webnovel

Ganesa Raiden

"apa katamu barusan? Gay?!" Seru Ganesa menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tau jika kau sebodoh itu" lanjut Ganesa sambil bersedekap.

"Jelas aku yakin melihatmu seperti tadi, itu sudah cukup membuktikan" ujar Cath.

"Aku normal, sangat normal!" Seru Ganesa meminum air putih dari gelas digenggaman nya.

Cath berdiri mendekat pada Ganesa yang terlihat sangat waspada. Cath mati-matian menahan tawanya, terus menatap Ganesa saat tangannya menyentuk dahi Ganesa yang terdapat sedikit keringat.

"Kau berkeringat apa kau takut?" Tanya Cath berbisik di depan wajah Ganesa.

"Menjauhlah kau membuat udara di sekitarku panas" ujar Ganesa mengalihkan pandangannya.

Cath menggeleng lalu menyandarkan kepalanya di ujung bahu Ganesa sambil membuat lingkaran abstrak pada dada Ganesa.

Ganesa benar-benar gila, ia tidak pernah sejauh ini dengan seorang gadis, harusnya ia yang lebih agresif tapi kenapa sekarang justru terbalik.

"Ah tunggu. Aku rasa kau salah paham tentang ini aku mengikuti lelang itu hanya untuk mencari pasangan untuk berlibur" jelas Ganesa mendorong kepala Cath yang masih bersandar di bahunya.

"Ha? Apa maksudmu?" Tanya Cath tidak mengerti.

Ganesa memijat pangkal hidung nya.

"Begini, besok aku dan temanku akan berlibur ke Manhattan, tugasmu adalah ikut dengan ku sebagai pelayan_ya pelayan" jelas Ganesa.

Cath menatap Ganesa dengan sedikit kerutan didahi nya.

"Kau yakin itu? Aku bahkan sudah menyiapkan kondom ini" seru Cath mengeluarkan sebuah beda dari dalam tasnya.

Seketika wajah Ganesa memerah, sedikit terbatuk karena air liurnya tiba-tiba menjadi sulit ditelan.

"Ah haha itu bisa lain waktu" ujar Ganesa gugup.

Cath mencondongkan tubuhnya lagi membuat Ganesa terbentur kitchen set di belakangnya. Melihat itu Cath dengan cepat mengusap kepala Ganesa yang terbentur.

"Astaga! Apa sakit? Kenapa menjauh, kepalamu jadi terbentur kan!" Seru Cath yang merasa bersalah.

Ganesa memperhatikan semua yang dilakukan gadis di depannya, melihat bagaimana seseorang menghawatirkan nya. Ganesa menangkap tangan Cath yang mesih mengusap belakang kepala nya. Membuat Cath sedikit terkejut,

"Aku baik-baik saja, pergilah tidur besok pagi kau harus sudah siap" ujar Ganesa meninggalkan Cath yang masih berdiri ditempatnya.

"Dia bersikap jual mahal sekali" Cath menggerutu sampai datanglah seorang pelayan yang membawanya ke kamar yang akan ia tempati malam ini.

Kamar ini sangat besar, tapi ada satu hal yang membuat Cath bingung. Gadis itu memandang pelayan yang ada di hadapannya.

"Apa dia tidak tidur disini?" Tanya Cath yang membuat pelayan itu terkejut dan gugup.

"Maksud anda, tuan Raiden?" Tanya pelayan itu malu-malu.

Cath mengangguk sebagai jawaban, ia bingung kenapa Ganesa harus buang-buang uang nya hanya untuk di temani liburan tidak di bayar pun Cath tidak akan menolak.

"Tuan ada di kamar utama, nona" jawab pelayan itu sopan.

"Apa jadi ini bukan kamar utama?" Tanya Cath dengan jengah.

"Ya nona"

Cath menghembuskan napas pelan.

"Antar aku ke kamarnya sekarang!" Seru Cath sambil berjalan keluar dari kamarnya.

"Nona tunggu, tuan sangat tidak suka jika ada yang memasuki kamarnya, jadi anda disini saja" ujar pelayan itu menarik lengan Cath dengan lembut.

"Tidak! Aku harus menyelesaikan tugas ku malam ini juga, jadi kau.. harus mengantarkan ku padanya" pelayan itu menyerah ia berjalan di depan Cath untuk memberi tahu kamar tuannya.

Sebuah pintu berwarna hitam yang berada di depan mereka tertutup rapat.

"Ya sudah aku akan masuk," Cath memegang gagang pintu kamar Ganesa.

"Nona, jangan membuat tuan marah" ujar pelayan itu. Namun Cath tetaplah Cath gadis keras kepala.

"Ya aku tahu itu, setelah urusanku selesai aku akan langsung pergi" balas Cath lalu memasuki kamar Ganesa.

Woow adalah kata pertama yang keluar dari mulut Cath saat melihat kamar tidur Ganesa yang terdapat sebuah tangga melingkar untuk sampai ke tempat tidurnya dan kaca besar yang menghadap langsung kesebuah danau buatan.

"Astaga! Apa ini mimpi, aww! Sakit" serunya saat ia sadar dirinya tidak sedang bermimpi.

"Ini baru namanya hidup, tidak seperti gedung tua yang nyaris tubuh itu" Cath merebahkan dirinya di sofa.

Pandangan nya terfokus kesebuah bingkai foto, seorang gadis cantik.

"Apa ini kekasihnya" Cath memandangnya cukup lama hingga suara dingin Ganesa terdengar di telinga nya.

"Apa yang kau lakukan di kamar ku?" Tanya Ganesa dengan wajah datarnya.

Cath seketika menoleh dan mengganti mimik wajahnya. Menjauh dari bingkai foto itu lalu berjalan menaiki anak tangga menuju tempat Ganesa.

Memandang laki-laki didepannya dengan rasa malu yang ia tahan. Ganesa Raiden dengan boxer nya tanpa atasan apapun. Beberapa tato terpahat di dada bidangnya, memang ini bukan kali pertama Cath melihat tubuh Ganesa, tapi ini lain waktu itu tubuhnya di selimuti darah tapi sekarang.

"Sangat sexy" gumam gadis itu pelan dengan wajah memerah. Ayolah dia juga masih gadis.

"Ehm! Kenapa kau ada disini?!" Seru Ganesa dengan rahang mengeras.

Cath dengan cepat mengendalikan dirinya, ia harus menuntaskan pekerjaan nya lalu kabur, masa bodo Manhattan ia tidak mau berlama-lama berurusan dengan pria ini.

"Aku ingin menuntaskan ini sekarang sesuai perjanjian, ambil keperawanan ku setelah itu semua selesai" seru Cath dengan berani menghampiri Ganesa dan menarik tengkuk pria itu lalu mencium bibirnya.

Ganesa yang tidak siap dengan itu semua terkejut bukan main. Bahkan napasnya tertahan, ciuman pertama seorang Raiden telah diambil secara paksa oleh seorang gadis lelangan.

Cath melepaskan ciumannya yang tidak mendapat respon dari Ganesa.

"Apa yang kau lakukan Ganesa Raiden! Ayo kau pasti biasa melakukan ini bukan" seru Cath yang berusaha membuka gaunnya.

Dengan sigap Ganesa menghentikan gadis itu lalu membawanya kedalam gendongannya. Bukan_bukan keatas kasur, tapi membawanya turun dan melemparnya keatas sofa.

Cath menatap Ganesa dengan tidak percaya.

"Kau! Brengsek. Apa yang kau lakukan haa!" Seru Cath dengan berteriak.

"Aku sudah katakan bukan sekarang waktunya, aku yang pantas menentukan kapan aku akan mengambil nya darimu" balas Ganesa dengan wajah memerah. Entah karena marah atau malu.

"Apa susahnya sih, sekarang saja dan semua selesai!" Cath berdiri dari duduknya menghampiri Ganesa dan menariknya sampai keduanya terjatuh diatas sofa.

"Astaga" seru Ganesa yang tidak habis pikir dengan gadis dihadapannya.

Cath menduduki perut Ganesa mengakibatkan gaun yang di kenakan nya robek hingga sebatas paha. Ganesa yang melihat itu menutup matanya, wajahnya memerah saat ia merasakan hembusan napas Cath di rahangnya.

"Kita bisa menyelesaikan nya malam ini Raiden, aku sudah muak dengan sikap jual mahal mu yang seolah kau seorang perjaka" ujar Cath sambil menjilati dan mengecupi rahang Ganesa yang masih memejamkan matanya erat dengan napas menderu.

"Sir!" Tegur seseorang di arah pintu masuk yang mengakibatkan keduanya menoleh bersamaan.

balik lagi bersama Ganesa disini...

trimakasih buat yang masih nungguin...

trimakasih juga buat yang udah dukung...

semoga kalian sehat selalu.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

HRYcreators' thoughts
Next chapter