"Masuk yuk kak. Udah malam. Ga baik angin malam buat kakak. Nanti kalo kakak sakit gimana?"
"Ga mau dek. Kakak masih mau di sini aja. Kakak mau nungguin Hans pulang."
"Ya ampun kak. Ngapain si ngungguin kak Hans pulang? Emangnya kakak ga dengar tadi kak Hans bilang apa? Kak Hans bilang ga akan pulang ke rumah ini dan dia lebih milih pergi sama wanita ular itu. Udah lah. Lebih baik kita masuk aja yuk kak."
Tiba-tiba saja suara mobil Hans terdengar hingga ke taman belakang. Aleysa yang sudah menunggu kepulangan Hans sedari tadi merasa sangat senang. Ternyata apa yang dia harapkan sedari tadi akhirnya terwujud juga. Hans pulang juga ke rumah.
"Itu suara mobilnya Hans. Kakak mau temui dia dulu."
"Aku ikut kak. Aku ga mau sampai kakak di sakiti lagi sama kak Hans."
Aleysa hanya terdiam tanpa menjawab ucapan dari Catline. Karena yang terpenting bagi Aleysa sekarang ini adalah kepulangan Hans. Aleysa langsung berlarian menghampiri Hans di depan rumahnya dan menyambutnya dengan sangat baik. Seperti sedang tidak terjadi apa-apa tadi sore. Ershad juga mengetahui kepulangan Hans malam ini dari jendela paviliun nya.
"Syukurlah kalo Emily mau ikuti permainan aku. Maafin aku Emily karena aku udah berbuat seperti ini ke kamu. Tapi itu semua juga karena kebaikan kamu. Ak yg ga mau kamu menjadi duri dari pernikahan mereka. Apalagi Aleysa adalah wanita yang sangat baik," ucap Ershad.
"Hans. Akhirnya kamu pulang juga."
"Kamu jangan kegirangan dulu ya. Aku pulang ke rumah bukan karena kamu. Tapi karena Emily. Aku juga ga akan pulang kalo bukan Emily yang suruh aku pulang."
"Bisa ga si kak bicaranya biasa aja sama kak Aleysa? Lembut seidkit gitu," sambung Catline.
"Dek. Udah, kamu juga jangan bicara seperti itu."
"Udah deh terserah kalian berdua. Aku lagi males ribut sama kalian berdua."
Kemudian Hans langsung masuk begitu saja ke dalam kamarnya. Padahal Aleysa sudah bersikap sangat baik dan manis. Tetapi tetap saja Hans tidak melihat itu semua.
"Yehh, siapa juga yang mau ngajak ribut," jawab Catline.
"Catline, udah ah dek. Yaudah kita masuk yuk. Kamu jangan lupa istirahat ya. Kakak mau siapin makan malam dulu untuk Hans. Karena pasti dia belum makan kan dari tadi."
"Huh, terserah kak Aleysa deh. Tapi kakak jangan lupa istirahat juga ya."
"Iya dek."
Catline masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Sedangkan Aleysa menyiapkan makan malam untuk Hans. Karena yang dia tahu jika Hans belum makan malam kali ini. Aleysa langsung membawan makanan itu ke dalam kamarnya. Tetapi Hans tidak ada di sana.
"Hans kemana ya? Kok ga ada di kamar? Atau dia di ruang kerjanya ya? Lebih baik aku bawain makanannya ke ruang kerjanya," pikir Aleysa.
Aleysa tetap mau membawakan makanan itu untuk Hans. Aleysa langsung pergi ke ruang kerja Hans.
******
Di ruang kerja Hans.
Hans masih memikirkan kenapa Emily bisa mengurungkan niatnya untuk pergi bersama dengannya. Padahal awalnya Emily yang sangat memaksa untuk bisa pergi berdua dan meninggalkan Aleysa.
"Kenapa Emily tiba-tiba sikapnya berubah seperti itu ya? Kenapa tiba-tiba aja dia urungkan niatnya? Padahal awalnya kan dia yang minta aku supaya tinggalin Aleysa dan pergi sama dia," pikir Hans.
Kemudian Hans mengambil foto Emily yang di pajang di meja kerjanya dengan frame foto yang sangat cantik. Hans memang sengaja melakukannya. Karena sedari dulu yang Hans cintai hanyalah Emily. Hans memandangi foto Emily dengan sangat dalam. Hingga akhirnya tanpa di sadari Hans meneteskan air matanya.
"Emily, maafin aku sayang. Maafin aku karena aku ga bisa menjaga cinta kita. Aku udah menikah sama wanita lagi. Bukan sama kamu. Tapi asal kamu tau Emily, aku tidak pernah mencintai Aleysa. Yang aku cintai hanyalah kamu."
Ketika Hans sedang memandangi foto Emily dan berbicara sendirian, tiba-tiba saja Aleysa masuk ke dalam ruang kerjanya.
Tok... Tok... Tok....
"Siapa si? Masuk."
"Hans."
"Aleysa? Kamu ngapain si datang ke sini?"
"Maaf Hans. Aku cuma mau kasih makanan ini aja ke kamu. Karena aku tau kamu dari tadi belum makan malam kan?"
"Aku ga mau makan."
"Tapi Hans. Kamu harus tetap makan. Nanti kalo kamu sakit gimana? Aku suapin ya?"
"Ga perlu. Kamu taruh aja makanannya di atas meja aku."
"Baik kalo gitu Hans."
Aleysa meletakan piting dan segelas air putih di atas meja kerja Hans. Tetapi dengan tidak sengaja Aleysa menyenggol foto Emily dan membuat frame kaca Emily terjatuh ke lantai. Sekarang frame foto Emily sudah hancur berantakan. Membuat Hans semakin marah kepadanya.
"Aleysa!!" teriak Hans dengan nada yang sangat tinggi. Membuat Aleysa sangat ketakutan.
"Ma... Maaf Hans. Aku benar-benar ga sengaja," jawab Aleysa sambil menangis.
"Ga sengaja, ga sengaja. Kamu tau ga kalo foto itu sangat berharga? Itu fotonya Emily. Foto yang sangat berharga di kehidupan saya. Paham kamu?"
"I... Iya Hans. Sekali lagi aku minta maaf. Aku benar-benar ga sengaja."
"Sekarang juga kamu bersihin pecahan kaca ini. Dan kamu harus cari frame yang sama seperti ini. Paham?"
"I... Iya Hans. Aku ambil sapu dulu."
Aleysa pergi keluar ruang kerja Hans untuk mengambil sapu dan membersihkan pecahan frame foto Emily. Ketika Aleysa keluar dari dalam ruang kerja Hans, kebetulan sekali Aleysa bertemu dengan Ershad yang sedang ingin membuat kopi di dapur. Aleysa menabrak Ershad karena terburu-buru ingin membersihkan pecahan frame foto Emily.
"Aleysa? Kamu nangis? Kamu kenapa?" tanya Ershad.
"Engga. Aku ga kenapa-kenapa. Maaf ya udah nabrak kamu tadi."
Kemudian Aleysa langsung pergi meninggalkan Ershad tanpa banyak bicara dengannya. Ershad merasa ada yang tidak beres dengan Aleysa kali ini.
"Aleysa nangis kenapa ya? Dia habis keluar dari dalam ruang kerja Hans kan? Pasti dia habis di marahin lagi sama Hans. Hans itu emang benar-benar ya," pikir Ershad di dalam hatinya.
Merasa penasaran dengan apa yang di alami oleh Aleysa saat ini, akhirnya Ershad memilih untuk mengumpat di depan ruang kerja Hans untuk mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya sedang terjadi antara Hans dan Aleysa. Aleysa kembali masuk ke dalam ruang kerja Hans sambil membawa sapu.
"Aleysa masuk ke dalam ruang kerja Hans sambil bawa sapu? Sebenarnya Aleysa mau ngapain si?" pikir Ershad di dalam hatinya.
Karena rasa penasarannya sangat tinggi, akhirnya Ershad mendekat ke pintu ruang kerja Hans supaya bisa mendengar pembicaraan antara Aleysa dan Hans. Sehingga Ershad tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Hans dan Aleysa.
-TBC-