VIAN: Berangkat Sendiri
Aku kecewa. Sungguh aku kecewa. Seketika bayang-bayang dan ketakutan akan perpisahan itu memenuhi diri kami lagi.
Tidak akan terjadi apa-apa kan? Penerbangan kami akan baik-baik saja kan? Tidak akan ada drama pesawat delayed atau harus transit dan jatuh kan? Ketakutan ini tidak akan terjadi kan? Tidak kan?
Ya Tuhan!
Walau memang sangat kecil kemungkinan bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk nanti. Tapi aku tidak bisa berbohong bahwa aku sangat khawatir. Bahkan lebih khawatir ketimbang saat aku harus pergi sendiri.
"Saya juga khawatir, Mas. Takut juga. Kecewa pasti. Padahal saya sudah membayangkan saat akan bersama mas Vian nanti sepanjang perjalanan hingga pelatihan. Tapi ternyata, harapan saya hanya menjadi angan-angan"
Aku tidak bisa menjawab apapun kecuali menghela napas panjang.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com