Kenan masih berdiri sambil menggendong Kris dalam pelukannya yang saat ini sudah terlihat mengantuk. kepala Kris bersandar nyaman di pundak Kenan sementara Kenan menepuk pelan pantat si kecil.
"Mas aku udah packing tuh buat Jumat jadi kita tinggal pergi.."
"Sstttt Kris tidur nih.."
"Eh iya, mau tidurin aja di kasur Mas?"
"Jangan dulu deh takut bangun, Baru tidur soalnya."
"Keliatan nih kalo lagi tidur mirip daddy-nya.." Jesica berdiri dibelakang Kenan untuk melihat wajah Kris.
"Jangan lupa bawa jaket atau baju selimut tebel buat Kris dingin kayanya di Bandung."
"Iya udah Mas."
"Temen Mas ada yang nawarin rumah, kamu mau ga?Fotonya ada di HP Mas tuh."
"Mas yakin mau pindah?" Jesica mengambil HP suaminya.
"Iya, Mas pingin bikin basement kecil dirumah biar mobil pada masuk semua."
"Ngomong-ngomong kita belum jadi-jadi juga beliin Jay mobil Mas, kepending terus."
"Iya nanti kita beli, tadi dia minta pake mobil Alm. omanya."
"Bagus sih tapi aku ga tahu kalo anak-anak suka ga.."
"Coba liat yang lainnya, masih banyak kok nanti sekalian kita liat rumahnya langsung."
"Mas...jangan lupa rencanain kapan mau liat rumah anak-anak."
"Bentar lagi mereka libur semester jadi ya udah Mas pikir ajak mereka diwaktu itu aja, kita ke Bali dulu baru ke Jogja."
"Eh ga kerasa usaha aku di Jogja masuk tahun pertama Mas."
"Ajakin Dinda sama James aja kesana, kita rayain ulang tahun usaha kamu."
"Wah aku harus bikin promo nih, aku belum ngobrol juga sama bang Fahri sama Dinda. "
"Ya udah coba diomongin dulu, sekaliankan momentnya pas buat anak-anak jadi bisa libur panjang."
"Aku ajak Katerin sama Lala boleh ga Mas?"
"Boleh nanti Mas yang tanggung akomodasinya."
"Kok gitu?"
"Gapapa jadi kamu bisa ngumpul-ngumpul lagi sama sahabat kamukan ada Dena disana."
"Kenapa tiba-tiba suruh kumpul?" Jesica berdiri dan menghadap ke arah suaminya.
"Mas tahu kamu masih sedih sayang mungkin kamu perlu quality time sama temen kamu juga, biasanya kalo udah ketemu mereka kamu langsung senyum-senyum banyak cerita." Kenan membuat Jesica terharu.
"Mas juga harus seneng dong..."
"Mas seneng kalo kamu seneng lagian kita harus ngobrol sama keluarga Lala sama Dena soal Jay dan Dirga kemarin."
"Iya, aku juga udah mau omongin ini sama mereka tapi emang belum sempat sih kemarin."
"Supaya kita bisa cari jalan yang terbaik buat mereka jadi ga ada masalah kedepannya, Jay kayanya masih marah sama Dirga."
"Iya Mas, Makasih ya Mas..." Jesica memeluk Kenan.
"Hati-hati sayang ada Kris."
"Ya udah tidurin Krisnya, tuh kasurnya udah siap."
"Iya-iya." Kenan lalu secara perlahan meletakkan Kris dikasurnya. Sementara itu Jay yang baru saja selesai dengan kelasnya terlihat berjalan keluar menuju mobilnya.
"Jay..." Teriak seseorang dari belakang.
"Parah lu ya, gw sidang ga datang, bukan sobat lagi." Muel langsung mengomel saat Jay menoleh.
"Eh iya lupa, maaf.."
"Dasar, ya udah ga papa."
"Tapi luluskan sekarang?"
"Ahaha, ngeledek ya?"
"Engga kok, gw ga maksud ngeledek."
"Iya Lulus makannya datang dong ke acara wisuda gw nanti bareng kakak Lo si Ara, bilangin ke dia ini Muel yang minta."
"Iya El, ntar gw bilangin."
"Masih berantem sama Tiara?"
"Iya, dia masih ga mau ngomong sama gw."
"Ya udah biarin aja, si Dirga kurang ajar ntar kalo gw ketemu gw kasih tahu tuh orang."
"Ga usah, ga papa kejadiannya udah lama gini udah beberapa bulan yang lalu."
"Kok ga usah?dia ga sopan Jay.."
"Kak Dariel bilang biarin aja mungkin sekarang Tiara lagi marah-marahnya sama gw makannya dia gitu. Gw ga mau berurusan lagi sama kak Dirga."
"Dariel?siapa tuh?"
"Pacarnya kakak, orangnya baik ga kaya yang kemarin-kemarin."
"Ah...Ara senengnya main tumben punya pacar."
"Udah kapok kali."
"Lu juga sana cari pacar, tahu ga kak Cindi?kayanya suka tuh sama lu."
"Ah engga, gw lagi pingin fokus kuliah dulu."
"Dasar nih anak.." Muel mengacak-ngacak rambut Jay.
"Main dong kerumah, kita main PS lagi sama Daddy."
"Iya-iya ntar gw main sekarang gw ga bisa nyokap suruh jemputin Kak Sam mau kesini dia."
"Ya udah gw duluan ya.."
"Oke hati-hati."
Jay berjalan lagi mencari mobilnya lalu pergi pulang.
****
"Ini apa!!" Teriak Arbi pada Marsha.
"Ya itu foto-foto jaman dulu aja."
"Termasuk foto-foto sama Ken masih di simpen juga?"
"Ya kan kita satu SMA, ya pasti ada disitu."
"SMA?semua?ini apa?" Arbi menunjukkan foto jama kuliah juga pada Marsha dimana beberapa foto menujukkan kemesraan mereka.
"Aku udah nerima ya soal kamu pernah pacaran sama Ken terus anak kita pacaran sama anaknya tapi aku ga nyangka kalo kamu masih nyimpen-nyimpen yang beginian. Masih suka?"
"Engga, bukan gitu. Aku sama Ken udah ga ada apa-apa."
"Mana handphone kamu, sini aku liat." Arbi masih dengan nada marahnya sementara Marsha tanpa perlawanan memberikan handphonenya. Arbi melihat-lihat isi Handphonenya istrinya itu dari galeri sampai pesan atau panggilan terakhir.
"Pinter ya kamu nyembunyiinnya."
"Aku ga nyembunyiin apa-apa."
"Padahal aku sama keluarga aku nerima kamu tapi kok kamu gini?"
"Kok kamu jadi bahas-bahas yang dulu?aku juga ga pernah maksa kamu atau keluarga kamu nerima aku, jadi ini kamu yang nyesel?" Marsha merasa tersinggung kali ini.
"Engga, aku ga nyesel aku cuma kecewa aja sama kamu."
"Kalo kamu ga nyesel ga akan kamu bahas-bahas."
"Aku bahas karena belakangan kamu aneh."
"Aku aneh gimana sih?"
"Ngaku ga kamu pernah ketemuan sama Ken..."
"Engga, aku ga pernah ketemuan sama dia diem-diem. Kita ketemu waktu mertuanya meninggal aja, aku emang pernah saling WA-an sama dia Itu pun bahas Ran."
"Kok ga bilang?"
"Masa setiap kali aku mau WA aku harus bilang kamu."
"Ya kan ini beda bukan cuman temen kamu."
"Aku sama Ken temen juga."
"Jangan jadiin Ran alasan ya."
"Ya ampun kamu bener-bener ga percaya ya sama aku?!" Marsha bingung harus menjelaskan apalagi sementara ternyata diam-diam diluar kamar Kiran mendengar pertengkaran orang tua mereka. Kini Kiran menuju kamarnya duduk termenung memikirkan setiap ucapan yang dilontarkan orang tuanya tadi. Gara-gara masa lalu bundanya dan Kenan, ayahnya sampai semarah itu belum lagi ditambah hubungannya dengan Kay yang saat ini justru membuat ayahnya semakin salah paham. Kiran jadi galau apa hubungannya dengan Kay baik atau tidak meskipun Kay pernah cerita jika Marsha dan kedua orangtuanya baik-baik saja tak pernah saling bermusuhan. Suara ketukan pintu terdengar.
"Ran.." Marsha membuka pintu.
"Iya Bun.."
"Kamu udah pulang?ga sama Kay?"
"Kay langsung pulang tadi.."
"Udah makan?bunda udah masakin makanan kesukaan kamu tuh."
"Iya Bun nanti aku ke bawah aku mandi dulu."
"Ya udah bunda tinggal." Marsha menutup pintunya perlahan ditambah senyuman di bibirnya seolah ingin menunjukkan semuanya baik-baik saja.
***To be continue