Di dalam suasana lapangan yang sudah mulai sepi, Romi dan Mesya memutuskan untuk pergi, David kembali melihat kearah Mesya, dan pandangannya seperti berbeda, Mesya adalah sosok yang istimewa bagi David.
"David, apa benar dia itu adikmu?" tanya Salsa.
"Kalau iya memangnya kenapa? Dan kenapa kamu bertanya? Bukannya kamu juga sudah tahu?" tanya balik David.
"Ah iya, aku memang sudah tahu soal itu, hanya saja aku sedikit ragu,"
David membuka sedikit bibirnya, "Ragu?"
"Iya, aku ragu jika dia adalah adik kandungmu," jawab Salsa.
David kembali menutup mulutnya lagi sekarang ekspresinya kembali terlihat datar.
"Kenapa kamu terdiam?" tanya Salsa.
"Lalu aku harus bagaimana?" tanya balik David.
"David, aku Sangat menyukaimu, dan aku sudah berkali-kali mengatakan kepadamu, bahkan meski kamu menolakku berulang kali, tapi aku tetap tak menyerah," pungkas Salsa.
"Lalu apa hubungannya dengan pertanyaanmu itu?" tanya David.
"Jelas ada, Dav. Selama aku mengenalmu, aku tak pernah melihatmu tertarik kepada siapa pun, tapi dengan adikmu, kamu terlihat sangat tertarik dan senyuman serta tatapan itu terlihat berbeda." Salsa menghela nafas. "Dan oleh karna itu aku bertanya, apakah benar dia adik kandungmu?" tanya Salsa memastikan.
David pun menggelengkan kepalanya dan berbisik di telinga Salsa, "Dia adik kandungku atau adik angkatku itu bukan urusanmu," bisik David lalu dia berlalu pergi.
"David! Jangan pergi!" sergah Salsa. Gadis itu menarik tangan David.
"David, aku mohon tolong katakan kepadaku, apa kamu benar-benar menyukai adikmu itu?" tanya Salsa sekali lagi.
David menghentikan langkah kakinya sesaat.
"Apa maksudmu bertanya seperti itu kepadaku?" David tampak sangat kesal mendengar pertanyaan Salsa.
"Ya ... ya karna aku pikir kamu itu menyukai Mesya, sangat terlihat dari sorot matamu," ucap Salsa.
"Kamu berbicara kepadaku seolah-olah kamu itu tahu segalanya tentang aku!"
"Ya! Aku ini memang tahu segalanya tentangmu, David!"
"Oh, ya? Masa ...?" Wajah David terlihat santai dan seolah menyepelekan ucapan dari Salsa.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu, kamu seolah tak percaya bahwa aku memang tahu segalanya tentangmu, David!"
"Benar, aku sedikit pun tak percaya jika kamu mengetahui segalanya tentangku! Karna ku pikir, ada banyak hal yang tidak kamu ketahui tentang diriku, aku ingin bertanya juga kepadamu, apa boleh?"
"Iya, tanyakan saja, David!" jawab Salsa.
Kali ini David yang giliran menghela nafas.
"Kalau seandainya aku adalah pria jahat, dan seorang pembunuh berdarah dingin, apa kamu masih mau mendekatiku?" tanya David.
Salsa terdiam sesaat, dia merasa aneh sekaligus heran dengan pertanyaan David.
"Ke-kenapa kamu bertanya seperti itu, Dav?"
"Loh, kenapa malah bertanya balik?" David tersenyum tipis memandang Salsa, "harusnya kamu menjawab dulu pertanyaan ku, apa kamu masih mau mendekatiku jika aku adalah seorang pembunuh?" tanya David sekali lagi.
"Iya!" jawab Salsa dengan tegas.
David mengernyitkan keningnya.
"Wah, jawaban yang tak terduga, apa bisa katakan apa alasan dari jawabanmu itu?"
Salsa menarik nafas dalam-dalam, lalu dia menjawab dengan tegas apa alasan gadis itu menyukai pria seperti David.
"Aku tetap akan mendekatimu, karna aku sangat menyayangimu. Dan lagi pula aku tidak percaya dengan ucapanmu yang mengatakan bahwa dirimu adalah pembunuh! Karna aku yakin jika ucapanmu itu adalah bohong!" tutur Salsa.
"Haha! Jadi itu alasanmu!" David tertawa lagi dengan lantang.
"Haha! Haha! Aku sudah menduka kamu itu hanya gadis bodoh yang murahan!" cerca David kepada Salsa.
Mendengar hinaan itu membuat Salsa sangat bersedih.
Hatinya terasa sakit dan sesak, sekejam ini David berkata bahwa dirinya adalah gadis yang bodoh dan murahan.
Salsa sadar jika ucapan David itu memang benar, dia teramat bodoh dan murahan, tidak peduli dengan harga dirinya, meski telah ditolak berkali-kali oleh David. Tapi Salsa tetap tidak bisa membenci David.
Rasa cintanya tak pernah pudar, bahkan semenyakitkan ini ucapan David kepadanya, masih saja Salsa tak bisa membenci David.
"Kenapa kamu menangis?" tanya David seraya membelai rambut Salsa sesaat.
"Kamu itu, benar-benar hanya Gadis Bodoh, dan aku sudah mengingatkan sejak awal kepadamu, bahwa aku bukan orang seperti harapanmu, tapi rupanya gadis bodoh sepertimu itu tak akan pernah peduli ya?" David menggelengkan kepalanya.
"Cek cek cek! Semakin lama kamu mendekatiku, semakin lama pula kamu akan menjadi pesakitan!" ucap David, lalu David pergi meninggalkan Salsa begitu saja.
Salsa masih menangis di tengah lapangan basket itu. Dia tak lagi menghentikan langkah David.
Seluruh kursi stadion sudah kosong, tak ada siapa pun, dan hanya tersisa dirinya saja.
"David, kenapa kamu jahat kepadaku? Apa kurangnya aku? Hik hik ...." Salsa kembali menangis terisak.
Salsa mengira jika ucapan David tadi hannyalah bualan, dan David sengaja mengatakan hal buruk tentang dirinya sendiri agar Salsa mau berhenti dan menyerah.
Namun sepertinya tidak bagi Salsa, baginya sosok David adalah pangeran di matanya.
Hanya David yang mampu membuat jantungnya berdetak lebih kencang, dan hanya dengan melihat wajah David lah membuat hatinya menjadi berbunga-bunga.
Meski semua hanya indah di angan, dan terlalu menyakitkan dalam kenyataan, tapi Salsa tak peduli.
Dia masih kekeh dengan tekatnya, bahwa dia akan selalu mengejar David.
"Hay, Salsa,"
Terdengar seseorang memanggil dan menepuk pundaknya dari belakang.
"Arthur?" Salsa menatap orang yang telah menepuk pundaknya itu.
"Ke-kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Salsa.
Lalu dengan tertawa selengean yang menjadi ciri khas, Arthur menjawab pertanyaan Salsa.
"Tentu saja aku ingin menemuimu," jawab Arthur.
"Mengapa? Mengapa kamu mau menemuiku?" tanya Salsa.
Lalu Arthur mengulurkan sebuah sapu tangan kepada Salsa.
"Ini untukmu," ucap Arthur.
"Terima kasih," jawab Salsa seraya meraihnya.
"Aku tahu kamu sangat menyukai David, tapi sayangnya kakakku yang dingin itu tidak menyukaimu ya?" tanya Arthur.
"Iya, benar, memang aku menyukai kakakmu, bahkan sejak dulu, sejak kami masih duduk di bangku SD," jawab Salsa.
"Wah, lama juga ya?"
"Iya," Dan Salsa pun menunduk.
"Lalu apa tujuanmu menghampiriku?" tanya Salsa masih dengan mendudukkan kepalanya.
"Aku hanya ingin menolongmu, karna ku pikir kakakku itu terlalu naif untuk tidak mengakui perasaannya kepadamu," jelas Arthur.
"Apa maksudmu?" Salsa segera menaikkan kepalanya. "Apa kamu berpikir jika David itu sebenarnya juga menyukaiku?"
"Haha, tentu saja!" jawab Arthur.
"Tidak! Kamu itu hanya menghiburku, karna David sama sekali tidak menyukaiku, justru dia menyukai, Mesya!" tegas Salsa.
"Ayo kita berbicara di tempat lain!" Arthur meraih tangan Salsa.
Entah apa yang sudah di rencanakan oleh Arthur terhadap Salsa.
Dia membawa Salsa menepi dari tengah lapangan itu.
Mereka berdua mengobrolkan David, dan nampaknya Arthur sangat mendukung hubungan Salsa dengan kakaknya, entah apa alasannya.
Arthur memang sangat sulit di tebak, dibalik sikapnya yang selengean itu terlihat ada sikap Arthur yang misterius dan selama ini dia tutupi dengan sikap selengean dan seolah mudah di rendahkan.
To be continued