webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · วัยรุ่น
Not enough ratings
114 Chs

Chapter 32

Kaito

Hari ini kemana ya enak nya?

Hanya pertanyaan itu yang terulang di kepalaku. Walau kita sudah menentukan waktu pertemuan hari ini, Ai bilang agar aku saja yang menentukan tujuan kami.

Tapi aku kan jarang keluar rumah ... mana aku tau tempat yang bagus buat cari inspirasi.

Tanpa sadar aku sudah sampai di stasiun yang berada di seberang sekolah. Aku pun segera masuk dan mencari Ai. Saat aku mengarahkan bola mata ku ke seluruh sudut ruang tunggu stasiun aku tak melihat Ai. Tapi di saat yang sama seseorang menepuk pundak kanan ku.

"Eh!, oh kamu Ai", ucap ku terkejut.

"Soal kita mau kemana ..."

Sebelum aku menyelesaikan kalimat ku Ai menunjukan gambar gunung yang familiar bagi ku di smartphone nya.

"Kayak kenal tuh gunung ... Ini gunung Okiyama bukan?", ucap ku memastikan tebakan ku.

Ai hanya mengangguk dan lagi lagi tersenyum dengan senyuman khas nya.

"Kamu mau ke sana? ... oke lah", ucap ku menggandeng nya masuk ke kereta yang kebetulan berhenti di stasiun.

Kereta pun melaju mengikuti arus rel kereta yang ada. Jarak dari stasiun depan sekolah menuju stasiun di dekat gunung Okiyama sekitar 10 kilometer lebih. Setelah sekitar 20 menit duduk di dalan kereta kami akhirnya sampai di stasiun tujuan kami.

Saat keluar dari stasiun kami di sambut dengan suasana pegunungan yang khas. Tidak seperti di kota, di sini masih banyak pohon yang membuat udara semakin sejuk. Ditambah daun daun di pohon yang mulai menguning karena bulan ini adalah waktu musim gugur dimulai.

"Trus kita mau kemana ini?", tanya ku pada Ai yang sibuk memotret pemandangan gunung Okiyama yang terlihat dari tempat kami berdiri.

Setelah mendengar pertanyaan ku Ai menunjuk ke arah puncak gunung dengan jari telunjuk nya.

"Haaa? ... kita mau ke puncak?!", tanya ku dengan wajah malas.

Ai menggandeng tangan ku dan memaksa ku mengikuti langkah nya.

"Oi .. kita mau kemana seh?", tanya ku penasaran karena ia terus menarik ku.

Pertanyaan ku terjawab saat kami berhenti di depan sebuah toko buku kecil dengan bangunan yang nampak kuno.

"Ehh ... kita kok kesini?", tanya ku dengan nada malas.

Tanpa memberiku sebuah jawaban, Ai kembali menarik ku masuk ke toko buku tua itu. Bunyi bel terdengar saat kami membuka pintu, Ai tetap menggenggam tangan kiri ku dan membimbing ku ke sebuah rak yang berada di ujung toko buku itu.

Ai mengambil satu buku yang nampak berdebu dari rak buku di toko itu. Setelah melihat nya sejenak Ai menunjukan sampul buku yang sepertinya adalah novel.

"Shooting star?! ... ini kan novel tetakhir ku bersama ... mana mungkin?!",

"Oh ternyata kau penulis novel itu?", tanya laki laki seumuran ku, berambut ungu tua dan mata hijau yang mencolok.

"Hmm ... bisa dibilang gitu", jawabku.

"Apa kau pacar Ai?", tanya laki laki itu.

"Eh?!, bukan! ... apa kalian saling mengenal?", tanya ku.

"Nama ku Narabe Satou, pemilik toko ini ... Ai sering ke sini waktu liburan untuk membaca novel novel lama ... termasuk novel mu itu", jelas Satou yang ternyata dia adalah pemilik toko buku ini.

"Oh ... hmm, gitu toh", ucap ku mengangguk paham.

"Oh iya ... namaku Okino Kaito, teman sekelas Ai", ucap ku memperkenalkan diri.

"Ohh ... jadi kau yang nama nya Kaito ...",

"Eh? memang kenapa?", tanya ku penasaran.

"Gapapa udah lanjutin aja kencan kalian, aku mau keluar sebentar", ucap Satou lalu melangkah keluar dari toko buku ini.

"Hmm ... mau kau apakan novel ku?, dibaca?", tanya ku menoleh pada Ai.

Ai menggelengkan kepalanya dan memberikan novel itu pada ku.

"Eh? Aku yang baca?", tanya ku sembari menggaruk kepalaku karena bingung.

Ia tersenyum dan mengangguk padaku.

"Ehh ... itukan novel ku ... ngapain aku baca ulang?", ucap ku dengan nada malas.

Setelah mendengar perkataan ku Ai menatap ku dengan tatapan memelas nya. Aku yang terpaku dengan wajah nya sejenak pun akhirnya luluh.

"Ahh ... iya iya tapi kapan kapan aja", ucap ku menerima novel ku sendiri.

Kami pun menghabiskan banyak waktu di toko buku itu untuk membaca novel novel lama yang sudah tak banyak lagi di pasaran.