A Clown
Chapter 14 :
"Jadi gua pengen tahu rencana lo kenapa malah menerima perjodohan kemarin." Ungkap Amel.
"Entar dulu gua baru sampe, jangan langsung nanya kaya gitu." Jawab Teo.
"Oh oke," Amel.
"Sepertinya pertemuan kita kemarin kurang bagus." Ucap Teo.
"So?" Tanya Amel acuh.
"Kenalin nama gua Teodhor Danuarta." Ucap Teo sambil menjulurkan tangan untuk salaman.
"Oke gua Amelia Melinia anak bungsu dari dua bersaudara salam kenal." Jawab Amel lembut.
Sepertinya dia tidak seburuk yang Teo pikirkan, buktinya dia bisa bersikap lembut.
"Jadi lo mau ngasih tahu gua apa kaga hah?" Tanya Amel dengan nada agak tinggi.
Sip aku tarik lagi kata kata ku barusan ucap Teo dalam hati.
"Oke langsung aja biar ga buang waktu, jadi kenapa gua menerima perjodohan kemarin itu karena ada alasannya." Jelas Teo serius.
"Alasan apa alasan lo?" Tanya Amel.
"Untuk sekarang gua belum bisa ngasih tau semua alasannya." Jelas Teo.
"Entar dulu deh, lo seriusan jomblo?" Amel kembali bertanya.
"Iya,"
"Hah really?" Ucap Amel seakan tidak percaya bahwa Teo jomblo.
"Iya bener apa ada yang salah?" Tanya Teo keheranan.
"Lo ganteng, mapan postur tubuh ideal kaya model tapi masih jomblo?" Ucap Amel serius.
"Ohhh atau jangan jangan-" Kata kata Amel terhenti sebentar.
teo hanya mengerinyitkan dahi nya tidak mengerti.
"LO GAY?" Teriak Amel.
"Heh jaga mulut lo!" Jawab Teo tidak terima.
"Udah deh ngaku aja gua ngerti kok kenapa lo nerima perjodohan kemarin biar orang tua lo ga curiga kan?" Ucap Amel sambil menggeleng gelengkan kepala.
Teo panik karena suara Amel agak keras. "Heh! Tutup mulut lo jangan ngawur," Ucap Teo kesal.
"Lho udah jelaskan alasan lo kemarin nerima perjodohan, karena lo gay dan itu bisa menutupi status lo kan?" Tebak Amel.
"Bukan itu, ngawur aja lo!" Teo benar benar dibuat kesal.
"Heh udah ngaku aja mana ada cowo tampan, mapan body sexy tapi masih jomblo kalo bukan itu alasannya yakan!" Amel percaya diri seakan akan dirinya berhasil membalaskan dendam saat pertemuan kemarin.
Teo kewalahan menghadapi perkataan Amel yang semakin memojokkan dirinya, ia harus segera membalikan keadaan.
"Jadi lo mengakui kalau gua tampan dan punya tubuh yang sexy?" Tanya Teo menggoda.
Seketik Amel tersedak air yang sedang ia minum.
'Ohok ohok!'
"Jangan kepedean deh lo.." Ucap Amel.
"Lo yang bilangkan tadi gua tampan? Mapan punya tubuh sexy," Ulang Teo sambil tersenyum tipis.
Amel hanya diam dia keheranan melihat perilaku Teo yang tiba tiba berubah. "Atau emang dari pertama lo senengkan karena gua nerima perjodohan kemari?" Tanya Teo sambil tersenyum.
"Jangan asal ngomong ya, gue siram lama lama muka lo ih." Jawab Amel mengancam.
Amel sudah mulai terpancing dengan kata kata Teo barusan.
"Udah ngomong aja deh jangan malu, toh nanti lo sama gua bakal nikah dan sekamar." Ucap Teo semakin menggoda Amel.
Muka Amel memerah. "S-Siapa yang mau nikah sama lo? Jangan kepedean ya bangsat!" Umpat Amel malu malu.
Hahaha Teo benar benae membalikan keadaan sekarang.
"Oke jangan mengulur waktu lagi," Ucap Teo.
"Lo yang ngulur waktu dari tadi!" Ucap Amel kesal.
Loh bukannya dia yang dari pertama memojokan Teo dengan perkataannya? Kok malah dia yang marah sekarang? Aneh, tapi Teo tidak memperdulikan omongan Amel yang terpenting baginya memberitahu rencana agar tidak ada kesalahan kedepannya.
"Jadi alasan gua menerima perjodohan bersyarat, itu agar kita tidak berjodoh." Ucap Teo.
"Hah maksud lo gimana sih? Katanya menerima perjodohan tapi biar ga berjodoh." Tanya Amel keheranan.
"Lo tau kan syarat yang kemarin gua ajuin?" Tanya Teo.
"Tahu, lo minta waktu buat ngebuar chamistery sama gua kan?" Amel balik bertanya.
"Yap itu intinya," Jawab Teo.
"Hah gimana sih ga ngerti gue?" Tanya Amel yang semakin bingung.
"Gua nerima perjodohan dengan syarat bangun chamistery sama lo tu biar kita ga berjodoh, nanti dipertengahan gua bakal ngebatalin perjodohan tersebut." Ucap Teo.
"Kan lo bilang janji mau gimana pun hasilnya lo tetep nikahin gua?" Ungkap Amel.
"Gini-" Ucap Teo serius sambil membenarkan posisi duduknya.
"Gua suka sama seseorang dan nanti gua bakal lamar orang itu," Jelas Teo.
"Ohh gua ngerti kemarin lo nerima perjodohan biar ga ribet kan? Dan lo nanti bakal nikah sama orang yang lo suka itu?" Tanya Amel.
"Iya," Ucap Teo singkat.
"Terus apa keuntungan nya buat gua?" Tanya Amel.
"Keuntungannya lo ga bakalan dicoret dari kartu keluarga dan lo masih dapet uang bulanan dari Tante Fania." Jelas Teo.
"Tapi nanti nama lo jelek dong di keluarga gue?"
"Gak papa, gua rasa mereka akan mengerti apalagi Tante Fania temen deket Mama gua." Jawab Teo.
Memang ini bukan ide yang bagus karena nanti ada pihak yang tersakiti. Tapi mau bagaimana lagi Teo masih mencintai Val, bukannya sesuatu hal yang di paksakan tidak baik?
"Jadi kita pura pura nih sampe lo ngelamar tu cewe?" Tanya Amel.
"Iya jadi kita pura pura ngejalanin hubungan ini biar mereka ngga curiga," Jawab Teo.
Sebenarnya Teo belum yakin akan melamar Val karena hubungan merekapun masih samar samar tidak ada kejelasan.
"Oke kalo gitu gua setuju." Ucap Amel.
Eh? Teo pikir ini akan sulit tapi ternyata Amel mudah untuk menyetujuinya.
"Tapi ada beberapa syarat yang harus lo penuhi." Ucap Amel.
"Apa?" Tanya Teo.
"Lo sama gua kan di jodohkan nih ya berarti lo juga harus pura pura jadi pasangan gua." Jawab Amel.
"Ngapain juga gua harus ngikutin usulan lo?" Tanya Teo tidak terima.
"Yauda sih ntar gua ngomong aja kalau sebenernya lo tuh gay, mungkin orang tua lo bakalan percaya karena anaknya diumur 27 masih lajang." Ucap Amel mengancam.
Sial anak satu ini bisanya mengancam. Bukan Teo takut dengan hal itu tapi dia lebih takut melihat reaksi mama nya dan alasan Amel pun bisa masuk akal.
"Yauda iya, gua turutin deh tapi inget ini hanya pura pura." Jawab Teo menegaskan.
"Nah sebagai langkah pertama makan malam kali ini kamu yang bayar ya sayang." Ucap Amel tersenyum sambil menyantap makanan yang ada didepannya.
Teo hanya diam tidak menggubris omongan Amel. Setengah jam berlalu pertemuan tersebut akhirnya selesai juga.
"Ehh mau kemana lo?" Tanya Amel.
"Mau pulang lah." Jawab Teo.
"Anterin gua pulang!" Tegas Amel sambil masuk ke mobil Teo.
"Ngapain sih lo? Sana pake mobil sendiri," Ucap Teo mengusir.
"Gue ga bawa mobil." Jawab Amel cuek.
"Yauda lo naik taxi online aja sana gua mau balik ke rumah capek." Sahut Teo.
Amel menatap Teo. "Inget perjanjian, lagian kalau lo nganter gua nih ya.. Otomatis lo nanti ketemu ortu gue dong, dan itu langkah yang bagus buat rencana lo kan?" Ucap Amel.
Ada benarnya juga ucapan Amel itu langkah yang bagus untuk membangun pondasi kepercayaan agar kedua orang tua mereka tidak curiga.
Akhirnya Teo mengalah dan memilih mengantarkan Amel kerumahnya. Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan keduanya hanya terdiam satu sama lain.
"Lo baru lulus?" Tanya Teo memecah kehenigan.
"Iya," Jawab Amel cuek sambil memainkan Handphonenya.
"Oh jurusan apa?" Tanya Teo.
"Jurusan desain," Jawab Amel.
"Oh gua kira lo jurusan bahasa binatang." Ucap Teo.
"Apa lo bilang!"