webnovel

About us||Kiran's story

Kirania gadis dengan rupa layaknya dewi yang terlahir di keluarga tanpa ibu. Harus meninggalkan sekolah lamanya dan mulai beradaptasi dengan sekolah baru. Terlahir dengan bakat dan talenta alami yang dimilikinya memudahkan dia bergaul dengan orang-orang baru. Sampai suatu ketika ia merasa terjebak dalam suatu dilema perasaan yang salah. Tentang dia dan sepasang kakak beradik yang salah satunya telah mencuri hatinya. Hingga dia memantapkan hatinya untuk seseorang yang tidak di takdirkan untuknya. Seseorang yang tak pernah bisa ia rengkuh didalam pelukannya. Seseorang yang nyata namun sebatas fatamorgana untuknya. Hubungan mereka hanya semu yang terikat dengan hubungan yang disebut cinta, walau Kiran tak bisa mengenali perasaannya sendiri. Lalu bagaimana jika Kiran bukan mencintainya. Melainkan seseorang yang selalu berada dibelakangnya, menunggu Kiran berbalik dan lelah dalam hubungan yang sebenarnya memang mustahil. "Terima kasih karena sudah hadir dalam hidupku yang rumit ini." . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

swcctlullabiech · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
2 Chs

Pangeran Berkuda

Seorang laki laki terbangun di sebuah bilik rumah sakit ketika cahaya matahari merambat masuk melalui jendela. Laki laki itu mendudukan diri di atas ranjang rumah sakit dan mulai menyadari sekelilingnya. Ia tak ingat kenapa bisa berakhir disini, yang jelas ia tiba-tiba di keroyok segerombolan orang saat berjalan kaki menuju pulang.

Pintu ruang rawat terbuka menampilkan sosok suster membawa peralatan rumah sakit. Suster itu tersenyum dan dengan telaten mencatat setiap perkembangan pasiennya.

" Siapa yang bawa saya kesini sus?" Tanya lelaki itu.

" Tadi malam ada anak cewe, kira-kira remaja. Bopong anda ke sini," Balas suster.

" Anak cewe, kalo boleh tau siapa ya sus?"

" Dia gak bilang apa-apa sih selain anda gak perlu berterima kasih. Dia bilang, dia ikhlas membantu anda tapi dia ninggalin kertas ini," Ucap dokter memberikan secarik kertas pada laki laki itu.

" 08xx-xxxx-xxxx Kirania?" Gumam laki laki itu pelan yang tak dapat di dengar suster.

" Maaf sebelumnya, boleh saya tau nama anda. Biar saya masukkan ke pendataan rumah sakit ini," Ucap suster.

" Sean..."

" Sean Faresta Gantari," Lanjut laki laki itu setelah terjeda beberapa saat.

🍌🍌🍌

Seminggu semenjak kepindahan Kiran ke SMA Neoford. Sekolah barunya tak buruk, bahkan sangat bagus. Ia bahkan mudah akrab dengan Leta dan anak anak Dream. Seperti sekarang, Kiran, Leta, serta anak anak Dream sedang nongkrong di kantin saat jam kosong. Ini sudah yang ke dua kali dalam minggu ini mata pelajaran biologi kosong tanpa di berikan setumpuk tugas seperti biasanya.

Mengenai kejadian minggu lalu dimana Kiran memperkenalkan Aksa di depan teman temannya, semua cukup berjalan baik sekarang. Mulai dari Leta yang lola, Hannan yang syok, Theo yang gak bisa mingkem, dan yang lain gak bisa berkata kata lagi. Mereka bahkan gak percaya bahwa Aksa dan Kiran adalah saudara. Bisa bisanya, padahal nama mereka hampir mirip gak disadarin.

" Aw sakit ogeb," Ucap Hannan yang kena jitak Yoseph di kepalanya.

" Lu juga ngapain makan mi ayam gue, lama lama gue ngantri malah elu yang embat," Ucap Yoseph.

" Ya laper," Balas Hannan.

" Laper gundulmu, ya jangan makanan gue juga. Pesen sono," Ucap Yoseph

" Aish kalian ini bergelud setiap hari," Ucap Nanda datang dengan mangkok bakso miliknya dan Kiran. Seperti yang Kiran bilang, Nanda itu soft. Dia perhatian banget sama Kiran, sebagai temen maksudnya.

" Tau nih, kata mama gue gak boleh berantem. Entar rezekinya di patok ayam," Ucap Leta.

" Apa hubungan nya gelud sama rezeki di patok ayam. Kalo gue bangun kesiangan baru tuh di patok ayam," Oke Yoseph mulai emosi.

" Seph sabar Seph, Letaku yang manis yang gemoy. Gada hubungannya gelud sama rezeki di patok ayam. Kecuali mereka gelud nah pamalinya nanti kalo kelamaan bakal jadi monyet," Ucap Kiran menjelaskan.

" HAH?! Berarti Yoseph sama Hannan bakal jadi monyet?! Ih padahal kan Hannan udah mirip monyet, kalo jadi monyet tambah jelek dong," Ucap Leta polos.

" HAHAHAHA," Suara Nanda dan Yoseph yang tertawa puas.

" Leta dimananya dari muka gue yang mirip monyet," Ucap Hannan.

" Tau lo Let, Hannan itu gak mirip monyet. Tapi mirip anoa," Ucap Nanda lalu tertawa.

" Ish kalian mah, gak tau ah Tom Holland asia ngambek," Ucap Hannan seolah olah merajuk pada mereka.

" Daffin sama Theo mana Na?" Tanya Kiran sedari tadi tak melihat Daffin.

" Biasa, paling gombalin cewe cewe si Daffin. Kalo Theo ke ruang guru, anak rajin mah sulit."

" Eh ada kaka Kiran tuh masuk kantin," Ucap Leta nunjuk Aksara dengan polosnya.

" Eh eh Let jangan di tunjuk tunjuk," Ucap Hannan menurunkan jari Leta.

" Emang kenapa?"

" Gak boleh."

" Lo pada kenapa sih, anti banget sama abang gue. Dia gak gigit tau," Ucap Kiran.

" Lo aja gak tau, lo mah anak baru mana tau kelakuan abang lo," Ucap Hannan.

" Emang kelakuannya gimana?" Tanya Kiran.

Belum sempat Hannan membuka mulut, suara Leta sudah memutusnya.

" Kaka Kiran itu sebenernya suka grepe grepe siswa disini. Makanya gak ada yang suka," Ucap Leta serius.

" HAH! Grepe grepe?! Siswa?!" Ucap Kiran kaget, dia gak nyangka Aksara begitu. Emang cewe di sekolah ini kurang cantik sampai Aksara suka bentukan cowo gitu?

" Iya, tanya aja asep," Ucap Leta nunjuk Yoseph sambil ngemut permen kakinya.

" Asep? Asep saha anying?!" Ucap Yoseph.

" Leta, namanya bukan Asep. Tapi Yoseph, inget jangan salah panggil," Ucap Nanda, si Leta cuman dengerin terus loading. Gak lama dia ngangguk ngangguk. Gak yakin nih Nanda, kalo si Leta inget ucapan dia.

" Emang bang Aksa seriusan begitu?!" Tanya Kiran.

" Maksudnya Aksa itu sering ikut kalo razia anak OSIS. Buat geledah siswa, kalo razia mah banyak yang ngamuk ngamuk kalo ketauan. Nah, abang lo bukannya disuruh sabar malah ngajak gelud," Ucap Nanda.

" Oh gitu, udah parno gue."

" Lain kali kalo ngomong sama Leta di saring ya. Bahaya ni anak di ajak ngobrol, " Ucap Hannan.

" Eh, gue baru inget. Balik nanti gue mau ke toko buku, jadi gak bisa bareng kalian," Ucap Kiran.

" Sendiri? Mau gue temenin gak?" Tanya Nanda dengan perhatian yang kesekian. Hati hati baper buat Kirania.

" Gak deh Na, gue sendirian aja."

🍯🍯🍯

Bell pulang sekolah baru saja berbunyi 10 menit yang lalu. Kiran kini sedang menuju ke arah ruang OSIS sambik mengamati di sekitar. Tak banyak murid yang tersisa, yang mendominasi sekolah usai jam pulang adalah anak anak OSIS.

Dug...

Suara bola mengenai kepala Kiran, cukup keras sampai mengakibatkan Kiran terduduk di atas lapangan basket yang ia lewati. Beberapa orang laki laki menghampiri Kiran.

" Loh, lo gak papa? Sorry gue gak sengaja tadi," Ucap seorang pria bergigi kelinci.

" Lo gimana sih Dav, kasian tuh anak orang."

" Gue gak papa kok, cuman pusing dikit aja, " Ucap Kiran lalu mendongak.

" Kamu! kamu adeknya Aksara kan?" Ucap si laki laki yang melempar bola pada Kiran barusan.

" Eh, kak Davanka kan?"

" Astaga, kamu pindah kesini?"

" Hah, iya baru 1 mingguan lah."

" Kok si Aksa gak ngasih tau kaka apa apa ya?" Ucap Davanka.

Davanka membantu Kiran berdiri. Davanka adalah teman masa kecil Kiran dan Aksara. Mereka sering bermain bersama sejak kecil. Namun, sudah mulai jarang saat Kiran memasuki bangku SMA. Walau Davanka sering main kerumahnya bersama Aksara, Kiran jarang sekali bertemu dengannya. Kiran lebih suka mengurung diri di kamar, entah tidur atau membaca buku bukunya.

" Siapa Dav?" Tanya laki laki bermata sipit.

" Ini Kirania, adeknya Aksara. Ran, ini Nio yang matanya sipit, itu Tian, terus Erlang, sama Derick. Mereka anak anak OSIS juga sama kaya gue dan Aksa."

" Oh, salken kak gue Kirania."

" Gak tau gue kalo Aksa punya adek manis kek gini," Ucap Nio.

" Heh, jangan di gombalin. Adek gue juga ini," Ucap Davanka. Bagi Davanka yang merupakan anak tunggal di keluarga nya, Kiran sudah ia anggap adik sendiri. Mereka tumbuh bersama, tertawa bersama, bahkan menangis bersama. Begitu pula antara Davanka dan Aksara yang sudah seperti anak kembar. Biasanya mereka suka adu mulut, dalam sehari kalo gak ribut ada yang kurang.

" Emang lo mau kemana Ran?" Tanya laki laki bernama Tian.

" Mau ketemu bang Aksa," Balas Kiran.

" Aksa masih sibuk kayanya, bentar lagi anak anak OSIS mau rapat," Ucap Derick.

" Rencana nya gue mau minta izin pulang duluan aja, kalian sibuk gak kak? " Tanya Kiran.

" Mau rapat sih, emang kenapa?" Tanya Davanka.

" Mau kita aja yang kasih tau ke Aksa gak?" Tanya Erlang yang peka.

" Boleh deh, lagian gue mau buru buru nih."

" Eh, Ran. Tunggu, mau kak Dav anterin aja?" Tanya Davanka.

" Gak perlu kak Dav, udah ya aku mau pergi. Permisi semua," Ucap Kiran kemudian berlalu pergi.

🐰🐰🐰

Kirania berjalan sampai di depan gerbang sekolah. Sekolah sudah selesai pukul empat sore, dan sekarang pukul empat lewat tigapuluh tujuh menit. Kiran melirik jam tangannya, sepertinya tak ada tanda tanda bus atau angkutan umum akan lewat. Sekolah sudah sesepi ini, akhirnya Kiran memutuskan berjalan sampai ke jalan tol, mungkin saja ia dapat menemukan angkutan umum disana.

Sekolah baru Kiran berada di jalan yang jarang di lewati angkutan. Dan sekarang ia melawati jalanan sepi itu. Mata Kiran menangkap segerombolan orang berseragam Neoford di gang kecil antara bangunan. Beberapa orang laki laki menatap Kiran dengan pandangan sulit di artikan. Kiran mengeratkan genggaman pada tas pundaknya, berusaha tak menghiraukan mereka dan berjalan secepat mungkin.

Namun, mereka nampak tak membiarkan Kiran pergi. Kalau Kiran tak salah tebak ada lima orang yang mengikutinya dari belakang. Dan sekarang Kiran semakin takut, ia terus merapalkan doa doa dan umpatan untuk dirinya sendiri di dalam hati.

TINN....

Suara klakson menghentikan salah seorang dari mereka yang ingin menarik tas Kiran. Mobil tadi bergerak menghalangi Kiran dan para berandalan itu.

" Sayang, kok kamu jalan kaki sih. Udah aku bilang tungguin aku, jangan jalan sendiri. Bahaya, yaudah yuk masuk," Ucap seseorang keluar dari mobil dan manarik Kiran untuk masuk dan menjalankan mobilnya.

" Lo gak papa?"

" Untungnya gak papa, eum thanks ya ka?" Ucap Kiran terjeda melupakan nama orang yang menolong nya.

" Lo lupa nama gua?!" Ucap orang itu syok.

" Ya... Ya... Ya sorry, kalo gak terlalu berinteraksi sama gue ya gue lupa."

Orang itu terkekeh, " Maksud lo gak penting gitu?"

" Oke kita kenalan dari awal, nama gue Jeffrey."

" Oh kak Jeff! Eum maksud gue, gue Kirania." Ucap Kirania.

" Makasih ya kak sekali lagi," Ucap Kiran lagi.

" It's OK, lo mau kemana jalan sendirian?"

" Mau ke toko buku langganan, bang Aksa sibuk ada rapat OSIS."

" Oh ya? Gue juga mau ke toko buku, langganan lo dimana?"

" Toko buku Cahaya Permai, deket komplek cina itu."

" Langganan gue itu. Yaudah bareng aja, lagian bahaya lo sendiri," Ucap Jeffrey.

Kirania tampak berpikir kemudian mengangguk.