webnovel

A Twist Of Love

. . . . . Kisah cinta segitiga macam ini tak pernah memiliki  akhir cerita yang indah. Selalu akan ada Satu pihak yang berada di puncak sambil membawa beban teramat berat di dadanya, Satu pihak yang terpaksa harus mengalah dan Satu pihak yang berpura-pura bahwa segalanya baik-baik saja. Dan pada akhirnya semua orang terluka, saling menancapkan pedang di hati mereka masing-masing, lalu kemudian masih harus menyelimuti-nya dibalik selimut palsu berupa senyuman manis, walau di dalam sana sudah berdarah begitu banyak. . . . . . .

Deuii · คนดัง
เรตติ้งไม่พอ
6 Chs

Bukan Lelaki Brengsek

.

.

.

.

Bajingan - adalah satu kata yang pertama kali muncul di pikiranku saat menulis dan memikirkan nama seorang Lee Hyukjae, bagaimana bisa ia mempermainkan hati dua orang sampai seperti itu?

Dan bertahun-tahun?

Namun, rasa simpatiku muncul saat aku merubah sudut pandang, aku menempatkan posisiku di kakinya, menatap hubungan memuakkan ini dengan cara pandangnya.

Ia mencintai Daereum, sangat!

Dan itu tak berubah sampai sekarang, namun perasaannya pada Donghae...

Hubungannya dengan lelaki itu juga bukan sebuah kepura-puraan.

Ia sungguh mencintai Donghae dengan segenap hati dan hidupnya, jika ada yang bertanya siapa yang lebih dicintai Hyukjae ia akan menjawab keduanya.

Daereum ada bahkan sejak Hyukjae belum menjadi apa-apa, mereka berteman semasa sekolah.

Sementara Donghae, ah.... pemuda itu apa yang bisa Hyukjae keluhkah tentangnya?

Hyukjae terlalu jatuh pada dua lubang yang bermuara di jurang yang sama bernama kesakitan.

Membuat Hyukjae terjebak di sana tanpa punya jalan keluar.

Hyukjae adalah pegawai di salah satu firma hukum di Korea, ia paham mengenai hal-hal yang berkaitan dengan yudisial.

Termasuk bahwa Korea tak akan pernah melegalkan hubungannya dengan salah satu miliknya.

Melepas salah satu?

Hyukjae pernah mencobanya, setahun lalu saat Daereum mengetahui bahwa ia bermain api.

Dan meminta Hyukjae memutuskan hubungan mereka,Daereum mencoba mengalah saat itu namun Hyukjae hancur,separuh hatinya remuk.

Ia hampir overdosis minuman di bar.

Saat ia bangun gadis itu ada di sampingnya, mengganti infus Hyukjae dengan terampil.

Permintaan maaf  Hyukjae atau lebih tepatnya kegilaannya membuat Daereum luluh, ia memaafkan lelakinya itu tanpa keluhan apapun.

Seolah apa yang sebelumnya ia ketahui tak pernah terjadi.

Di luar ruang rawat, Donghae melihat segalanya.

Remasan pada kantong berisi buah ditangannya menjadi bukti betapa sakit dan remuk hati si pemuda pengertian.

Dan satu senyuman pedih tergambar apik diwajahnya yang amat tampan,Donghae sekali lagi mencoba mengerti, mencoba memahami betapa sulitnya posisi Hyukjae.

Dia bukan pemaksa, ia bukan seorang serakah dan yang jelas ia tak akan mampu membuat Hyukjae meninggalkan gadis sebaik si perawat.

Ya... Donghae hanya akan diam,sadar diri akan posisinya..

Bisa dibilang Hyukjae serakah, namun dimana letak keserakahan jika yang kau hadapi adalah cinta.

Keduanya adalah nyawa, keduanya adalah jantung yang membuat Hyukjae bisa bertahan hingga sekarang.

Yang Hyukjae lupa, tak ada manusia yang bisa hidup dengan dua jantung di dalamnya.

Kenapa cinta tak bisa sekali saja berjalan sederhana?

.

.

.

.

Hyukjae menatap langit malam kota Seoul dari balik kamarnya, Donghae pulang kerumah.

Kangen Jeno katanya, sapuan pandangnya terarah pada tiap sudut appartement yang gelap.

Sunyi, apa Donghae sering kali menunggunya dalam sepi seperti ini?

Ia merasa bersalah.

Ia menghela nafas, apa perlu ia menelfon Donghae sekarang? Hyukjae merindukan kekasihnya.

Ya.. Menelfon Donghae mungkin bisa mengusir sesak di dadanya.

.

.

.

"Halo..."

"Ya..."Jawab orang dibalik telfon, ini bukam suara Donghae, melainkan adiknya-Jeno

"Kakakmu dimana Jen? Aku tak bisa menghubungi ponselnya"

"Donghae-hyung dikamar, sebentar...

Oh tadi ponsel hyung jatuh saat di stasiun jadi benda itu mati" Jawab Jeno

"Jadi ponselnya rusak?"

"Ya...____Hae hyung ada telfon" Teriakan Jeno bisa di dengar jelas oleh Hyukjae.

"Siapa?" Begitupula suara Donghae yang menjawab adiknya.

"Teman sekamarmu" Hyukjae masih mendengar nada tak suka dari suara Jeno saat menyebutkan dirinya,ia hanya tersenyum.

Pemuda itu belum bisa menerima hubungan sang kakak.

.

.

.

"Halo?"

Ini suara Donghae-nya

"Aku merindukanmu"

"Aku baru sampai dua jam lalu" -Donghae

"Berapa lama kau disana?"

"Entah, mungkin beberapa hari atau minggu?"-Donghae

"Hey kau tak bilang akan disana selama itu"

"Project terakhirku dengan Baekhyun sudah selesai, sekarang aku senggang"-Donghae

"Tapi mana bisa kau meninggalkan aku disini sendiri?"

Donghae tersenyum di seberang sana.

"Aku yakin kau pandai dalam mengusir rasa sepi tanpa aku Hyuk"-Donghae

"Kenapa berkata begitu?Kalau rindu ya rindu"

"Cepatlah tidur,kau bilang banyak pekerjaan akhir-akhir ini.

Gunakan waktu istirahatmu sebaik mungkin Hyuk, Ah Jeno menunggu ponselnya.

Aku tutup dulu okay..."-Donghae

"Hae..."

"Ayo buat segalanya sederhana setelah ini Hyukjae..."

Suara lembut itu menusuk hati Hyukjae entah bagaimana.

"Apa yang harus dibuat sederhana?"

"Segalanya... Kita, Aku, Kau, Dia..."-Donghae

Hyukjae terdiam...

"Hae kau___"

"Sudah lama aku tahu dan sekarang aku rasa sisi egoisku sedang ada di puncaknya...

Aku hanya ingin menjauh sebentar agar tak jadi semakin serakah lalu menyakiti semua orang Hyukjae-ya"-Donghae

"Maaf..."

"Tak ada maaf dan terimakasih di dalam cinta... Selamat malam darl~"-Donghae

.

.

.

Langit kota Seoul mendung, sekali lagi rasa bersalah menghantam hatinya kuat-kuat.

Betapa kejamnya Hyukjae selama ini.

Ia membuat Daereum juga Donghae berkorban dan terluka begitu banyak.

Andai Hyukjae paham, tak ada yang merasa berkorban dalam kisah mereka bertiga, segala hal terjadi berlandaskan apa yang hati mereka rasakan.

Tentunya, dengan rasa sakit sebagai bonus.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Cinta tidak butuh pengorbanan,begitu kau merasa berkorban,berarti kamu sudah tidak cinta - Sudjiwo Tejo