webnovel

Besok Boleh Datang Lagi?

Editor: Wave Literature

Setelah mendengarkan jawaban itu, di kepala Xue Xi muncul sebuah tanda tanya yang besar...

Dia tidak mengerti untuk apa minimarket seperti ini menjual balon, terlebih lagi jumlahnya sangat banyak...

Tapi dia tidak bertanya. Dia hanya merasa barang-barang yang di jual di tempat ini tidak seperti minimarket pada umumnya, bahkan namanya juga unik, 'Minimarket Ye Lai Xiang'.

Xue Xi tidak mengatakan apa-apa lagi.

Xue Xi sama sekali tidak mengenal Xiang Huai. Ini baru kedua kalinya dia bertemu dengannya dan dia juga tidak mengerti bagaimana harus berpacaran dengan seseorang.

Tapi jika dia tidak lagi berbicara, perlahan dadanya merasa sakit. Dia melihat Xiang Huai yang telah kembali membaca buku dan terlihat sama sekali tidak berencana untuk mengatakan apapun. Setelah kebingungan beberapa saat, akhirnya dia hanya bisa mencari topik pembicaraan, "Di mana Xiao Huya?"

(Xiao Huya adalah julukan untuk orang yang biasanya memiliki gigi yang tidak rapi dan terlihat seperti gigi harimau.)

Xiang Huai mengangkat alisnya dan bertanya dalam hati, 'Xiao Huya? Maksudnya Lu Chao? Caranya memberi julukan untuk orang lain sangat unik.'

Jari telunjuk Xiang Huai yang lentik mengetuk-ngetuk meja kasir dan menjawab, "Pergi membeli sarapan."

Tepat pada saat itu, Lu Chao berjalan masuk dengan membawa plastik yang berisi sarapan sambil berkata, "Bos, ayo makan!"

Saat Lu Chao melihat Xue Xi, dia langsung tertegun, tapi kemudian dia menyapa Xue Xi dengan mengatakan 'Hi'. Setelahnya, dia meletakkan plastik yang berisi sarapan di atas meja yang ada di sampingnya.

Xiang Huai bangkit berdiri, tingginya sekitar 180 cm dan keberadaannya membuat seluruh ruangan terasa sedikit sesak.

Dia berjalan sampai ke meja tempat Lu Chao meletakkan sarapan kemudian bertanya, "Mau ikut?"

Xue Xi mengerjap-ngerjapkan matanya.

Dia terbangun karena tubuhnya merasa tidak nyaman, jadi saat sarapan dia juga tidak terlalu berselera. Sarapan di rumah keluarga Xue selalu bergaya barat, mereka sarapan dengan roti tawar dan susu. Sedangkan sejak kecil Xue Xi sudah terbiasa makan roti isi dan bubur jadi dia sama sekali tidak berselera dengan makanan bergaya barat, akhirnya dia tidak makan terlalu banyak.

Dia berpikir sejenak kemudian menganggukkan kepalanya, " Mau."

Melihat Xue Xi duduk di seberang Xiang Huai kemudian dengan santai mengambil sebuah roti isi dan memakannya membuat Lu Chao tertegun.

Lu Chao membatin, 'Aku tidak pernah melihat ada orang yang bersikap begitu santai di depan bos, dia bukan perempuan biasa!'

Xue Xi makan roti isi sambil memperhatikan wajah Xiang Huai yang duduk di seberangnya.

Xiang Huai memakan makanannya dengan sangat cepat, tapi dia sama sekali tidak terlihat rakus dan tetap terlihat elegan. Saat Xue Xi sudah makan 1 roti isi, Xiang Huai sudah makan 3 roti isi...

Xue Xi mempercepat makannya dan setelah selesai menghabiskan roti isinya, rasa sakit di dadanya sudah menghilang sepenuhnya. Dia mengambil tisu untuk membersihkan mulutnya dan setelah itu bertanya, "Aku sudah boleh pergi?"

Xiang Huai mengangkat kepalanya dengan perlahan. Bola matanya yang berwarna coklat itu terlihat berbinar karena pantulan cahaya dan dengan sorot mata yang tajam ia berkata, "Kamu boleh pergi kapan saja."

Xue Xi sedikit tertegun.

Seluruh tubuh Xiang Huai memancarkan aura yang misterius dan berbahaya, membuat orang yang ada di sekitarnya tidak bisa mengetahui isi pikirannya, tapi setidaknya Xue Xi tahu bahwa walaupun Xiang Huai tidak terlihat seperti warga negara biasa, tapi dia tidak memiliki maksud jahat.

Dari kemarin hingga hari ini Xue Xi memiliki beberapa pemikiran.

Dia bahkan sempat berpikir untuk melapor ke polisi.

Xue Xi berkata dalam hati, 'Tapi apa yang harus kukatakan kepada polisi? Aku sendiri tidak tahu apa yang dilakukan Xiang Huai kepadaku hingga aku harus pacaran dengannya. Jangankan polisi, aku sendiri pun merasa ini tidak masuk akal. Bisa-bisa aku yang menjadi gila!'

Setelah memikirkan hal itu akhirnya dia memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa dan hanya melihat apa rencana Xiang Huai sebenarnya.

Kemarin siang sampai malam dia baik-baik saja tapi saat pagi hari tiba-tiba dadanya terasa sakit…

'Apa itu berarti setiap hari aku harus menemuinya dan 'berpacaran' dengannya?' Batin Xue Xi.

Dia kemudian bertanya, "Besok aku boleh datang lagi?"

Xiang Huai mengangkat alisnya, tersenyum kecil, dan menjawab, "Terserah kamu."

Xue Xi berjalan keluar dari sana dan menuju ke sekolah.

Suasana di ruang kelas sangat ramai, karena mereka baru masuk setelah liburan musim panas. Mereka semua membicarakan tentang ujian yang kemarin mereka kerjakan dengan ramai.

"Soal ujian kemarin sangat sulit! Ada beberapa soal matematika yang aku tidak bisa!"

"Aku merasa soal kemarin lebih sulit dari biasanya, Fan Han, apa kamu merasa soal kemarin sulit?"

Fan Han sejak pagi sudah duduk di baris pertama, saat mendengar pertanyaan itu dia langsung dengan arogan menjawab, "Lumayan."

"Sepertinya kamu mengerjakannya dengan baik, siswa pintar memang siswa pintar!"

Semua orang menghela nafas memikirkan tentang ujian kemarin, dan saat itu Xue Xi berjalan masuk ke dalam ruang kelas.

Seorang perempuan bertubuh tinggi, dengan rambut yang diikat 1, wajahnya putih dan matanya besar.

Perempuan yang memiliki wajah cantik dan tubuh yang indah mampu menarik perhatian banyak orang hingga Fan Han bahkan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak melihat ke arah Xue Xi.

Semua itu membuat Xue Yao merasa tidak senang. Dia mengerutkan alisnya dan dengan suara keras bertanya, "Xue Xi, bagaimana ujian matematikamu kemarin?"

Langkah Xue Xi terhenti kemudian dia melihat ke arah Xue Yao.

Entah kenapa wajahnya terlihat datar dan dingin tapi dia malah terlihat seolah mengetahui isi pikiran Xue Yao dengan baik, sehingga membuat Xue Yao merasa malu dan memalingkan pandangannya.

Xue Xi kemudian kembali melihat ke depan. Dia berjalan ke tempat duduknya sambil menjawab 1 kata dengan santai, "Lumayan."

Fan Han tertawa mendengar itu dan semua orang melihat ke arahnya. Kemudian dengan arogan Fan Han berkata, "Arti kata lumayan memiliki makna yang luas!"

Arti kata lumayan untuk Fan Han adalah dia bisa tapi dia ingin terlihat rendah hati.

Sedangkan bagi Xue Xi, dia yakin lumayan itu berarti buruk!

Saat semua orang mendengarnya, seketika itu juga mereka semua tertawa terbahak-bahak.

"Benar juga, jika Fan Han tidak mendapatkan nilai sempurna maka itu baru yang disebut dengan lumayan, sedangkan Xue Xi, jika dia bisa mendapatkan nilai 60 saja itu sudah lumayan, tapi dia memberikan standar yang rendah untuk dirinya sendiri."

Gedung administrasi, ruang guru matematika.

Saat bel berbunyi, Pak Liu, wali kelas kelas 3.1 membawa lembar ujian matematika kemarin dan bersiap keluar dari ruang guru. Saat itu wali kelas lain bertanya kepadanya, "Lao Liu, aku dengar ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna di kelasmu?"

Langkah kaki Pak Liu terhenti kemudian dia tersenyum dan menjawab, "Iya."

Kemudian orang itu menghela nafas dan berkata lagi, "Soal ujian kali ini sangat sulit. Mereka sengaja membuatnya begitu susah agar membuat siswa-siswa yang nakal itu jadi sadar dan mereka akan belajar kelak. Fan Han dari kelasmu sangat hebat! Kali ini dia juga mendapatkan peringkat pertama di seluruh angkatan kan?"

Saat Pak Liu berencana untuk mengatakan sesuatu, tiba-tiba wali kelas kelas 3.2, Ibu Li, malah berkata, "Kelas 3.1 memang hebat tapi akan ada siswa yang menghambat mereka!"

Ibu Li adalah wanita berumur 30 tahun lebih, dia tersenyum dan berkata, "Pak Liu, bagaimana ujian murid pindahan di kelasmu?"

Saat mendengar itu Pak Liu langsung menghentikan langkahnya kemudian berkata, "Ibu Liu, aku dengar awalnya kepala sekolah berencana untuk meletakkan Xue Xi di kelasmu?"

Saat membahas masalah itu Ibu Li merasa ingin menangis saja.

Di kelas 3 ada 2 kelas eksperimen, kelas 3.1 dan 3.2. Setiap tahun akan ada 100 siswa terbaik yang dibagi secara acak ke dalam 2 kelas tersebut, jadi persaingan antar kedua kelas sangat besar.

Saat Xue Xi mendaftar di sekolah ini, keluarga Xue hanya meminta untuk Xue Xi diletakkan di kelas eksperimen, kepala sekolah awalnya berencana untuk meletakkannya di kelas 3.2 karena dia menilai Xue Xi anak yang bermasalah, jadi akan lebih baik jika bersama dengan wali kelas perempuan.

Tapi Ibu Li langsung menolaknya dan memberikannya kepada Pak Liu.

Dia tidak terima jika Fan Han, siswa dengan peringkat pertama, berada di kelas 3.1 sedangkan kepala sekolah malah meletakkan Xue Xi di kelasnya.

Selain itu dengan adanya Xue Xi, dia yakin nilainya akan membuat nilai rata-rata kelas menjad turun dengan begitu kelasnya pasti akan kalah dari kelas 3.1.

Ibu Li yang memiliki pemikiran itu menjawabnya dengan tegas, "Benar, kelasku sudah penuh."

Tapi Pak Liu tidak menunjukkan perasaannya yang tidak senang saat mendapatkan Xue Xi di kelasnya, dia malah tertawa dan berkata, "Kalau begitu terima kasih ya!"

Setelah mengatakan itu dia langsung tersenyum dingin kemudian berjalan melewati Ibu Li.

Seketika Ibu Li tertegun.

Kemudian ada seorang guru yang berlari menuju meja Pak Liu. Dia melihat daftar nilai dan berkata terkejut," Yang mendapatkan nilai sempurna ternyata bukan Fan Han!"

Saat Ibu Li mendengar itu tiba-tiba dia memiliki firasat yang buruk, "Siapa?"