"Mau kemana?"
Tanganku berhenti saat sedang mengikat tali sepatu. Joshua menginterupsiku dari belakang dengan suara baritonnya.
"Ehm, kuliah?" jawabku heran. Bukankah harusnya sudah jelas? Weekend sudah berakhir dan kami harus kembali ke kenyataan.
Joshua bersidekap disana, memandangiku sebentar sebelum akhirnya berjalan mendahuluiku menuju pintu keluar.
"Tunggu, aku ambil mobil"
"Ah, aku bisa naik bis kok"
"Aku bilang tunggu" tegasnya. Lalu dia meninggalkanku tanpa menunggu responku lagi.
Aku tertekan. Joshua jadi sedikit dingin setelah aku menolak membongkar barangku. Meski setelah itu akhirnya barang-barangku sudah dibongkar dan telah menyatu dengan rumah ini, dia tetap dingin. Atau lebih tepatnya curiga. Senyumnya banyak berkurang dan dia jadi lebih posesif.
Ya seperti ini contohnya. Dia tidak membiarkanku pergi sendiri.
Suara klakson terdengar dari mobilnya yang kini sudah didepan pagar. Sepatuku juga udah rapih. Aku segera keluar dan mengunci pintu.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com