webnovel

About us||Kiran's story

Kirania gadis dengan rupa layaknya dewi yang terlahir di keluarga tanpa ibu. Harus meninggalkan sekolah lamanya dan mulai beradaptasi dengan sekolah baru. Terlahir dengan bakat dan talenta alami yang dimilikinya memudahkan dia bergaul dengan orang-orang baru. Sampai suatu ketika ia merasa terjebak dalam suatu dilema perasaan yang salah. Tentang dia dan sepasang kakak beradik yang salah satunya telah mencuri hatinya. Hingga dia memantapkan hatinya untuk seseorang yang tidak di takdirkan untuknya. Seseorang yang tak pernah bisa ia rengkuh didalam pelukannya. Seseorang yang nyata namun sebatas fatamorgana untuknya. Hubungan mereka hanya semu yang terikat dengan hubungan yang disebut cinta, walau Kiran tak bisa mengenali perasaannya sendiri. Lalu bagaimana jika Kiran bukan mencintainya. Melainkan seseorang yang selalu berada dibelakangnya, menunggu Kiran berbalik dan lelah dalam hubungan yang sebenarnya memang mustahil. "Terima kasih karena sudah hadir dalam hidupku yang rumit ini." . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

swcctlullabiech · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
2 Chs

New School

Seorang gadis mengamati rintik hujan yang jatuh ke bumi dari balik atap sebuah toko buku. Lalu atensinya beralih pada sekumpulan manusia yang berlari menghindari air dari langit itu.

Kalian pernah dengar?

Beberapa manusia berkata menyukai hujan, dengan mengaguminya dari balik sebuah jendela. Tapi, nyatanya seringkali mereka takut basah akibat derasnya.

Gadis itu kembali menengadah ke arah langit. Ia bukan gadis melankolis yang percaya bahwa di dalam hujan terdapat lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu sesuatu. Senandung rindu yang bisa meresonansi ingatan masa lalu. Ya... Setidaknya sekarang.

Bukan berarti ia tak menyukai hujan, tapi entahlah tak ada kenangan yang bisa ia kenang saat hujan turun. Lupakan soal hujan, gadis remaja itu melihat ke arah arloji yang tersemat di tangannya. Memperhatikan jam dan hujan yang mereda setelah 10 menit menimpa bumi.

Gadis bernama lengkap Kirania Kairav Danadyaksa masih didepan sebuah toko buku yang baru ia kunjungi. Gadis yang akrab di panggil Kiran itu masih menunggu sang kakak untuk menjemputnya. Namun, tak ada tanda-tanda dari sang kakak untuk tiba.

Sekarang hujan sudah mereda sepenuhnya, Kiran memutuskan untuk menuju halte dan menaiki kendaraan umum untuk pulang. Kakinya melangkah diatas trotoar yang masih digenangi air.

Tanpa sengaja mata Kiran menangkap seorang pria yang nampak dikeroyok oleh lima orang di sebuah gang sempit perkotaan. Pria itu bahkan sudah babak belur tak berkutik akibat hantaman pukulan yang ia dapat.

Kiran yang melihat itu langsung bersembunyi di balik tembok. Ia panik, tapi haruskan ia membantu pria itu. Tidak bisa, Kiran tidak akan menang melawan lima orang sendirian. Entah keberuntungan atau apa orang orang tadi pergi meninggalkan si pria yang terkapar lemas.

Kiran dengan cepat menghampiri pria itu dan membopongnya. Ia harus cepat cepat membawa pria ini ke rumah sakit sekarang.

🌼🌼🌼

Sesampainya di rumah sakit, pria tadi langsung dimasukkan ke ruang UGD. Kiran melirik jam tangannya, sudah sangat larut. Aksa, kakaknya pasti sedang khawatir mencari Kiran. Ia akan pulang sekarang, biar pria tadi para perawat yang akan mengurusnya.

" Sus, saya mau pergi dulu. Jadi tolong cowo ini kalian aja yang urus ya, saya harus pulang soalnya nanti keluarga saya nyariin," Ucap Kiran.

" Oh, baik de. Tapi kalo pasien menanyakan anda apa yang harus kami jawab?" Tanya seorang perawat disana.

Kiran nampak berpikir, " Em, gini aja. Boleh saya minta kertas sama pulpen?"

Perawat itu memberikan apa yang Kiran minta, Kiran nampak menulis nomer nomer secara acak disana dan tak lupa menuliskan namanya pada bagian ujung kertas.

" Ini nomer saya sama nama saya, kalo di tanya kasih aja. Eum, tapi sebelum itu tolong bilangin ya sus kalo saya ikhlas nolonginnya. Gak perlu balas budi atau berterima kasih. "

Perawat itu mengangguk dan membiarkan Kiran pergi. Sekarang, Kiran berada di parkiran rumah sakit. Suara handphone yang bergetar dari balik tasnya membuat langkah Kiran terhenti.

" Halo, de kamu dimana? Abang cari kamu di toko buku gak ada. Abang sampai panik tau gak, karena gak nemuin kamu disana."

" Ya ampun bang maafin Kiran ya, Kiran lagi di rumah sakit. Sekarang abang jemput aku disini, nanti aku shareloct," Ujar Kiran.

" Loh rumah sakit? Kok bisa?  Kamu gak kenapa- napakan de?"

" Nanti Kiran ceritain, pokoknya abang kesini sekarang."

Sambungan telpon di putuskan secara sepihak oleh Kiran sebelum Aksa menyerangnya dengan berjuta pertanyaan. Padahal tindakannya berusan membuat Aksa semakin khawatir padanya.

🌈🌈🌈

Mobil Aksa sudah terpakir di garasi kediaman keluarga mereka. Rumah yang cukup besar untuk dihuni oleh Aksa dan Kiran hanya berdua. Terkadang juga bertiga dengan ayah mereka, tapi karena urusan pekerjaan yang mengharuskan Pak Danadyaksa untuk jarang pulang.

Kalau kalian tanya soal ibu mereka, dia sudah tidak ada. Nyonya Danadyaksa meninggal saat melahirkan Kiran akibat pendarahan yang parah. Jika kalian pikir Kiran akan dibenci karena dianggap penyebab kematian Nyonya Danadyaksa kalian salah. Justru Tuan Danadyaksa dan Aksa menganggap Kiran sebagai peninggalan terakhir Nyonya Danadyaksa sebelum dia pergi. Ayahnya dan Aksa akan sangat posesif pada Kiran tentang apapun itu.

Walau begitu Kiran tak pernah keberatan dengan segala perhatian yang diberikan. Menjadi satu satunya perempuan di keluarga ini pasti akan sangat dilindungi.

" Abang gak habis pikir deh, gimana bisa kamu nolongin orang gak di kenal?  Kalo dia penjahat gimana? " Tanya Aksa setelah mendengar penjelasan Kiran.

Ya, saat ini mereka sedang di meja makan. Makan malam yang dilakukan pukul 10 lewat 47 menit, malam. Semua karena Aksa yang berkeliling kota mencari Kiran kesana kemari.

" Ya kan kasian kalo gak ditolong."

" Kasian sih kasian, tapi abang takutnya kamu kenapa-napa," Ucap Aksa sambil menyuap makanan ke mulutnya.

" Ya maaf deh," Balas Kiran.

" Oiya, besok kamu udah pindah ke sekolah abang. Inget ya de, kalo ada yang ganggu kamu bilang ke abang. Jangan diem-dieman aja," Ucap Aksa.

" Harus banget gitu aku pindah ke sekolah abang?" Tanya Kiran malas.

Aksa menatap Kiran datar sambil meninggikan sebelah alisnya, " Perlu di jelasin lagi?"

" Ish, ok fine. Iya."

" Udah sana tidur, biar abang yang beresin piring kotornya," Ucap Aksa.

Kiran mengangguk dan pergi meninggalkan Aksa ke kamarnya. Aksa memperhatikan adik semata wayangnya itu. Menghela nafas dalam lalu terhanyut dalam pikiran sendiri. Bagi Aksa, Kiran itu segalanya. Perempuan yang paling ingin ia jaga setelah mamanya. Kalo Kiran kenapa-napa, dia gak akan maafin diri sendiri.

🍰🍰🍰

Pukul 07.17, mobil Aksa sudah memasuki area sekolah. Aksa dan Kiran berjalan keluar dengan beriringan. Jujur, sekarang Kiran merasa seperti influencer naik daun yang sedang berkunjung ke sekolah ini. Bagaimana tidak saat puluhan pasang mata itu melihatnya dengan tatapan intimidasi. Lain hal dengan Aksa yang nampak terbiasa.

Walau wajahnya menunjukkan sifat bad boy, sebenarnya Aksa adalah sosok kakak yang soft kalau bersama Kiran. Ia ahli dalam olahraga, dan aktif dalam kegiatan OSIS. Pantaskan kalau Aksa punya fans sebanyak ini. Kiran pun merasa lelah dengan fans Aksa yang menerornya. Beberapa menganggap ia kekasih Aksa lalu beberapa lagi mengetahui ia adiknya. Kiran juga sampai lelah memblokir semua nomer yang terus meneror nya dengan alasan Aksa.

" De, keknya abang gak bisa anteri ke ruang kepsek ya. Tapi kamu lurus aja, nanti ketemu kok ruangannya. Abang pergi dulu, ada urusan bentar sama anak anak OSIS."

Kiran mengangguk dan melangkah meninggalkan Aksa.

10 menit berlalu setelah perpisahan Kiran dan Aksa. Bel tanda masuk pun sudah berbunyi sejak tadi.  Tapi sepertinya ada yang aneh, kenapa dari tadi Kiran gak nemuin ruangan kepseknya?! Oke Kiran mulai panik, tapi muka tetep stay anteng supaya gak out of character. Dia cuman celingak celinguk didepan kelas XI-IPA 1.

" Cari apa ya?" Tanya seseorang tiba tiba datang.

" Eh eum, cari ruang kepsek. Kesasar," Ucap Kiran tersenyum canggung.

" Oh anak baru ya? Sini gue anter," Ucap seseorang yang lain.

" Yan, jangan di modusin anak orang. " Ucap seseorang yang lain. Jadi, mereka berjumlah tiga orang dan semua laki laki.

" Aelah Sel, namanya juga usaha."

" Usaha apaan, oh iya kasian si eneng bingung. Gue Ansel, yang modusin lo tadi namanya Adrian. Nah yang anteng ini Jeffrey," Ucap Ansel saat melihat Kiran nampak bingung.

" Oh, Kiran. Siswi baru," Balas Kiran.

" Kalo gitu yaudah gue anterin ke ruang kepsek," Ucap Ansel.

" Hah, apaan?! Kan tadi gue dulu yang mau nganterin," Ucap Adrian menyela.

" Gak gak, sama lo pasti di modusin."

" Emang sama lo enggak gitu?!"

Jeffrey menatap Ansel dan Adrian yang bertengkar, " Biar gue aja, bahaya ni anak baru kalo sama lo berdua."

" Ye Jeff, lo bisa mepet cewe juga ya?" Tanya Adrian heran.

" Tau biasanya ogah-ogahan kalo soal cewe," Tambah Ansel.

" Gue cuman kasian kalo dia nanti kena mental deket-deket kalian, yaudah yuk."

Kiran cuman mengangguk dan mengikuti Jeffrey, ia cukup pening mendengar adu mulut Ansel dan Adrian. Namun, baru saja mereka pergi beberapa meter suara Aksa mengintrupsi langkah mereka.

" Lah, masih diluaran aja lo pada. Kenapa gak masuk?" Tanya Aksa datang bersama seorang gadis.

" Biasa lah Sa, si Adrian lagi modusin cewe," Ucap Ansel.

" Lo juga ya, lama-lama gue sambit juga lo kaga sadar diri."

" Cewe?" Aksa melirik seseorang di belakang Jeffrey. Kurang jelas tapi sepertinya dia kenal.

" Apa sih Sa?" Tanya Jeffrey heran saat Aksa menatapnya meneliti.

" Ade bukan sih?" Tanya Aksa yang membuat Kiran mengintip dari belakang Jeffrey.

" Loh ade?! Kok masih disini?!" Tanya Aksa menghampiri Kiran.

" Siapa Sa?" Tanya gadis bersama Aksa barusan.

" Ade gue ini, heh lo pada barusan modusin ade gue?!" Tanya Aksa pada Adrian dan Ansel.

" Ansel doang Sa, gua engga. Eh dah lah gue belum nyalin tugas fisika, bye, " Ucap Adrian kabur sebelum diamuk Aksa.

" Sembarangan lo Yan, heh awas lo ya," Ucap Ansel pergi menyusul Adrian.

Sekarang tersisa Aksa, Kiran, Jeffrey, dan gadis yang entah siapa namanya.

" Oh, adenya Aksa? Kenalin, gue Fely. Calon kaka ipar, hehe, " Ucap Fely pada Kiran sambil menjulurkan tangan.

Kiran menyambut uluran tangan Fely, " Kiran."

" Fel gak usah nyebar hoax deh, kalian masuk aja. Biar gue yang anter ade gue ke ruang kepsek," Ucap Aksa.

" Oh yaudah, gue masuk dulu," Ucap Jeffrey.

" Thanks ya Jeff," Ucap Aksa yang di angguki Jeffrey.

" Sa gue ikut," Ucap Fely.

" Ikut? Masuk kelas Fel, belajar biar lo gak bego bego amat. "

" Ih tapi kan kalo makin rame makin seru," Ucap Fely.

" Lo kira studytour makin rame makin seru, ini cuman ke ruang kepsek."

Aksa menarik Kiran ke arah ruang kepsek.

" Ih pokoknya gue ikut, Sa tungguin."

Fely mengejar Aksa dan Kiran di belakang, ia bahkan menggandeng lengan Kiran yang sedari tadi diam memperhatikan. Walau diam, Kiran bahkan sudah menilai bahwa Fely ini adalah gadis yang power full, ceria,  dan ya sedikit hyperactiv. Walau sedikit risih, tapi Fely mungkin anaknya asik. Pikir Kiran.

Kiran yang baru kenal aja risih, apalagi Aksa yang di tempelin kesana kesini terus. Kalo kata Fely, dia ke Aksa itu udah kek fall in love at first sight. Kalo Aksa gak nolongin dia pas awal masa MOS SMA dulu mungkin gak akan kek gini.

Sepanjang perjalanan Fely hanya mengoceh yang sekali kali ditanggapi oleh Kiran dan Aksa.

🍥🍥🍥

Mereka sedang berdiri di sebuah pintu berwarna putih dengan tinggi kira kira dua meter. Pikiran Kiran mulai membayangkan sosok Kepsek bertubuh pendek, perut besar, dan yang kekurangan rambut di bagian tengah kepala. Oh jangan salahkan Kiran, dia cuman menggambarkan sesuatu di pikirannya.

Aksa membuka pintu ruangan dan memperlihatkan sosok pria usia sekitar 40 tahun yang berdiri di samping rak dokumen sambil memeriksa sesuatu di tangannya.

Pria itu Kepsek?! Wah, nampaknya Kiran harus membuang jauh jauh pikirannya barusan. Pria ini bahkan cocok menjadi sugar daddy. Aish, otaknya sudah mulai kotor karena terlalu sering membaca aplikasi oren.

" Aksa? Fely? Ada apa?" Tanya pria itu.

" Saya mengantarkan adik saya,  murid pindahan. Tadi dia kesasar pak jadi telat, " Ucap Aksa.

" Oh iya, saya juga sedang nungguin dia sambil ngecek dokumen pindahnya. Yaudah, biar saya yang antar dia ke kelasnya. Kalian kembali ke kelas dan lanjut belajar," Ucap Pak Kepsek.

" Oke pak," Ucap Fely mengangguk dan pergi diikuti Aksa.

" Titip ade saya pak," Ucap Aksa di angguki oleh pak Kepsek.

Di ruangan itu hanya ada Kiran dan pak Kepsek yang ganteng itu.

" Oke, jadi kamu Kirania Kairav Danadyaksa. Perkenalkan saya Adinata Wijaya, kepala sekolah di Neoford: Senior High School, kamu siswi pindahan dari Willvard: Senior High School kan? ."

" Benar pak."

" Baik kalau begitu, biar saya antar kamu ke kelas kamu. Sekalian saya kenalkan sekolah ini."

Kiran dan pak Kepsek ganteng itu mulai melewati koridor. Pak Kepsek memperkenalkan setiap ruangan yang mereka lewati, dan Kiran menyimak hal-hal itu dengan seksama. Untuk menghindari tersesat lagi.

" Kamu anaknya anteng ya, gak banyak ngoceh," Ucap Pak Kepsek.

Sebenarnya Kiran gak anteng-anteng banget, dia cuman menyesuaikan tempat buat ngeluarin sikap aja.

" Oh iya, menurut data yang saya baca. Kamu siswi berprestasi di sekolah asal kamu. Perlombaan yang kamu ikuti selalu mendapat juara. Perlombaan debat sama olimpiade benarkan?" Ucap Pak Kepsek.

" Iya."

" Kalau gitu, nanti saya bicara ke guru yang bersangkutan. Agar memasukkan kamu dalam seleksi olimpiade nanti. Akan sangat disayangkan bakat kamu di biarkan," Ucap Pak Kepsek.

Kiran cuman ngangguk doang, dia cangung sama suasana gini. Mereka sampai di depan pintu bertuliskan X IPA-1.

Sesampai di dalam kelas yang suasananya cukup ribut itu. Murid murid langsung diam saat Kepsek memasuki ruangan bersama seorang siswi asing.

" Selamat pagi semuanya."

" Pagi pak," Jawab semua murid serentak.

" Hari ini bapak membawa siswi pindahan dari Willvard: Senior High School. Silahkan perkenalkan diri kamu," Ucap Pak Kepsek pada Kiran.

" Halo semuanya, salam kenal.  Perkenalkan saya Kirania, murid pindahan dari Willvard. Terima kasih, " Ucap Kiran gugup.

" Ada pertanyaan?" Ucap Pak Kepsek.

" Bagi nomer wa dong neng," Ucap seseorang menyeletuk.

" Hannan, bisa bisanya lo godain murid baru," Ucap seseorang yang duduk di sebelahnya.

" Ya kan cuman coba coba kali aja di kasih."

Murid murid yang semula diam pun menjadi rusuh. Beberapa dari mereka membicarakan Kiran, dan beberapa lagi malah membicarakan hal lain.

Kepala sekolah menghela nafas lelah, " Theo, tolong kamu atur tempat duduk buat Kiran ya. Saya mau pergi dulu kalian jangan ribut kalo gurunya gak ada."

Cowok bernama Theo mengangguk dan menghampiri Kiran saat pak Kepsek sudah pergi.

" Gue Theo, Ketua kelas disini. Lo bisa duduk di samping Leta," Ucap Theo menunjuk sebuah kursi.

" Thanks ya."

🐣🐣🐣

Saat ini bell istirahat telah berbunyi. Kiran rasa sekolah barunya tak buruk. Ia bahkan sudah memiliki seorang teman, teman sebangkunya. Sebut saja Leta, gadis manis yang sangat imut menurut Kiran. Ya,  walaupun agak lemot.

Penghuni kelas yang lain pun juga ramah pada Kiran. Diantaranya ada anak anak Dream yang baru berkenalan dengannya tadi. Dream adalah nama perkumpulan mereka, sebut saja geng. Isinya lima orang laki laki bernama Daffin si Playboy, Nanda si Softboy, Theo si ketua kelas, Yoseph si bendahara galak, dan Hannan yang minta nomer wa Kiran tadi.

Mereka semua ramah, bahkan saat ini Kiran sedang di kantin bersama mereka dan Leta.

" Eh eh, kalian ngerasa gak sih. Kalo anak anak kelas XI ngeliatin kita dari tadi," Ucap Yoseph pada mereka.

" Anak kelas XI? Siapa?" Tanya Daffin sambil menyeruput es teh nya.

" Aduh lo liat gak tuh meja Aksara sama temen temennya. Mata Aksara kek mau keluar liati kita," Ucap Yoseph.

Mendengar itu Hannan dan Nanda mengedarkan pandangannya dan mendapati Aksa yang memandang ke arah mereka dengan tajam. Hannan dan Nanda langsung kicep gak berani nengok lagi.

" Eh sumpah serem banget. Lo bikin salah kali Nan," Ucap Nanda.

" Yakali gue nantangin Aksara. Bisa abis gue, tu anak kan ganas kalo ngamuk," Ucap Hannan.

" Kalo gitu, Daffin kali," Ucap Nanda.

" Nggak ada tuh," Bakas Daffin cepat.

" Jangan jangan Theo," Ucap Leta yang sedari tadi menyimak bersama Kiran.

" Eum keknya..."

" Wah jangan jangan emang Theo," Ucap Hannan memotong ucapan Kiran.

" Bukan gue juga," Balas Theo.

" Guys..."

" Aduh jangan jangan gue kemaren?!" Ucap Leta panik

" Gue..."

" Let lo serius?" Tanya Nanda serius

" Let bisa bisanya lo?!" Ucap Yoseph.

" Aduh gue harus gimana nih," Ucap Leta makin panik.

" Yah, gue juga gak tau Let. Kita telpon 911 aja gimana, " Dan akhirnya Hannan ikut panik.

" Eh bentar dulu Nan, Let emang kemaren lo ngapain?" Tanya Theo.

" Gue kemaren gak sengaja, gue makan gorengan 4 di kantin tapi bilangnya 2. Tapi serius gue gak sengaja," Ucap Leta hampir nangis.

Mereka yang mendengar pernyataan Leta memasang wajah datar. Apalagi Yoseph, untung aja tu anak gak ngacak ngacak mangkok bakso di depan dia. Lagian si Leta kenapa jadi bahas gorengan.

" Let bisa bisanya lo OOT di saat lagi serius," Ucap Yoseph.

" Iya, gue udah tegang lagi," Ucap Daffin.

" Hampir aja gue telpon 911," Ucap Hannan.

" Ngapain juga lo telpon 911, jauh amat," Ucap Theo.

" Guys, please dengerin gue," Ucap Kiran akhirnya bisa bicara.

Mereka semua menengok ke arah Kiran.

" Kiran kenapa? Gak bayar gorengan juga?" Tanya Leta sambil makan baso.

" Bukan Let," Balas Kiran.

" Tau lo, emang Kiran elo. Lagian Kiran kan baru pindah, mana bisa kasbon," Ucap Hannan.

" Kek elo kan, suka ngutang, " Ucap Nanda pada Hannan.

" Na dengerin gue dulu," Ucap Kiran saat Hannan ingin menyahut ucapan Nanda. Nanda biasa di panggil Nana oleh teman temannya. Karena jika ia di panggil Nan, akan sama dengan panggilan Hannan. Lagi pula ia tak keberatan dengan panggilan Nana.

" Aksara itu sebenernya..."

" Pacar lo?" Ucap Daffin menyela Kiran.

" Hah sumpah?" Balas Yoseph kaget.

Kiran menghela nafas lelah, " Engga..."

" Wih dari tadi rame banget, gue sama anak anak gabung ya," Ucap Aksara bersama Ansel, Adrian, Jeffrey, dan jangan lupa Fely duduk ke meja mereka.

Oke sekarang meja mereka penuh banget. Kedatangan Aksa sama temen temennya bikin anak anak kelas X diem gak berani ngomong. Bahkan Hannan yang petakilan diem.

" Kenapa diem? Gak mau di kenalin?" Ucap Aksa.

" Tau ah diem diem bae, perasaan tadi ni meja asik bener," Ucap Adrian.

" Takut kali ama lo," Ucap Ansel.

" Sialan lo."

" Heh gak boleh ngomong kasar," Ucap Jeffrey.

Kiran menarik nafas entah untuk yang keberapa kali.

" Guys, ini Aksara. Kaka gue," Ucap Kiran.

" HAH!!!"

🍕🍕🍕

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

swcctlullabiechcreators' thoughts