sakit di dadanya menjadi semakin kuat.

Tanpa sadar dia langsung berteriak, "Paman Li, hentikan mobilnya!"

Mobil langsung berhenti secara mendadak. Xue Yao terkejut hingga tubuhnya bergerak maju mundur. Setelah dia dapat kembali duduk dengan stabil, dia langsung berkata, "Kak, hari ini nilai keluar, jangan bilang kamu ingin bolos sekolah untuk menghindar?"

Xue Xi sama sekali tidak menghiraukan perkataan Xue Yao. Dengan cepat ia turun dari mobil dan dengan bersusah payah berjalan masuk ke dalam toko Ye Lai Xiang.

Dia sama sekali tidak memikirkan pukul berapa saat ini dan di dalam kepalanya muncul sebuah pemikiran, 'Apa aku benar-benar harus pacaran dengan laki-laki itu? Apa aku bisa menggantinya dengan orang lain?'

Setelah memiliki pemikiran itu, dia berhenti kemudian menarik seorang laki-laki yang lewat di depannya. Laki-laki itu mengenakan seragam sekolah dan rambutnya dicat berwarna merah. Xue Xi bahkan tidak memperhatikan wajahnya dan langsung bertanya, "Kamu mau berpacaran denganku?"

Siswa laki-laki itu kebingungan.

Setelah Xue Xi mengatakan itu rasa sakitnya sama sekali tidak menghilang bahkan berubah menjadi semakin kuat, 'Tidak ada gunanya,' pikirnya.

Kemudian, dengan cepat ia membuka pintu toko Ye Lai Xiang dan dia melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi besar di balik meja kasir. Saat itu juga, rasa sakit yang dia rasakan dengan cepat menghilang!

Xue Xi bertanya dalam hati, 'Ini berarti aku harus benar-benar berpacaran dengan Xiang Huai?'

Xue Xi memegang pintu sambil berdiri di depan Xiang Huai sambil terus melihat ke arahnya.

Xue Xi kembali berkata dalam hati, 'Masalah ini benar-benar ada hubungannya dengan Xiang Huai? Apa dia yang meracuniku? Atau dia menggunakan sihir untuk memikatku? Tapi apa di dunia ini benar-benar ada hal seperti itu?'

Saat dia terbenam dalam pikirannya sendiri, perlahan-lahan Xiang Huai mengangkat kepalanya.

Suasana di dalam toko sangat dingin. Seperti kemarin, ia menggunakan pakaian serba hitam dan tangannya membawa sebuah buku sambil duduk dengan santai. Wajahnya yang tampan itu menunjukkan ekspresi datar. Saat dia melihat ke arah Xue Xi, Xiang Huai bertanya dengan suara pelan, "Nona, untuk apa kamu datang kemari?"

Xue Xi diam sesaat lalu berkata, "... Pacaran denganku."

Xiang Huai terdiam, "..."

Mereka berdua saling bertukar pandang tanpa mengatakan apapun.

Di dalam toko begitu sunyi hingga beberapa detik ke depan.

Xiang Huai kemudian tertawa kecil. Suara tawanya seperti sebuah sihir yang masuk ke dalam telinga Xue Xi dan membuat wajahnya perlahan-lahan menjadi merah.

Akhirnya untuk menghilangkan suasana canggung dia bertanya, "Apa yang kamu jual di tokomu?"

Setelah bertanya, dia melihat ke arah rak-rak yang ada di dalam toko.

Xiang Huai kemudian menjawab, "Berbagai macam barang."

Kemarin Xiang Huai meminta Lu Chao untuk mengganti semua isi toko.

Tapi...

Xue Xi dengan kebingungan bertanya, "Tapi saat aku datang kemarin, aku melihat ada banyak kotak-kotak kecil di atas rak, itu apa?"

"…"

Xiang Huai meletakkan buku yang ada di tangannya lalu dia mendekatkan tubuhnya ke arah Xue Xi dan dengan wajah serius menjawab, "Balon."