Menyebalkan sekali seorang Na Jaemin.
Ya, Aku sudah tau nama remaja laki-laki dingin itu. Dan Aku juga sudah tau kalau dia memang benar anak dari nyonya dan tuan Na.
Kalian tau kenapa aku bisa mengatakan dia menyebalkan? Biar aku ceritakan kejadian kemarin.
Flashback on
Aku sekarang sedang berada di gudang untuk mencari lap. Itu pun kata anak laki-laki itu. Aku sebenarnya menaruh rasa curiga sama anak itu. Tapi bodo amat sih, yang penting aku bisa membereskan air tumpah itu.
"Kemana coba lap nya." kataku sambil terus mencari lap itu.
Namun saat langkah ku sudah menjauh, tiba-tiba saja pintu itu di tutup dan di kunci dari luar. Sontak hal itu membuat aku menjadi panik.
Memang waktu itu gundang dalam kondisi terang, tapi ada sesuatu hal yang membuat aku menjadi panik.
Aku lalu berlari menuju pintu itu, dan saat ku coba membuka nya ternyata pintu itu terkunci. Astaga, sial banget.
"Hei, jangan iseng kamu." teriakku dari dalam.
Tak ada jawaban sama sekali dari luar. Oke, tiba-tiba saja sekelebat bayangan muncul di benakku dan membuat aku mulai merasakan sesak.
Kaki ku mulai melemas sekarang, dan aku sudah tidak bisa menahan keseimbangan tubuh ku. Jadi aku langsung terduduk di dekat pintu itu. Menekuk kaki ku dan menenggelamkan wajah ku.
"Mah, pah. Aku takut." kataku.
Aku menangis, aku benar-benar takut dengan nama nya gudang. Gudang adalah tempat yang menyeramkan bagi ku.
"Rena, kamu di dalam?"
Aku mengangkat wajah ku ketika mendengar suara yang ku kenal. Ya, itu suara dari nyonya Na.
"I.. Iya." balas ku terbata.
Huft, syukurlah nyonya Na segera datang. Jadi aku tidak perlu berlama-lama di dalam gudang ini.
Flashback off
Hm, jika mengingat kejadian kemarin, ingin rasa nya aku menghabisi Jaemin sampai babak belur. Cuman waktu itu, aku terlalu lemas untuk menghajar anak itu.
Serius deh, apa yang di lakukan Jaemin kemarin sangat keterlaluan. Apa jadi nya jika nyonya Na tidak segera datang? Hah, aku tidak tau bagaimana nasib ku.
"Hei."
Aku pura-pura cuek saat suara Jaemin menyapa gendang telinga ku. Aku terlanjur marah dengan nya.
"Ya elah, masa gitu aja ngambek sih. Dasar anak bocah." cibir nya.
Aku membuang napas ku mendengar kata-kata nya. Aku segera membalikan badan ku dan menatap galak ke arah nya.
"Bercanda kamu itu keterlaluan Na Jaemin! Bukan masalah hanya karena bercanda aku jadi marah. Bukan itu!" kataku penuh emosi. "Kamu tau kalau aku itu paling takut sama gudang?!"
"Masa sama gudang aja takut sih, gak elit banget sih ketakutan kamu." kata nya seakan meledek ketakutan ku.
"Kamu gak tau apa-apa tentang aku Na Jaemin! Semua nya punya alasan masing-masing kenapa takut," kataku yang kembali membersihkan piring kotor. "Udah sana masuk kamar, jangan ganggu pekerjaan aku."
"Ck, iya iya."
Aku tau langkah Jaemin mulai menjauh. Aku lalu menoleh ke belakang, memastikan Jaemin masuk ke dalam kamar nya. Setalah pasti Jaemin masuk ke dalam kamar, aku berhenti mengerjakan tugas ku sejenak.
Air mata ku langsung menerobos keluar dari mata. Aku memegang pinggiran wastel dengan sebelah tangan, dan sebelah tangan lagi meremas baju.
"Mah pah, aku kangen." gumam ku.
***
"Jung Rena!"
Aku yang sedang menyapu kamar Jaemin, berjalan santai menghampiri orang yang memanggilku--- Na Jaemin.
"Bisa sopan dikit gak sih? Aku lebih tua dari kamu," kataku saat sudah berada di ruang tamu. "Inget kata mamah kamu. Meski aku asisten rumah tangga di sini, tapi umurku lebih tua dari kamu."
Jaemin rolling eyes, "Ish, harus banget ya? Cuman beda beberapa tahun doang. Lagian banyak yang manggil nama kok, meski beda 4 tahun."
"Itu kalau udah deket Na Jaemin." kataku penuh penekanan.
"Terserah aku dong mau manggil kamu dengan nama doang atau gak." kata nya cuek.
Aku mengelus dada ku, berusaha sabar menyikapi sikap anak laki-laki sialan ini.
"Huft, mau apa manggil aku?" tanyaku.
"Manggil doang." kata nya.
Aku yang sedang memegang sapu, jadi ingin rasa nya memukul anak nakal itu. Bercanda aja terus nih orang. Kenapa gak kuliah aja sih?
"Kenapa masih disini? Kerja lagi sana." usir Jaemin.
"Baik Na Jaemin." kataku menahan emosi.
Saat aku melangkah menjauh, aku mendengar Jaemin tertawa. Tapi aku tidak tau apa yang sedang di tertawakan Jaemin. Lagipula aku tidak peduli.
"Jung Rena!"
Aku berhenti melangkah ketika Jaemin kembali memanggilku. Aku menolehkan kepala ku. "Apa?"
"Manggil doang." jawab Jaemin.
Astaga, boleh tidak aku melempar Jaemin dengan sapu? Kesel juga lama-lama sama keisengan Jaemin.
Pada hal kemarin dia dingin banget. Tapi kenapa sekarang dia berubah? Apa dia punya kepribadian ganda?
"Iseng aja terus, mulut mu gak bisa ngomong baru tau rasa." kataku sambil berjalan kembali menuju kamar Jaemin.
"Ngedoain tuh yang baik dikit kenapa sih?" protes Jaemin.
"Bodo Na Jaemin." balas ku dari dalam kamar Jaemin.
Huft, ku pikir tidak akan ada kejadian yang aneh saat aku bekerja disini. Tapi pada kenyataan nya, aku malah mendapatkan keisengan dari anak tuan rumah. Meskipun saat bertemu pertama, ia malah menunjukan sikap dingin nya.
Ya Tuhan, semoga aku tetap di beri kesabaran bekerja disini. Aku tidak mau mengecewakan siapapun disini. Terlebih kedua orang tua ku dan juga paman bibi ku. Semoga aku bisa bertahan disini, amin.