Seperti biasanya, apa saja yang dialami dan dirasakan oleh Aleysa, pasti Aleysa akan mengungkapkannya di atas buku hariannya. Dia langsung mengambil buku hariannya dan mulai menulis.
'Langitku. Aku tidak menyangka jika langitku lah yang sudah menolongku dalam kegelapan. Langitku yang sudah melindungi aku dari teriknya sinar matahari. Dan langikutku sudah mulai cerah. Walaupun belum datang pelangi indah di sana. Sedikit demi sedikit langit hitam yang ada padanya menghilang. Dan aku yakin jika langitku nanti akan berubah sangat cerah dan memberikan pelangi yang indah setelah hujan kemarin.'
Aleysa tersenyum sendiri sambil menulisnya. Setelah selesai, Aleysa masuk ke dalam kamar mandi. Karena Aleysa juga harus membersihkan tubuhnya setelah seharian berada di dalam rumah kosong yang cukup kotor. Dan ternyata Hans belum tertidur. Dia bahkan sempat melihat Aleysa yang sedang menulis di sebuah buku. Hans sedikit penasaran dengan apa yang ditulis oleh Aleysa di dalam buku itu.
"Itu tadi Aleysa ngapain si nulis-nulis di buku kaya gitu. Dia nulis apa coba?" pikir Hans di dalam hatinya.
Hans terus memandangi buku harian milik Aleysa yang tergeletak di atas meja. Karena Aleysa lupa untuk memasukkannya kembali ke dalam laci. Hans hampir saja mengambil bukunya dan membacanya karena rasa penasarannya. Tetapi Hans langsung terdiam kembali dan mengurungkan niatnya.
"Ah ngapain juga aku penasaran sama buku dia. Terserah dia mau nulis apa di sana. Aku ga peduli," pikirnya lagi. Hingga akhirnya Hans memilih untuk tidur malam ini. Karena besok pagi Hans harus kembali kerja di perusahaan keluarganya.
Beberapa menit kemudian Aleysa keluar dari dalam kamar mandi. Aleysa baru saja membersihkan tubuhnya. Aleysa melihat Hans sudah tertidur pulas di atas sofa.
"Kasihan banget Hans. Pasti dia badannya semuanya terasa pegal karena habis bertengkar lawan orang jahat yang culik aku tadi. Tapi dia masih rela tidur di sofa supaya aku bisa tidur di kasur. Makasih ya Hans. Aku yakin, kalo sebenarnya kamu itu pasti perhatian dan sayang sama aku. Tapi kamu gengsi aja buat ungkapinnya. Dan aku juga yakin kalo lama kelamaan kita akan saling mencintai," ucap Aleysa di dalam hatinya.
Kemudian Aleysa mengambil selimut yang ada di kasur. Aleysa menyelimuti Hans dengan sangat hati-hati. Supaya Hans tidak terbangun dari tidurnya. Setelah itu baru Aleysa tidur juga di atas kasur.
******
Emily baru saja tiba di Apartementnya. Baru saja Emily tiba di Apartement, sudah ada seseorang yang meneleponnya. Ternyata yang meneleponnya adalah anak buahnya yang sudah dia perintahkan untuk menculik Aleysa.
"Ini kenapa si pada telepon. Ga tau apa baru aja saya sampai di apartement. Baru aja mau istirahat."
Emily marah-marah sendiri dengan handphonenya yang sedang berdering. Tetapi walaupun begitu Emily tetap mengangkat telepon dari anak buahnya. Karena dia juga takut terjadi sesuatu dengan Aleysa. Dia tidak mau sampai Aleysa kabur.
"Iya hallo. Kenapa kalian telepon saya malam-malam seperti ini?"
"Maaf Boss. Saya cuma mau kasih kabar kalo Aleysa berhasil kabur Boss."
"Apa? Aleysa kabur? Kok bisa si?"
Betapa terkejutnya Emily ketika mengetahui jika Aleysa berhasil kabur. Lagi-lagi kejahatan yang dilakukan oleh Emily gagal. Emily sangat murka kepada anak buahnya yang tidak bisa menculik satu wanita saja.
"Iya maaf Boss. Dia lewat jendela gudang tempat kita menyekapnya. Kita hampir aja dapatin dia lagi. Tapi sayangnya ada seorang laki-laki yang udah bantu dia. Kita yang ada sekarang babak belur Boss."
"Seorang laki-laki yang bolong dia?"
"Iya Boss."
"Yaudah. Dasar kalian semua ga ada yang benar cuma urusin satu wanita doang. Dasar lemah."
Sambungan telepon dimatikan begitu saja. Saat ini Emily benar-benar sangat emosi dengan semua anak buahnya. Karena mereka semua tidak bisa mengurus Aleysa.
"Ah sialan. Siapa si yang udah nolongin si Aleysa. Atau jangan-jangan dia Ershad? Kalo Hans kan ga mungkin. Dia aja ga peduli sama sekali sama Aleysa," pikir Emily.
Emily bulak-balik seperti layaknya setrikaan. Dia tidak bisa tertidur malam ini setelah mendengar berita jika Aleysa berhasil kabur. Padahal besok pagi Aleysa sudah harus kembali masuk kerja. Apalagi sedang ada proyek yang dia kerjakan bersama dengan Hans.
"Aku ga bisa diam gitu aja setelah Aleysa berhasil kabur. Aku harus lakukan sesuatu lagi."
Emily terus memikirkan hal itu hingga akhirnya dia benar-benar tidak bisa tidur malam ini.
******
Malam terlah berganti menjadi pagi. Seperti biasanya pagi ini Aleysa lah yang terbangun dari tidurnya terlebih dahulu daripada Hans.
"Hans masih tidur pulas ternyata. Aku siapin semua kebutuhannya dulu deh baru aku bangunin dia," pikir Aleysa di dalam hatinya.
Aleysa hendak pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Aleysa yang melewati Hans yang sedang tidur di sofa tiba-tiba mendengar suara Hans yang sedang mengigau.
"Engga. Ga mungkin aku lakuin itu semua. Engga."
Hans terus berbicara tidak. Dia seperti sedang ketakutan. Aleysa yang tidak tega melihat Hans seperti itu pun langsung membangunkannya.
"Hans mimpi apa ya? Kayanya dia mimpi buruk. Lebih baik aku bangunin aja deh," pikir Aleysa.
Aleysa membangunkan Hans dengan cara yang sangat lembut. Dia mengusap keningnya Hans supaya Hans terbangun dari tidurnya. Tetapi ketika tangan Aleysa tepat berada di keningnya, Aleysa merasakan jika kening Hans terasa sangat panas. Aleysa pun sangat khawatir dengan keadaan Hans saat ini.
"Ya ampun. Kepalanya Hans panas banget. Hans, Hans. Bangun Hans."
Setelah beberapa kali Aleysa berusaha untuk membangunkannya, akhirnya sekarang Hans terbangun juga dari tidurnya. Hans terlihat seperti orang yang kebingungan. Wajahnya juga sangat pucat. Membuat Aleysa semakin khawatir dengan keadaannya.
"Hans, kening kamu panas banget. Wajah kamu juga pucat banget. Kamu sakit ya? Pasti gara-gara semalam tolongin aku ya? Sekarang kita ke rumah sakit ya?"
"Engga. Aku ga kenapa-kenapa. Aku ga mau ke rumah sakit."
"Tapi Hans..."
"Aku bilang ga mau ya ga mau," bentak Hans dengan nada yang sangat tinggi.
Aleysa terdiam setelah dibentak oleh Hans.
"Yaudah kalo gitu biar aku kompres kepala kamu ya. Supaya demam kamu turun. Sebentar aku ambil air hangatnya dulu.'
Aleysa berlarian turun ke lantai bawah untuk mengambil air panas. Di sana Aleysa bertemu dengan Mamah dari Hans.
"Aleysa. Kamu kenapa seperti orang yang panik banget kaya gitu? Kamu kenapa si?" tanya Mamahnya Hans.
''Itu Mah. Hans demam. Badannya panas banget."
"Ya ampun. Di bawa ke rumah sakit dong Hans nya kalo emang dia sakit."
"Tapi Hans ga mau, Mah. Makanya aku mau ambil air hangat untuk kompres dia."
"Dasar ya anak itu. Yaudah kalo gitu kamu urus Hans sampai dia benar-benar sembuh ya. Bilang sama dia ga ga usah mikirin masalah kantor. Hari ini biar Mamah aja yang handle semuanya."
"Iya Mah."
Aleysa langsung mengambil air panas di dapur. Setelah itu Aleysa kembali ke kamarnya dengan Hans supaya Hans bisa mendapatkan penanganan dengan cepat.
-TBC-