"Oh iya, kamu mau kemana? Biar aku antar kamu aja ya. Jadi anggap aja aku udah mulai kerja sama kamu dengan bayaran uang yang kamu kasih ke aku ini."
"Boleh," jawab Aleysa dengan senyumannya yang sangat indah. Kemudian setelah itu Aleysa menjelaskan akan kemana dirinya kali ini.
"Sebenarnya aku juga ga tau mau kemana sekarang ini. Karena aku itu sebenarnya lagi cari adik aku yang kabur dari rumah. Aku ga tenang kalo adik aku belum di temukan. Karena adik aku itu udah ga punya siapa-siapa. Ga kebayang aku jadinya seperti apa dia di luaran sana."
"Ya ampun. Emangnya kenapa dia bisa sampai kabur dari rumah?"
"Ada masalah keluarga yang ga bisa aku ceritain."
"Yaudah kalo gitu boleh aku minta fotonya? Biar aku aja yang cari. Kamu pulang aja ke rumah. Kasihan sepertinya kamu udah kelelahan."
"Ini dia foto adik aku."
Aleysa langsung memberikan foto Catline kepada Ershad. Setelah itu Ershad lah yang melanjutkan mencari keberadaan Catline. Sedangkan Aleysa pulang ke rumahnya. Karena sebenarnya keadaan Aleysa saat ini juga sudah tidak memungkinkan lagi. Karena Aleysa sudah mencari keberadaan Catline dari pagi sampai sore seperti ini tetapi Catline belum juga di temukan sampai sekarang.
"Oh oke kalo gitu aku cari adik kamu ya. Kamu pulang aja. Kamu juga kan harus istirahat. Nanti kalo aku udah berhasil temui adik kamu, aku akan langsung kabarin ke kamu."
"Beneran ga apa-apa?"
"Iya ga apa-apa. Udah kamu tenang aja di dalam rumah."
"Yaudah kalo gitu. Makasih banyak ya kamu udah bantu aku."
"Aku yang seharusnya terima kasih."
"Iya, sama-sama. Yaudah kalo gitu aku pulang dulu ya."
"Iya. Eh, mau aku antar ga?"
"Engga. Ga usah. Aku bisa naik taksi."
"Yaudah kalo gitu. Hati-hati ya."
"Iya."
Aleysa memberhentikan taksi yang lewat di jalan sana. Aleysa memilih untuk pulang ke rumahnya. Karena untuk saat ini Ershad lah yang akan mencari keberadaan Catline.
*******
Ting! Ting!
Suara bel beberapa kali sudah terdengar dari luar Apartement Emily. Tetapi sengaja Emily tidak membukakan pintunya. Karena Emily tahu jika yang datang itu adalah Hans. Dan untuk saat ini Emily masih marah dengan Hans karena sikap Neneknya Hans kepada dirinya.
"Emily kenapa ga buka pintunya buat aku ya? Apa dia masih marah sama aku? Telepon aku juga ga di angkat. Aku coba chat dia aja deh."
Akhirnya Hans mencoba untuk mengirim pesa singkat untuk Emily.
Hans
[ Emily sayang. Aku tahu kalo kamu masih marah sama aku. Tapi aku mohon, kamu buka pintunya. Karena ada surprise untuk kamu.]
Tidak lama setelah Hans mengirimkan pesan kepada Emily, akhirnya Emily membukakan pintu Apartemetnya untuk Hans. Apalagi Emily menyukai Hans karena dari harta kekayaannya. Sudah pasti Emily tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Apalagi surprise yang diberikan oleh Hans kepadanya tidak pernah mengecewakan. Semuanya selalu bisa membuat Emily merasa bahagia kembali.
"Emily. Akhirnya kamu bukain pintunya untuk aku sayang," ucap Hans.
"Ya lagian kamu berisik banget tau ga dari tadi pencet bel berulang kali."
"Iya aku minta maaf. Aku kan datang ke sini juga karena aku mau minta maaf sama kamu. Boleh ga aku masuk ke dalam?"
Emily terdiam. Dia memikirkan sesuatu.
"Untung aja Maira ga lagi di sini. Dia lagi sama Ershad. Jadi aku bebas bawa Hans masuk ke dalam," pikir Emily di dalam hatinya.
"Emily. Kenapa kamu diam?" tanya Hans.
"Engga. Ga kenapa-kenapa kok sayang. Yaudah kalo gitu silahkan masuk."
"Terima kasih sayang," jawab Hans sambil merangkul bahu Emily.
Hans dan Emily masuk ke dalam Apartement berduaan. Seperti sudah menjadi hal yang wajar dilakukan diantara mereka berdua.
"Oh iya. Aku ada surprise buat kamu."
"Apa?"
"Kamu tutup mata kamu dulu dong sayang. Kalo ga di tutup, bukan surprise dong namanya."
"Awas ya jangan jahilin aku."
"Iya, engga sayang."
"Yaudah."
Emily menutup kedua bola matanya. Hans langsung mengambil liontin yang berada di saku jasnya. Setelah itu Hans mengeluarkan liontin itu menyerahkan liontin itu telah di depan wajah Emily.
"Hitunga ketiga kamu boleh buka mata kamu ya."
"Iya."
"1... 2.... 3.... Sekarang kamu boleh buka mata kamu."
Emily pun menuruti semua perintah Hans. Emily membuka kedua bola matanya dengan pelan-pelan. Emily sangat terkejut ketika dia melihat ada sebuah liontin yang sangat indah di depan matanya. Apalagi liontin itu terlihat sangat mahal. Sudah pasti Emily sangat menyukainya.
Emily menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Ini beneran buat aku sayang?" tanya Emily.
"Iya dong sayang. Gimana? Kamu suka ga?"
"Ini tuh cantik banget liontin nya sayang. Ya ampun. Pasti mahal banget ya sayang harganya? Apa itu ga kemahalan untuk aku?"
"Ya engga dong sayang. Apapun itu akan aku berikan untuk kamu. Yang penting aku bisa dapat kata maaf dari kamu. Kamu mau kan maafin aku?"
"Ya ampun sayang. Makasih banget ya sayang. Kamu udah bisa bikin aku bahagia terus. Aku jadi terharu. Gimana aku ga maafin kamu kalo sikap kamu manis seperti ini ke aku."
"Jadi kamu maafin aku kan?"
"Iya," jawab Emily sambil menganggukkan kepalanya dan menangis buaya supaya di kasihani oleh Hans.
"Yeay, akhirnya. Terima kasih ya sayang. Yaudah sini aku pakaikan liontin nya di leher indah kamu ya."
"Iya sayang."
Emily langsung membalikkan tubuhnya. Kemudian tangan Hans melingkar di leher Emily untuk memakaikan liontin itu di leher Emily.
"Gimana? Cocok ga di pakai sama aku?" tanya Emily.
"Cocok dong sayang. Cocok banget. Kamu terlihat semakin cantik."
"Makasih sayang."
"Iya sayang, sama-sama."
Wajah Hans dan Emily saat ini sangat dekat. Mereka berdua bisa saling merasakan hembusan nafas satu sama lain. Semakin lama semakin dekat. Hingga akhirnya bibir Hans bertemu dengan bibir Emily. Mereka berdua sama-sama menikmati moment itu. Kemudian Hans menjatuhkan tubuh Emily di atas kasur. Hans benar-benar tidak memikirkan Aleysa sama sekali. Dia tega melakukan perbuatan itu di belakang istri sahnya.
*****
Malam ini Aleysa sedang menyiapkan makan malam untuk semua orang yang ada di sana. Tiba-tiba saja tangan kiri Aleysa teriris pisau.
"Aw," teriak Aleysa karena terkejut.
"Nyonya ga apa-apa Nyonya?" tanya asisten rumah tangganya.
"Engga. Saya ga apa-apa kok. Di lanjut aja masaknya. Saya mau obati luka saya dulu ya."
"Iya Nyonya, siap. Silahkan."
Aleysa pergi meninggalkan pekerjaannya untuk memasak. Aleysa ingin mengobati lukanya terlebih dahulu supaya tidak infeksi nantinya.
"Kenapa perasaan aku jadi ga enak seperti ini ya? Kenapa tiba-tiba aku jadi kepikiran Hans? Atau ada sesuatu yang terjadi sama Hans? Ya Tuhan. Dimana pun Hans berada sekarang, tolong jaga dan lindungi lah dia," pikir Aleysa di dalam hatinya.
-TBC-