webnovel

Akhir dari Segalanya

Alam semesta tak behenti mengembang. Alam semesta menjauhi sesama-nya. bintang terlihat berbinar dilangit malam. cahaya terang dalam kesunyian malam.

author_gaje_ya_kan · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
10 Chs

Bab 8

Hari-hari ini ingin ku lalui bersamanya, tertawa bersama menikmati udara segar dibawah rindang pepohonan duduk bersama, memejamkan mata dan mengkhayal tentang yang indah.

Matahari menyilaukan mata saat aku mulai membuka mata ku, hangat kan tubuhku. Andaikan waktu itu kenangan ini tak menjadi kenangan saat-saat hari demi hari terakhirnya mungkin aku sekarang sedang duduk bersama nya dan menulis cerita cinta yang kami jalani kemudian anak kami mengganggu momen ini, hahahaha... Rasanya hayalan itu sungguh terlalu tinggi.

Aku memang orang tersial didunia, aku tak pernah merasakan kebahagian dalam waktu yang lama.

Apa yang aku miliki apa yang aku genggam apa yang aku cintai akan hilang dari ku, ingin rasanya aku berteriak waktu itu, namun suara ku tertahan oleh sesaknya dada ku coba meremas dadaku dan bermaksud untuk menghilangkan rasa perih yang ada di dada namun itu sia-sia saja.

Aku tak bisa! Senyuman nya membuat aku tak bisa menangis air mata ku seakan tak mau keluar sedih rasanya bila harus memikirkan itu. Ya Tuhan... Apa yang harus aku lakukan aku binggung akan hal ini ia begitu bersahaja di kala ini haruskah aku menahan rasa sakit ini? Namun aku cukup bodoh untuk berbohong di depannya.

Bukit ini terlalu indah untuk ku, aku tak bisa menahan tangis di hadapannya. Ia memeluk ku, mencoba menenangkan ku, membelai rambutku, aku tak yakin tapi itu cukup membuat diriku merasa lebih tenang. Sekarang aku bisa melihat sisi dewasa dari dirinya, wajahnya yang begitu pucat ia masih tetap tenang. Aku memeluk dirinya memeluk dengan erat aku tak ingin melepaskan pelukan ini.

"Hari-hari terakhir ku semakin dekat, bisakah kita setiap hari seperti ini. Melihat hijau nya pepohonan?"

Aku berharap ia tak berbicara seperti itu rasanya sungguh sakit apa bila harus membayangkannya. Aku tak kuat bila harus ditinggal pergi oleh nya. Tolonglah jangan katakan itu, aku tak ingin mendengarkan nya. Aku setiap waktu selalu menemani dirinya, menjalani hari-hari sulit ini, kini rambutnya mulai rontok dan hanya meninggalkan sebagian saja. Bibir yang pucat dan mata... Tolonglah Tuhan beri waktu untuk kami berdua sampai hari tua nanti.

Dia masih tetap sama selalu ceria dalam rasa sakit di tubuh, mengunakan kursi roda dan selang infus aku menemani dirinya melihat langit jingga di atas bukit, cuaca mulai dingin aku mengajaknya untuk segera pergi dari bukit ini. Mendorong kursi roda itu aku dan dia bercerita sambil tertawa di tengah perjalanan.

Menyuapi bubur kepadanya selalu aku lakukan saat sepulang sekolah dan sebelum berangkat kerja, aku harus melakukan ini sebelum ia pergi meninggalkan ku dan aku harus menyesal karena tak memiliki banyak waktu untuk nya.

Tubuhnya sangat lemah, aku tak tau seberapa sakitkah yang ia rasakan dalam tubuhnya. Mungkin ini sangat lah sakit.

Aku, dulu pernah menyuruhnya untuk tersenyum. Namun, kali ini aku benci senyuman dari nya sebab senyuman yang ia buat itu penuh kebohongan yang menyesakkan dadaku.

Meraih tangannya menggenggam dengan lembut aku coba menceritakan tentang kabar sekolah kepadanya, tentang bahwa semua murid, guru-guru, staff sekolah yang memberikan semangat untuk kesembuhannya.

"Aku benci disaat kamu tersenyum, walau dulu aku lah yang menyuruh mu untuk tersenyum. Kamu selalu berbohong di setiap senyuman mu, kamu ubah rasa sakit itu menjadi senyuman, aku benci itu."