webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
114 Chs

Chapter 98

Kaito

Kembali ke masalalu he?

Dasar penulis novel fantasi ...

Aku benar benar masih tak percaya bahwa aku mempunyai kekuatan seperti itu. Tapi aku percaya akan mimpi itu. Perasaan ku sangat kacau. Jika memang aku bisa kembali ke masa lalu.

Buktikan lah!!

Aku memejamkan mata ku yang mulai mengantuk ini.

"Oi ... Kaito?", suara Raku menepuk pundak ku.

Aku membuka mata ku dan kembali mendengar suara keributan sekolah yang tak asing. Aku terkejut dan memandangi sekitar ku.

Tunggu?! ini bukan nya ...

Aku kembali ke waktu hari ini sebelum pulang sekolah. Aku terus memastikan bahwa aku ini sadar dan bukan sedang dalam mimpi. Aku beberapa kali menampar pipi ku sendiri dan merasakan sakit yang nyata.

Aku masih duduk di bangku kelas dan di samping ku masih ada Ai. Raku sedang berdiri di belakang ku dengan ransel yang sudah ada di punggung nya.

"Kamu kenapa? kok aneh gitu?", tanya Raku bingung melihat ku menampar diri ku sendiri.

"Oh ... gak apa apa ...", aku menjawab seperti orang ling lung.

Aku masih tak percaya aku kembali ke waktu ini. Bagaimana mungkin aku bisa melakukan perjalanan waktu. Aku sama sekali tak tahu kenapa hal ini bisa terjadi.

"Ya sudah ... aku pulang dulu ya?", ucap Raku lalu melangkah ke pintu keluar kelas.

Tanpa ku sadari Ai juga sudah keluar dari kelas. Dan disaat itu lah aku teringat luka luka yang ada di tangan dan kening nya saat makan malam yang seharusnya nanti malam itu.

Aku ingin membuktikan ini bukan mimpi biasa. Aku pun segera menggendong ransel ku dan mengejar langkah Ai. Aku berlari menyusuri koridor sekolah mengejar Ai yang sudah berada di pintu keluar itu.

Dan sebelum aku sempat menyapa nya. Sekelompok gadis kelas tiga mencegat Ai dengan tatapan penuh kebencian yang mereka pancarkan pada Ai.

Jadi ini ...

Aku pun segera menarik tangan Ai dan menjauhkan nya dari masalah yang akan ia terima.

"Oi!!! urusan kami belum selesai", kata seorang gadis di kelompok mereka.

"Aku juga punya urusan tau ...", ucap ku dengan wajah cuek dan terus menggandeng Ai.

Kami pun akhirnya sampai di depan gerbang sekolah.

"Lain kali ... tunggu aku dulu kalo mau pulang", ucap ku lalu melepaskan genggaman tangan ku.

Ai mengangguk dengan rona merah dipi pipi nya. Aku bersyukur bisa menyelamatkan Ai dari kekacauan yang harus nya ia dapat hari ini. Tapi besar kemungkinan ini hanyalah mimpi belaka. Aku masih sedikit menaruh rasa tak percaya di hati ku.

Agghh!!!

Tiba tiba dada ku terasa sakit dan sesak.

"Uhuk ... uhuk ... uhuk", aku tiba tiba terbangun dari tidur dengan batuk yang tak kunjung berhenti.

"Ka-kakak?! ... kakak kenapa?!", Hanabi terkejut dan bangun dari tidur nya.

"Uhuk ... uhuk ... gak apa apa kok", aku menutup mulut ku dengan tangan kanan ku agar virus nya tak menyebar dan menyerang Hanabi.

"Ta-tapi?!", wajah Hanabi terlihat sangat khawatir.

"Gak apa apa ... paling cuma batuk biasa ...", tepat setelah menyelesaikan kalimat itu, aku terkejut melihat telapak tangan kanan ku.

"Kakak?!! gapapa gimana? kakak batuk sampe keluar darah gitu!!", Hanabi langsung beranjak dari ranjang nya dan mengambil selembar tisu yang ada di meja belajar nya.

Aku hanya bisa terdiam dan terpaku melihat telapak tangan kanan ku yang penuh dengan darah ini.

"Kakak beneran gapapa?", Hanabi duduk di depan ku dan mengelap tangan kanan ku dengan tisu yang barusan ia ambil.

"Makasih ... udah kamu lanjut tidur aja ... kakak mau ganti baju", aku pun berdiri dan keluar dari kamar Hanabi.

Aku sadar ku masih memakai seragam sekolah ini segera menaiki tangga dan masuk ke kamar ku kembali untuk mengganti pakaian ku. Setelah memakai kaos rumah dan celana pendek ku, aku pun kembali menuruni tangga.

"Uhuk! ...", aku masih batuk dan dada ku terasa sangat sakit.

Aku pun kembali masuk ke kamar Hanabi.

"Kakak ... beneran gapapa?", Hanabi masih bertanya walau mata nya sudah sedikit terpejam.

"Hmm ... gak ada apa apa kok ...", jawab ku lalu kembali menutup pintu kamar.

"Tidur di atas sini bareng Hanabi biar gak sakit kalo tidur di lantai", Hanabi sedikit bergeser dan memberi ku sedikit ruang di kasur nya.

"Serius?", tanya ku tak yakin.

"Hmm", Hanabi hanya mengangguk dan memejam kan mata nya.

Aku mengambil bantal ku yang ada di lantai dan meletakan nya di samping bantal Hanabi. Kami pin tidur seranjang malam ini. Tak kusangka adik ku kembali mengijinkan ku tidur di samping nya setelah beberapa tahun.