Mitos mengatakan angka 7 merupakan sebuah angka keberuntungan. Bagi Dina, angka 7 merupakan kesempatan dari Tuhan! Dulunya, Renata yang merupakan sahabat terbaiknya memanipulasi Dina hanya demi seorang pria, Teddy. Tidak berhenti disitu, Renata menjebak Dina dan menjebloskannya ke dalam penjara, lalu menyuruh seseorang untuk membunuh Dina didalam sel yang suram itu. Dina berpikir dia hanya akan berakhir di Neraka dengan beribu penyesalan. Tapi nyatanya Ia terbangun kembali ke 7 tahun lalu, sebelum semua masalah hidupnya dimulai. Kini Dina tidak boleh jatuh kedalam lubang yang sama, Ia harus menyiapkan rencana serangan balik sebelum semuanya terlambat!
Penjara yang gelap itu dipenuhi dengan bau darah yang menyengat.
"Kenapa..."
Dina Baskoro meringkuk di lantai dengan kesakitan, pakaian penjara yang kebesaran membuat tubuhnya terlihat kurus dan menyedihkan.
Dina batuk terus-terusan dengan cukup kuat, sampai mulutnya mengeluarkan darah.
Sakitnya terasa sangat sulit untuk ditahan. Seperti ada puluhan pisau menusuk-nusuk perutnya, membuatnya meringis kesakitan. Ternyata racun yang masuk ke perutnya memiliki efek yang sangat mengerikan.
"Kenapa?! Kamu memperlakukanku seperti ini?"
Dina Baskoro berusaha keras untuk mengangkat kepalanya dan menatap tahanan lain yang ada di depannya. Tatapan mata orang itu adalah tatapan penuh kebencian yang sangat dalam.
"He he, apa kamu ingin tahu mengapa aku memasukkan racun ke dalam makananmu?"
Tahanan lain itu tersenyum dengan kejam, memandang Dina Baskoro yang sedang berlutut di lantai dengan jijik, "Karena ada seseorang yang membayarku dan menginginkan kamu mati! Orang yang akan menyingkirkan keberadaanmu karena telah menghalangi kebahagiaannya!"
"Siapa?" Tanya Dina Baskoro sambil menempelkan lututnya dengan kuat ke perutnya, berusaha untuk melawan rasa sakit dan tetap terjaga.
"Oke, karena kamu sudah sekarat sekarang, aku akan menjelaskannya! Bukankah kamu akan menikah dengan Pak Teddy Permana? Jadi ada seseorang yang tidak ingin kamu menikah dengannya! Dan jika kamu mati, mereka bisa bersama..."
Rasa sakit Dina semakin menyebar ke mana-mana. Tapi pikiran Dina masih mencoba memikirkan siapa yang mencoba membunuhnya sekarang. Apakah orang itu Renata Sanjaya? Benarkah wanita jalang itu?
Dina benar-benar tidak menyangka Renata Sanjaya akan bertindak begitu kejam padanya.
Dina Baskoro mengeluarkan suara yang menyakitkan, dan air mata di sudut matanya dipenuhi dengan air mata penyesalan.
Renata Sanjaya adalah orang yang sudah dianggap Dina sebagai seorang sahabat terbaik dan terdekatnya ternyata sudah menghitung langkah demi langkah dan menjebloskannya ke penjara, hanya karena seorang pria?
Pria itu memang seperti seorang dewa, memanjakannya dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Tetapi karena dorongan Renata Sanjaya, Dina Baskoro mencoba yang terbaik untuk membuat pria itu membenci dirinya. Mendorong pria itu menjauh darinya selangkah demi selangkah.
Hingga pada suatu saat, Dina Baskoro menyadari bahwa dia sedang dimanipulasi oleh Renata Sanjaya dengan telapak tangannya sendiri! Membuat Dina merasa menjadi badut paling bodoh dan paling miskin di dunia ini, dan sekarang Dina di penjara dan akan segera mati.
Tapi apa gunanya menyesali sekarang...
Semuanya sudah terlambat.
Dina kemudian batuk dan mengeluarkan darah lagi. Sebelum akhirnya jatuh ke dalam genangan darah di lantai. Dengan mata berlinang melihat kegelapan ruangan, sepertinya sudah tidak lagi merasakan sakit yang menusuk-nusuk perutnya.
Melihat kondisi Dina yang seperti itu, tahanan itu tak bisa menahan perasaannya dan mengelus dadanya dengan penuh simpati, mata Dina yang tadinya penuh kebencian dan amarah itu tertutup rapat dan meninggalkan wajah cantik yang tak bernyawa.
Tahanan itu menghela nafas lagi, lalu berdiri dan pergi.
Sekarang, hanya bau darah yang menyengat memenuhi ruangan itu.
_ _ _ _ _ _ _
Rasa sakit dan kebencian yang menjadi satu, terasa seperti banjir yang secara bertahap akan menenggelamkan Dina mulai dari kepala sampai kaki. Dina Baskoro mengguncang tubuhnya tiba-tiba.
Dina merasa seperti berada di dalam air yang dalam dan panas. Sebelum sempat bereaksi, keanehan tubuhnya mengganggu pikirannya. Terdengar suara pelan dari seorang pria, dan rasa sakit yang nyata yang dirasakan Dina. Semua perasaan itu membuatnya bingung.
Dina Baskoro mencoba membuka matanya dengan susah payah, lalu mendadak dikejutkan oleh sebuah pemandangan di depannya.
Perabotan berwarna putih, seputih salju terlihat persis sama dengan hotel tempat mereka berada pada malam itu tujuh tahun lalu.
Dina Baskoro menoleh karena tidak percaya, lalu melihat ke arah samping, ada sebuah wajah di sampingnya sedang berbaring. Bibir tipis pria itu terlihat seperti telah digigit dengan keras, dan membuat bibirnya terluka. Ada senyum tipis di sudut bibir pria yang sedang tidur itu.
Dina Baskoro menutup mulutnya untuk menutupi tangisannya yang tak terkendali.
Teddy Permana sangat nyata di depannya.
Dina kembali ke malam ketika dia baru saja bertunangan dengan Teddy Permana tujuh tahun lalu hingga akhirnya menjalin hubungan.
Dina tak bisa melupakan malam itu. Bukan hanya karena itu adalah malam pertama nya, tetapi juga karena keluarganya yang telah memaksanya menikah dengan Teddy Permana, tetapi Dina menangis dan tak bisa melawan.
Ada rumor bahwa Teddy Permana tidak hanya orang yang misterius, tapi juga menyebalkan, pemarah dan orang yang sangat kasar. Itu sebabnya Dina takut dan panik, jadi Dina mencoba yang terbaik untuk menolak pernikahan antara mereka berdua. Dina bahkan merasa ayah dan ibu tirinya bersikap tidak baik dan ingin mendorongnya ke dalam jurang.
Malam itu, Dina tidak ingin disentuh oleh pria itu. Dengan tergesa-gesa, Dina berkata bahwa dia sebenarnya menyukai Budi Gumelar. Dina juga mengatakan bahwa dia ingin menyerahkan segalanya kepada Budi Gumelar. Dina benar-benar mengingat kata-katanya itu membuat marah Teddy Permana, dan secara paksa mengambil Dina walaupun perasaannya berbeda.
Setelah malam itu, Dina percaya dalam hatinya bahwa pewaris keluarga Teddy Permana ini benar-benar mengerikan seperti rumor yang didengarnya.
Tapi kemudian Dina tahu apa yang dia percayai sebenarnya. Pria itu memberinya semua kasih sayang dan perhatian dari seluruh dunia. Namun, semuanya telah rusak. Dina menyesal.
Dina Baskoro merasa bahagia, air matanya jatuh tak terkendali, dan ujung jarinya yang gemetar mencoba menyentuh luka di bibir pria itu.
Karena Tuhan telah memberinya kesempatan untuk dilahirkan kembali, Dina bersumpah bahwa dia akan mengambil kembali semua miliknya. Termasuk pria ini! Dina tidak akan melakukan hal-hal bodoh lagi, apalagi tertipu oleh Renata Sanjaya yang mencoba membunuhnya.
Dina Baskoro dengan perlahan pindah ke dekat pria itu, dan mencium sudut bibir pria itu dengan bibir yang gemetar.
'Duk duk duk'
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.
Dina Baskoro terkejut, lalu melihat ke arah sumber suara.
Jika Dina ingat dengan benar, di luar pintu itu adalah Renata Sanjaya.
Bayangan Dina Baskoro sedikit membuatnya menyipitkan matanya, dan pemandangan masa lalu diproyeksikan dalam pikirannya seperti film.
Di kehidupan terakhir, perkataan Renata Sanjaya masih terasa di hati Dina bagaikan sebuah racun. Wanita itu telah menggunakan segala cara untuk membuatnya kalah, sehingga Dina benar-benar merasa dan bahkan menerima begitu saja bahwa menikahi Teddy Permana itu adalah sebuah kesalahan fatal.
Renata Sanjaya memberitahu Dina bahwa pria yang paling mencintainya adalah Budi Gumelar. Hanya ketika Dina bersama Budi Gumelar Dina bisa mendapatkan kebahagiaan. Renata Sanjaya mendorong Dina selangkah demi selangkah, sampai akhirnya Dina masuk ke dalam perangkap itu.
Sungguh konyol rasanya ketika menyadari hal itu.
Saat itu, Dina merasa sangat bodoh. Dina benar-benar percaya pada perkataan Renata Sanjaya, dan berpikir dirinya sangat menyukai Budi Gumelar, jadi Dina mencoba segala cara untuk melawan Teddy Permana, mati-matian berusaha untuk menjauh darinya. Hingga pada akhirnya, kesalahan itu menjadi sebuah kebenaran.
Bayangan Dina Baskoro menutup matanya, air mata penyesalan mengalir di matanya.
Sekarang Dina telah mengenali wajah asli wanita itu, Dina tidak akan pernah membiarkan hal-hal terjadi lagi.
Jangan biarkan Renata Sanjaya berhasil lagi.
Dina Baskoro bangkit dan turun dari tempat tidur, mengenakan jubah mandinya, berjalan mendekati arah pintu, berhenti selama beberapa saat lalu membuka pintu.