NIAR: Tidak Bisa Berhenti Khawatir
Mas Vian menelpon ku. Dengan nada penuh emosi. Juga intonasinya yang meletup-letup. Serta napas tersengalnya. Ia mengatakan...
"Jangan letakkan handphone mu di ransel! Jangan bicara dengan siapapun! Jangan mudah percaya! Dan jangan lengah! Hati-hati sampai penerbangan mu tiba! Lihat kanan dan kiri! Tetap jaga baik-baik semua yang kami bawa. Hah! Hah! Hah! Hah! Paham, Niar!"
"Paham, Mas! Saya berjanji akan berhati-hati"
Sebab ini adalah tempat dimana mas Vian kehilangan segalanya. Handphone, uang, pasport, visa, dan semua yang ia bawa. Jadi ini lah tempat itu. Bandara internasional Changi Singapura.
Sungguh persis sekali dengan yang mas Vian alami waktu itu. Kini pesawat ku harus transit di negara ini dan entah pukul berapa akan terbang kembali. Sementara mas Vian telah sampai di Malaysia. Bagaimana dia sekarang? Lalu sekhawatir apa dirinya saat ini? Aku hanya bisa menduga-duga mimik wajahnya saat ini.
"Mas Vian dimana?" Tanya ku dalam pesan.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com