Kami berjalan kecil berdampingan dengan senyum kecil menghiasi bibir kami masing – masing, aku menggerakan mataku melihatnya sekilas dari ujung mataku. Yi Ahn hanya berjalan kecil dengan kedua tangan di dalam kantong celana sambil tersenyum puas menikmati pemandangan sekeliling yang indah. Aku pun menoleh dan sedikit mendongak menatapnya lurus, mulutku terbuka namun suaraku terhenti sebelum aku dapat menyampaikan apa yang ingin ku katakan
"Yoo So Eun..?"
Mataku sedikit melebar mendengar suara yang sangat familiar itu memanggil namaku bingung. Aku menoleh kaget dan mataku semakin melebar kaget melihat teman – temanku yang berdiri diam tak jauh di depanku dengan gelas kopi di tangan mereka masing – masing, aku mengangkat tanganku menutup mulutku kaget tidak bisa berkata apapun. Teman – temanku hanya melihatku dengan alis terangkat curiga, ekspresi mereka sangat jelas menggambarkan hal – hal aneh yang telah memenuhi pikiran mereka. Namun suasana itu semakin aneh ketika Ye Rin membalikkan badannya cepat, menerobos Tae Hyung dan Hye In kesal meninggalkan kami.
Melihat itu aku pun langsung mengambil langkah hendak menahannya namun teman – temanku yang lain menahanku, aku memutar mataku menatap mereka satu – persatu sampai aku menatap Tae Hyung dan ia menggeleng kecil menahanku. Aku menggigit kecil bibir bawahku lalu menggembungkan pipiku menghembuskan nafas lesu. Yi Ahn yang melihat kejadian aneh itu pun berjalan mendekatiku
"aku akan bicara juga dengannya" sahutnya lebut,
Yi Ahn mengangkat tangannya menepuk kecil kepalaku lalu tersenyum berusaha menenangkanku. Aku hanya mendongak menatapnya diam lalu mengangkat tanganku menyentuh tangannya yang tertempel erat di atas kepalaku, ia hanya mengangguk kecil lalu menarik tangannya pelan dan kembali memasukkan tangannya ke dalam kantong celana. Hye In pun meraih lenganku canggung "ayo kita kembali ke bus!" ajaknya sambil mengarahkan tatapan aneh ke arah Yi Ahn. Aku pun mengikuti ajakan itu dan mulai berjalan mundur perlahan sambil terus menatap Yi Ahn lurus, aku membalikkan badanku perlahan berjalan semakin jauh dari Yi Ahn. Aku kembali menoleh melihatnya masih berdiri diam di tempatnya menatapku lurus, aku menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya memalingkan wajahku dan terus berjalan menjauh darinya.
000
Setelah kejadian hari itu, hubunganku dan Ye Rin semakin tidak beres. Ye Rin semakin terasa jauh dariku, sebenarnya aku merasakan hal itu namun aku menyangkalnya dan berpura – pura seakan tidak ada yang terjadi. Aku selalu berkata dalam hati meyakinkan diriku bahwa semuanya baik – baik saja. Kami masih makan bersama dan duduk bersama, namun kami tidak bicara sesering dulu. Hal yang membuatku sedikit terganggu adalah, Ye Rin semakin dekat dengan Chae Ryung. Aku tidak terganggu dengan perasaan bahwa kami jauh dan Ye Rin dekat dengan Chae Ryung karena ada sesuatu antara kami, yang membuatku terganggu adalah kenyataan kalau Chae Ryung tidak mneyukaiku karena aku dekat dengan Yi Ahn, kenyataan itu membuatku semakin menyadari sesuatu yang aku anggap tidak mungkin. Sesuatu yang aku bantah, yaitu kenyataan bahwa sepertinya Ye Rin juga menyukai Yi Ahn. Aku menyangkalnya karena aku merasa tidak memiliki perasaan apapun pada Yi Ahn dan bagiku itu tidak penting, namun aku tidak menyadari jika bagi Ye Rin itu adalah hal terpenting dalam masalah ini. Jika hari itu dia bertanya terus terang padaku dan tidak menyembunyikan apapun, aku akan menjawabnya dengan yakin dan tegas kalau tidak menyukai Yi Ahn saat itu. Aku menyukainya hanya sebagai seorang teman dan seseorang yang selalu ada untuk membantuku. Namun, begitulah Ye Rin, ia selalu bermain dengan perasaannya sendiri tanpa mendengarkan penjelasanku terlebih dahulu.
Kami jadi jarang berbicara bahkan kami hanya bicara seperlunya, tentu saja itu membuat teman – temanku harus memilih antara aku dan Ye Rin. Aku tidak ingin mereka memilih dan akhirnya aku mencari teman lain yang dapat menerimaku, saat itu aku pun mulai dekat dengan beberapa murid perempuan lainnya. Orang pertama yang ku kenal bernama Eom Ae Lee, kulitnya putih seperti susu, matanya sipit, wajahnya terlihat mungil, dahinya tertutup cantik oleh poni samping, dan rambut panjang hitamnya terurai bergelombang menambah kecantikannya. Ae Lee pun akhirnya memperkenalkanku dengan kedua temannya, seorang bermana Do Yoo Jin dan seorang lagi bernama Park So Won. Paras Yoo Jin dan So Won tidak jauh berbeda dari Ae Lee, mereka semua sangat cantik. Yoo Jin memiliki mata yang sedikit lebar dan bibir tipisnya terlihat berkilau kemerahan, poni depan tipis menutupi dahinya dan hidung kecil yang sedikit mancung menambah kecantikannya. Berbeda dari Ae Lee dan Yoo Jin yang feminim, So Won terlihat sedikit tomboy. Mata sipit kecoklatannya terhalang oleh kaca matanya, rambutnya terurai lurus dan gigi kelincinya terlihat sangat lucu ketika ia tertawa, meskupin begitu So Won adalah anggota tim basket andalan angkatan kami, dan bakatnya itu benar – benar tidak di ragukan lagi. Mereka sudah dekat karena mereka masuk ke SMP yang sama, sejak aku berteman dengan mereka pandanganku menjadi lebih terbuka. Aku tidak lagi resah akan sikap Ye Rin terhadapku, karena mereka menasihatiku dengan solusi – solusi yang sangat baik. Mengetahui ke dekatanku dengan mereka pun, teman – temanku yang lain merasa lebih baik, sebelumnya mereka sangat canggung karena takut aku merasa di tinggalkan atau sebaliknya Ye Rin merasa di tinggalkan. Aku rasa ini jalan terbaik untuk sementara waktu.
Aku pun jadi jarang meninggalkan kelas di jam istirahat karna aku sibuk bercerita banyak hal dengan teman – teman baruku. Di sela pembicaraan seru kami, aku merasakan getaran kecil dari ponselku, aku menatap ponsleku cepat dan senyum pun langsung sirna dari bibirku dalah hitungan detik. Aku menutupi ponselku dan melirik canggung ke arah teman – temanku "aku keluar sembentar ya" pamitku lalu berjalan cepat meninggalkan kelas. Aku mendongak menatap si pengirim pesan yang sedang bergurau kecil bersama teman – temannya di depan balkon, senyumku pun mengembang kecil dan aku berjalan santai menuju pohon sakura dan duduk di bawah pohon santai menopangkan sikuku ke atas meja terus menatapnya. Aku memiringkan kepalaku terus menatap Yi Ahn sampai akhirnya ia membalikkan badannya dan tersenyum menatapku, melihatnya tersenyum padaku, senyumku pun semakin mengembang lebar. Yi Ahn mengeluarkan ponselnya cepat lalu menempelkannya ke telinga, dalam hitungan detik getar panjang pun terasa dari ponselku. Tawa kecilku pun pecah dan aku langsung mengangkat telfon itu
"kenapa kau tertawa?" tanyanya langsung tanpa menyapa "hallo" terlebih dahulu
"tidakkah seharunnya pembicaraan di mulai dengan "hallo" dulu?" timpalku jahil.
Tawa Yi Ahn terdengar pecah dari seberang telfon, aku pun mendongak menatap daun – daun kecoklatan yang berjatuhan sambil melanjutkan pembicaraan "kenapa sunbae mencariku?" tanyaku santai. Yi Ahn terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku
"aku hanya merasa aneh, kau jadi jarang meninggalkan kelas, kau juga tidak terlihat bersama teman – temanmu lagi" jawabnya,
nafas besar langsung terhembus dari mulutku mendengar jawaban yang Yi Ahn berikan, aku memaksakan senyum kecil "kenapa? Kau merindukanku?" godaku jahil.
"Yoo So Eun..." panggil Yi Ahn mengabaikan gurauanku,
aku pun mengalihkan padanganku menatapnya lurus, kami hanya saling menatap diam seakan – akan kami saling mengerti isi hati satu sama lain. Meskipun kenyataannya, kami saling menyimpan banyak pertanyaan. Senyum Yi Ahn perlahan kembali mengembang lebar, entah kenapa setiap kali aku melihat senyum yang tersungging di bibirnya itu, aku juga ingin tersenyum. Meskipun perasaanku sama sekali tidak bahagia, aku tetap ingin tersenyum.
***