Selesai mempersiapkan segalanya tepat 1 minggu lamanya, Krei memulai perjalanannya ke Ingeniosus Snilldech Academy. Krei telah sampai di bandara Manhattan dengan barang-barangnya.
Penelope memberikannya tiket untuk terbang ke Iceland dan mendarat di Bandara Internasional Reykjavik/Keflavik. Instruksi dari Penelope sangat jelas bahwa saat mendarat dia akan bertemu dengan seorang pemandu.
"Nona Kreisleriana?" tanya seorang pria. Dia berpakaian sangat rapi dengan setelan jas-nya. Rambut ikal coklat dan matanya yang agak kehijauan membuat Krei sedikit tertegun karena dia terlihat sangat menawan.
"Y-ya?" jawab Krei.
"Perkenalkan, saya Mark. Saya akan memandu anda mulai dari sini hingga sampai ke ISA." Mark memberikan tangannya untuk menyapa Krei.
Krei tanpa ragu menyalaminya dan tetap fokus ke wajah Mark.
Mark memandu Krei ke tempat yang tidak begitu jauh dari bandara. Gedung itu terletak diatas laut bernama Harpa, 101 Reykjavik, Iceland. Awalnya Krei mengira bahwa itu akademi, tapi tidak mungkin karena lokasi yang terlalu publik, terlebih lagi posisinya sangat dekat dengan akses penerbangan internasional.
Memasuki gedung itu mereka langsung berhadapan dengan resepsionis gedung dan mereka menanyakan, "Adakah yang bisa kami bantu?" tanya kedua resepsionis dengan bersamaan.
Mark menyuruh Krei untuk menunjukkan telapak tangannya. Saat Krei menunjukkannya, kedua resepsionis itu menjawab, "Akses diterima. Silahkan masuk," Lalu Mark mempersilahkan Krei untuk ke belakang meja resepsionis. Lalu dia melihat lantai di belakang resepsionis itu terbuka dan membentuk tangga ke lantai yang lebih rendah. Dia melewati tangga itu dan melihat ruang diujung tangga tersebut. Melihat garis tepi di sekitar ujung ruangan yang dimasuki olehnya, Krei merasa ruangan itu adalah elevator yang akan membawanya turun lagi kebawah.
Benar dugaannya, ruangan itu adalah elevator dan itu membawanya ke sebuah ruangan yang tampak seperti bunker.
Tapi Krei merasa aneh. Sebuah bunker seharusnya ada kepadatan di setiap pijakannya, namun Krei merasakan lapisan yang tipis dibawah telapak kakinya. Melalui pendengarannya pun ruangan itu tidak cukup tebal hingga dapat disebut sebagai bunker.
Tiba-tiba ruangan itu terguncang seakan semuanya bergerak ke satu arah. Krei terkejut akan hal itu.
"Akhirnya Anda menunjukkan ekspresi itu," kata Mark sambil tersenyum.
"Ekspresi seperti apa?" tanya Krei.
"Hm... Ekspresi seperti orang pada umumnya. Bisa terkesan ataupun terkejut."
"Aku memang agak sedikit terkejut."
"Untuk selanjutnya mungkin hanya 'kesan'-lah yang tersisa." kata Mark dengan yakin.
Lalu pada saat yang tepat Mark mengatakan hal tersebut, warna dinding ruangan itu berubah. Krei semakin menyadarinya bahwa dinding itu tidak berubah melainkan berganti fitur menjadi transparan.
Krei tidak habis pikir karena dia melupakan saat Mark membawanya ke Harpa. Harpa adalah gedung yang terapung diatas laut. Menuruni tangga, bahkan menaiki elevator adalah jalan ke laut dibawah gedung itu.
Dan sekarang dia ada di dalam kapal selam?!