Hari ini aku akan memulai pekerjaanku. Meski kemarin aku sudah datang ke rumah nyonya Na, tapi tetap saja aku masih tegang untuk kembali masuk ke dalam rumah nya.
Seperti sekarang ini, aku masih diam memandangi pintu bercat putih itu. Entah sudah ke berapa kali aku ingin mengetuk pintu, tapi ku urungkan niat ku. Aku menghela napas ku panjang lalu menghembuskan nya.
"Kamu bisa."
Aku sudah bersiap untuk mengetuk pintu, tapi pintu itu terlebih dulu terbuka. Saat pintu terbuka, aku melihat seorang remaja laki-laki berpenampilan casual menatap ku dengan tatapan dingin.
Aku tersenyum seraya membungkukan badan ku---tanda aku menyapa kepada remaja itu. Namun senyuman dan sapaan ku tak di balas oleh nya.
"Na Jaemin!"
Aku terperanjat ketika mendengar suara keras laki-laki yang memanggil nama seseorang. Aku melihat remaja itu rolling eyes, lalu ia langsung pergi begitu saja.
Siapa sih dia? Batinku seraya memperhatikan remaja itu pergi.
"Na--- oh, Jung Rena ya?"
Aku yang tadi nya sibuk memperhatikan remaja itu pergi, langsung mengalihkan pandanganku ke arah seseorang yang menyebut nama ku.
Aku membungkuk hormat ke arah laki-laki yang tadi menyebut nama ku. "Halo, selamat pagi." sapaku.
Laki-laki itu mengangguk singkat, "Mari masuk, kamu mau bekerja disini ya?" tanya nya.
"Iya tuan." kata ku saat kami sudah berada di dalam rumah.
"Gak usah pake tuan, saya masih muda kok. Panggil saja Oppa." kata nya tersenyum.
"Ya!"
Aku lagi-lagi terperanjat mendengar suara teriakan seseorang. Kini suara wanita yang berteriak. Dan aku yakin itu pasti suara Nyonya Na.
Dan benar saja, nyonya Na keluar dari kamar nya dengan tatapan galak. Aku yang melihat nya jadi merinding sendiri. Untung dulu ibu ku tidak pernah memperlihatkan tatapan galak nya.
"Sudah beristri masih bisa ya modusin anak gadis." kata nya galak.
"Apa sih mah, gak modusin juga." kata nya.
"Udahlah sadar umur kamu, kamu udah tigapuluh lima tahun aja masih pengen di sebut oppa, ck." nyonya Na rolling eyes sambil berdecak.
"Permisi." aku mengintrupsi pertengkaran kecil antara pasangan suami istri ini.
"Ah maafkan," kata nyonya Na. "Jadi kamu siap bekerja disini?"
Aku mengangguk mantap. "Saya siap." kataku.
Nyonya Na tersenyum, "Saya senang melihat semangat kerja kamu," nyonya Na menepuk bahu ku. "Baiklah kalau begitu, silakan bekerja."
"Baik bu." kataku.
Nyonya Na hanya tersenyum. Ia dan suami nya lalu meninggalkan rumah. Mereka akan bersiap-siap untuk berangkat bekerja.
Aku tersenyum melihat keserasihan pasangan suami istri ini. Meskipun tadi sempat ada pertengkaran kecil di antara mereka. Huft, melihat mereka aku jadi rindu kedua orangtua ku.
Ah lupakan soal kedua orangtua ku. Sekarang, ayo kita mulai bekerja.
Tunggu, apa yang harus aku lakukan pertama? Mencuci piring?
Ah iya mencuci piring saja. Aku yakin akan ada tumpukan piring kotor.
Akhirnya ku putuskan untuk mencuci piring saja. Dan sekarang kaki ku melangkah menuju daerah dapur, namun tiba-tiba saja aku terpeleset.
"Aww." ringis ku.
Aku mengusap bokong ku yang mendarat di lantai. Serius, ini agak sakit. Tapi, aku langsung bangkit berdiri.
Saat aku sudah berdiri, aku langsung mencari lap untuk membereskan air yang tumpah.
Namun langkahku terhenti ketika ada seseorang yang memegang bahuku. Saat aku menoleh, aku mendapatkan remaja laki-laki yang sempat aku lihat tadi.
"Siapa kamu?" tanya nya.
"Halo, aku Jung Rena, aku asisten rumah tangga disini." kataku memperkenalkan diri.
"Ck, kebiasaan deh mempekerjakan orang sembarangan." gumam nya yang masih bisa ku dengar.
"Hm maaf? Aku bukan orang yang sembarangan, aku ini berpendidikan ya." kataku tidak terima.
Orang itu rolling eyes, ia tak peduli dengan ucapanku. Ia pergi menuju dapur. Namun tiba-tiba saja orang itu terjatuh karena air tumpah yang pernah membuat aku terjatuh juga.
"Ya! Jung Rena! Kerjamu apa sih?" bentak orang itu.
What? Dia nyalahin aku? Perasaan aku dulu yang jadi korban disini, bukan nya dia. Harus nya aku yang memarahi dia. Sialan banget sih nih orang.
"Hei, aku tidak melakukan itu. Malah, aku dulu yang sempat jatuh di situ." kataku
Orang itu bangkit berdiri, ia menatapku dengan tatapan galak. Ia menatapku seakan tidak terima dengan ucapan ku barusan. Tapi nyata nya memang begitu kan?
"Apa?" aku membalas tatapan nya itu.
"Ck, dasar alasan aja. Bilang aja gak mau di salahin, dasar gak nerima kesalahan." kata nya.
"Apa?" emosi ku benar-benar tidak tertahan lagi. Aku langsung menghampiri orang itu, dan aku langsung menekan-nekan dada nya dengan jari telunjuk ku. "Heh, kamu punya bukti apa kalau aku yang bersalah? Buktiin sama aku kalau aku emang salah."
Ia menepis tangan ku, "Ya! Kamu itu gak sopan ya sama majikan!" kata nya kesal.
"Gak peduli. Mana ada majikan yang kaya kamu!" kataku.
"Terserah, aku aduin sama mamah tau rasa kamu." kata nya pergi meninggalkan ku.
"Pengadu!" teriak ku.
Brak.
Aku sedikit terperanjat ketika pintu kamar orang yang memarahi ku di tutup dengan sangat keras.
Aku menggelengkan kepala ku melihat tingkah anak seperti itu.
"Dasar anak bocah." gumam ku.
Kan, aku jadi lupa untuk mencari lap. Ini semua gara-gara anak itu yang datang-datang malah memancing emosi ku.
Akhirnya ku putuskan untuk kembali ke tujuan awal ku barusan--- mencari lap. Aku tidak mau ada korban lagi di situ. Lebih baik aku dan orang itu saja yang jadi korban.
"Jung Rena!"
Aku menoleh ke arah pintu kamar dengan cat coklat yang terbuka itu, aku melihat orang itu menyembulkan kepala nya. "Apa?" tanyaku masih dengan nada kesal.
"Maaf." kata nya.
Maaf kata nya? Untuk apa dia meminta maaf? Memang dia salah apa? Oh atau jangan-jangan soal yang tadi? Ya baguslah dia sadar sama kesalahan nya.
"Iya di maafin." kataku.
"Lain kali kerja nya yang bener, jangan buat kesalahan. Nanti aku pecat kamu, baru tau." kata nya yang sekarang sudah berada di luar kamar nya.
"Heh, seenak nya aja kamu mecat aku. Yang mempekerjakan aku nyonya Na tau. Dan yang berhakpun beliau, bukan kamu." kata ku.
"Kan aku anak nya, jadi aku punya berhak juga dong." kata nya.
"What? Serius kamu anak nyonya Na? Masa beda sih sama mamah papah kamu?" kataku tidak percaya.
"Urusan nya sama kamu apa? Mau beda mau sama, itu kan urusan keluarga ku." kata nya.
Aku hanya rolling eyes, "Udahlah, sana masuk kamar. Aku mau cari lap dulu." kataku berlalu meninggalkan orang itu.
Dia anak nyonya Na? Kok beda ya? Nyonya dan tuan Na sangat ramah, murah senyum. Lah dia? Ramah? Hm, kesan pertama yang ku lihat saja dingin. Masa sih dia anak nyonya dan tuan Na? Batin ku.