webnovel

Air Mata Di Padang Bulan-Medan

นักเขียน: Man_84
ย้อนยุค
กำลังดำเนินการ · 45.7K จำนวนคนดู
  • 20 ตอน
    เนื้อหา
  • เรตติ้ง
  • NO.200+
    สนับสนุน
เรื่องย่อ

Saya akan menyusul kekasih saya Ahmad, untuk bersama dengannya, sekalipun kami tidak bisa bersatu di dunia, kami akan bersatu di akhirat kelak. Karena cinta kami suci, dan tidak berlandaskan nafsu belaka. " Ma..., Pa..., "Satu permintaan saya sebelum detak jantung saya tidak berdenyut lagi, kuburkan saya nanti dekat dengan kuburan kekasih saya.... Mati adalah kepastian, namun bagaimana apabila seorang kekasih yang terpisah oleh waktu yang sangat lama, tiba-tiba harus bertemu dengan kekasihnya yang sudah kaku, tidak bernyawa lagi?"karena kecelakaan pesawat yang ditumpanginya? "

แท็ก
7 แท็ก
Chapter 1Anak Orang Miskin

Pagi itu cuaca sangat cerah, bunga-bunga harum semerbak dan beraneka warna yang berada di depan rumah mulai keluar dari kuncupnya untuk menghirup udara segar hari itu.

Begitu juga sinar matahari yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia mulai menembus ke ruang kamar rumah setiap orang.

Seorang anak laki-laki berambut ikal, bermata sayu, berkulit sawo matang dan berperawakan tinggi menarik kain selimut yang menutupi tubuhnya.

Dia membuka jendela yang terbuat dari kayu sembari menatap keluar rumah, maka tampaklah indahnya alam yang terpampang luas.

Kemudian dia memalingkan pandangannya ke sebuah gunung yang berdiri dengan tegapnya, ujungnya menjulang tinggi menggapai langit.

"Ya...Gunung Merapi, " namanya, dari akarnya muncul mata air yang sangat bersih mengalir yang bermuara ke empat buah sungai,yaitu: Sungai Sungai Silakkitang, Sungai Gareder, Sungai Aek Menunggang dan Sungai Aek Goti.

Di bawahnya terbentang ratusan hektar sawah yang baru ditanami, di tepi sawah itu berbaris ratusan pohon karet yang baru dideres, getahnya menitik tetes demi tetes sehingga memenuhi tempurung para petani karet itu.

Dipandang dari bawah laksana taman syurga, namun kalau ditelusuri pepohonan itu tidaklah lebih dari ranting-ranting pohon yang sudah masak dan dipergunakan para masyarakat sekitar sebagai kayu bakar.

Anak laki-laki itu keluar dari kamar dan menghampiri ibunya yang sedang mempersiapkan sarapan untuk bekalnya berangkat ke sekolah.

"Ahmad, kamu sudah bangun nak...? "tanya si Ibu.

Ternyata anak laki-laki itu bernama Ahmad.

" Sudah Mak,"jawab Ahmad sambil mengambil sebuah handuk dan langsung berjalan menuju ke kamar mandi.

Tak lama kemudian terdengarlah suara pintu kamar mandi terbuka.

"Rekk...Rekk...Rekk."

Selesai mandi ia berjalan menuju kamarnya untuk mempersiapkan diri berangkat ke sekolah.

Dengan pakaian yang berwarna merah putih di tubuhnya, dia keluar dari kamar dan menuju ke sebuah meja yang biasa ia gunakan dengan orang tuanya untuk makan bersama.

Ahmad membuka sebuah tudung penutup makanan yang sudah dipersiapkan oleh Ibunya, dia melihat sebuah telur yang didadar berada di atas piring berwarna putih, begitu juga sepiring sayur yang tidak asing lagi baginya dan sudah merupakan sayur kesukaannya, yaitu tumis kangkung.

Ia menggeser sebuah bangku yang terbuat dari kayu tepat berada di hadapannya, kemudian dia makan dengan begitu lahapnya.

Setelah selesai makan, Ahmad menyorongkan sepatu berwarna hitam yang sudah banyak tambalan ke kakinya.

Maklumlah, pemberian dari tetangganya, karena orang tua si Ahmad kehidupannya miskin dan tidak sanggup untuk membeli sepatu yang baru.

"Ma idia Ayah...Umak? "

Tanya Ahmad sambil berdiri mendekati Ibunya.

"Ma kehe tu saba amang. "

Jawab si Ibu.

Kemudian Ahmad mengambil tas sekolah yang berwarna biru dan langsung menyandangnya.

" Saya berangkat dulu Mak,"kata Ahmad sambil menyalam Ibunya serta mencium tangannya.

" Hati-hati di jalan! Belajar yang sungguh-sungguh ya nak...?"

Ucap Sang Emak pelan dan hampir tidak terdengar.

" Ia Mak,"jawab Ahmad dengan santun sambil berjalan meninggalkan Ibunya.

**Ma idia Ayah... Umak artinya dimana Ayah... Mak?

**Ma kehe tu saba amang artinya sudah pergi ke sawah nak...

🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫

คุณอาจชอบ

PRAHARA DI KAHURIPAN

Pada saat Prabu Dharmawangsa Teguh Anantawikrama dari Kerajaan Medang Kemulan merayakan pesta pernikahan kedua puterinya yaitu Dewi Sri Anantawikrama dan Dewi Laksmi dengan Pangeran Airlangga dari kerajaan Bedahulu di Bali, tiba-tiba menyerbu prajurit raja Wura-wari dari kerajaan Lwaram Dalam penyerbuan itu Prabhu Dharmawangsa Teguh dan permaisuri serta seluruh menteri dan bangsawan kerajaan tewas. Istana Watu Galuh dihancurkan. Airlangga dan kedua isterinya didampingi pelayan setianya, Mpu Narottama dan beberapa pengawal berhasil meloloskan diri dan berlindung di Gunung Prawito. Tiga tahun hidup di hutan Prawito sebagai pertapa, tahun 931 Saka Airlangga kedatangan serombongan orang dipimpin oleh beberapa pendeta untuk menyampaikan keinginan rahayat Medang agar Airlangga kembali membangun kerajaan baru meneruskan dinasti Ishyana. Dengan bantuan para pendeta, reshi dan brahmana, Airlangga menyusun kekuatan membangun kerajaan Medang. Diantara para reshi terdapat Mpu Bharada penasehat spiritual mendiang prabu Dharmawangsa Teguh, dibantu oleh Ki Ageng Loh Gawe, pertapa di Gunung Anjasmara Pada tahun 931 Saka istana Wotan Mas selesai dibangun dan Airlangga diangkat sebagai raja dengan gelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa. Kerajaan yang baru bernama Kahuripan. Atas jasanya membantu pembangunan kerajaan Kahuripan, Prabu Airlangga menghadiahkan tanah perdikan di desa Giri Lawangan kepada Ki Ageng Loh Gawe. Dalam kunjungannya ke Wotan Mas, Ki Ageng Loh Gawe mengajak muridnya bernama Ki Puger berusia 20 tahun. Mengetahui Ki Puger murid Ki Ageng Loh Gawe yang ikut membantu membangun Wotan Mas, Prabhu Airlangga meminta agar Ki Puger bersedia dinikahkan dengan sepupu raja yang bernama Dewi Centini Luh Satiwardhani atau Ni Luh Sati. Setahun setelah perkawinan itu lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Aryosetho Jayawardhana. Tahun 954 Saka atau 1032 M Giri Lawangan diserbu gerombolan pimpinan Gagak Lodra. Sehari sebelum itu Ki Puger dan keluarganya pergi meninggalkan Giri Lawangan menuju ke pertapaan Kaliwedhi untuk menghindarkan Aryosetho Jayawardhana dari penyerbuan Gagak Lodra karena ia dipilih oleh para dewa sebagai cikal bakal yang kelak akan menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa. Di Kaliwedhi Aryosetho digembleng dengan keras oleh Reshi Sethowangi. Berkat ketekunannya ia memperoleh ilmu mahadahsyat ciptaan Sang Hyang Wishnu yang bernama Bhayu Selaksha dan menerima pedang sakti Sosronenggolo Setahun kemudian Aryosetho bersama Ki Puger turun gunung membantu Prabu Airlangga merebut kembali tahta kerajaannya yang direbut oleh Ratu Arang Ghupito. Berkat perjuangannya Aryosetho berhasil membantu Prabu Airlangga merebut kembali tahta kerajaannya. Dalam perjalanan dari kraton Dhaha kembali ke Kahuripan, ia dan prajuritnya berhasil menumpas gerombolan Gagak Lodra. Selesai menjalankan tugasnya Aryosetho mengajak sahabat masa kecilnya ke Kaliwedhi menjemput calon istrinya yang bernama Dyah Ayu Rogopadmi Aninditho Prameshwari alias Dewi Condrowulan. Beberapa waktu lamanya di Kaliwedhi, Aryosetho kembali ke Giri Lawangan memboyong Dewi Condrowulan yang telah menjadi istrinya dan hidup sebagai pertapa. Setelah 93 tahun pernikahannya Dewi Condrowulan di karuniai seorang putri. Namun kebahagiaan bersama sang putri yang dinantikan selama puluhan tahun hanya berlangsung selama 40 hari, setelah hari itu Dewi Condrowulan harus menyerahkan putrinya untuk diasuh oleh orang lain seperti dirinya dulu ditemukan Reshi Sethowangi di tengah hutan. Bayi tanpa nama itu diserahkan kepada Mpu Purwo, seorang pertapa sakti yang kemudian memberinya nama Ken Dedes. Ken Dedes kelak akan melahirkan keturunannya menjadi raja besar di kerajaan Singhasari dan Majapahit. Aryosetho dan Dewi Condrowulan telah berhasil menjalankan tugas yang diberikan oleh Dewata Agung sebagai pepunden cikal bakal raja-raja besar di tanah Jawa.

Uud_Bharata · ย้อนยุค
5.0
3 Chs